RAWATAN PENYAKIT KRONIK & MISTERI
Friday, March 30, 2012
AJARAN SYEIKH ABDUL QADIR AL JAILANI
ASAL KEJADIAN
Allah SWT pertama kali menjadikan cahaya atau nur yang disebut Nur Muhammad SAW, dari sifat jamalnya ( keindahanNya ). Rasulullah bersabda ; bahwa yang mula2 diciptakan oleh Allah adalah ruh Muhammad, ia diciptakan dari cahaya Ketuhanan, dan selanjutnya yang diciptakan pertama kali adalah Qalam ( pena ) dan akal. Disinilah kita tahu bahwa yang dilahirkan dan diciptakan pertama kali adalah suatu realiti ghaib dan bersifat rohani yang disebut; Nur, Ruh, Qalam, dan Akal dan ini merupakan realiti yang mempunyai banyak nama menurut fungsinya dan dari sudut mana kita memandangnya ( al-Maidah : 15 )
Dalam dunia sufi ini disebut Hakikat Muhammad ( realiti atau hakikat ) atau diberi gelar Aql al-Kull ( akal Semesta ) karena ia tahu dan melihat segala sesuatu, ia diberi gelar Qalam karena ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan, ia juga digelari ruh karena ia hidup, bukan mati. Dan ruh itulah terbitnya segala yang hidup, oleh karena ia hidup maka digelari Ruh.
RUH MUHAMMADIYYAH
Atau Ruh Muhammad adalah Dzat atau sumber segala yg berwujud. Dialah yg awal dan menjadi hakikat alam semesta. Allah SWT menciptakan segala ruh dari ruhnya. Muhammad adalah nama bagi insan dalam alam gaib ( alam berkumpulnya ruh-ruh). Ia menjadi sumber dan asal segala perkara. Allah menciptakan alam karena Allah akan menciptakan Muhammad SAW. Dan tanda2 ini tepat, seperti yg dilihat oleh bapak semua umat manusia, yaitu Adam As, ketika selesai proses penciptaan, Adam melihat nama Muhammad di pintu surga bersanding dengan nama Allah, dan mengertilah Adam bahwa orang yg memiliki nama itu adalah semulia-mulia manusia yang akan diciptakan Tuhan diantara semua ciptaanNyadi kemudian hari.
Setelah lahirnya Nur Muhammad, Allah menciptakan pula ‘ arsy’, dan kelahiran Muhammad juga diikuti dengan penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta arsyNya. Peristiwa ini berlaku menurut kehendak Allah dan masyi’ahNya, dan kemudian Allah menurunkan ruh atau makhluk-makhluk itu ke peringkat yang paling rendah, yaitu Alam Ajsam atau alam kebendaan yang konkret dan nyata, seperti disebutkan dalam ayat ini ;
” Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahNya”, (at-Tiin : 5 )
Allah turunkan Nur itu dari tempat asal kejadiannya, yaitu Alam Lahut ( alam ketuhanan) ke Alam Asma’ Allah ( nama-nama yaitu alam Penciptaan sifat-sifat Allah atau alam Akal Ruh Semesta ). Dari alam Asma’ Allah sana ruh-ruh itu turun ke alam Malakut. Disitu ruh-ruh itu dipakaikan dengan pakaian kemalaikatan yang gemerlap. Kemudian mereka diturunkan ke alam Kebendaan atau Ajsam yang terjadi dari unsur api, air, angin ( udara) dan tanah. Maka ruh itu dibentuk dengan diberi badan yang terjadi dari darah, daging, tulang, urat dan sebagainya.
Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang
Tidaklah sekali2 pernah membiarkan ruh2 berada dalam kesesatan dan kejahilan, untuk itulah diutus rsul2 dan kitab agar tidak lalai,
“ Dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat2 Kami (dan kami peritahkan kepadanya ) Keluarkanlah kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang benderang dan ingatkan mereka akan hari2 Allah “ ( Ibrahim : 5)
Manusia diharapkan dapat menegakkan sifat al jamal ( indah) karena Allah itu indah dan dari sinilah manusia akan menjejakkan kakinya di titian hakikah untuk mengenal Allah serta ber taqarub kepadaDzatNya yang maha besar ;
“ katakanlah; Inilah jalanku, aku dan orang2 yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata “9 Yusuf:108)
Basirah dan Mata hati
Allah memberi manusia mata kasar agar dapat melihat segala yang zaahir atau lahir dan untuk melihat hal gaib, Allah telah mengaruniai suatu penglihatan yang halus dalam hati yang dikenal denga basirah yakni mata hati atau mata ruh, dan ini akan terbuka dalam hati orang2 yang dekat atau kuat taqarrubnya dengan Allah dan tidak ada kekuasaan apapun di bum,I ini dapat memberikan basirah…karena manusia sangat memerlukannya untuk sampai kealam gaib yang merupakan rahasia2 Tuhan, dan hanya orang2 tertentu yang dikaruniai khusus olehNya,
“ …..yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami (al kahfi :65)
Dan masuklah kembali menjadi golongan orang yang berjalan kembali meuju Allah, jangan menunggu sampai jalan tersebut tidak bisa dilalui lagi .
“ Dan bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang2 yang bertaqwa. Yaitu orang2 yang menafkanhkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, dan orang2 yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang2 yang berbuat kebaikan “ ( Ali Imran :133-134)
Ajaran risalah yang disampaikan pada manusia memiliki 2 kategori, nyata dan tidak, zahir dan batin, syariat dan ilmu atau hikmah, dan bila zahir dan batin bersatu , barulah seseorang itu dapat mencapai taraf hakikat,
“ Antara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui oleh masing2 “( ar rahman :20)
Hakikat tidak dapat dicapai hanya melalui ilmu yang diperoleh Panca Indera, karena dengan hanya mengandalkan ini manusia tidak akan mengenal Yang asal atau Dzat.
Manusia dicipta untuk Mengenal Allah
Seandainya kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita mau menyembahNya ? dan memohon pertolonganNya ?
Hikmah atau ilmu sangat diperlukan untuk mengenal Dia, dengan menyngkap tirai hitam yang menutupi cermin hati. Allah ibarat harta yang tersembunyi dan Ia ingin dikenali, maka dijadikanlah makhluk untuk mengenal Dia.
Dalam sebuah hadits qudsi “ Aku laksana harta yang tersembunyi. Aku ingin dikenali, karena itu Aku menciptakan makhluk “, jadi merupakan kewajiban bagi kita untuk mengenalNya, dan jelas bahwa tujuan Allah menciptakan insane adalah untuk mencari ilmu untuk mengenaliNya, dan ada 2 peringkat ilmu ma’rifah. Pertama , ilmu untuk mengela sifat2 Allah dan pendzahir kekuasaanNya, kedua, ilmu untuk mengenal Dzat Allah dan ini berpegang pada ruh al qudz ( ruh suci) yang diberikan pada insane agar dapat mengenali rahasia2 akhirat,
“ ……..dan kami memperkuatnya dengan ruh al quds…” (al baqarah :87).
Mereka yang mengenal Dzat Allah akan memperoleh ilmu melalui ruh suci yang terpencam dalam diri mereka masing2, baik yang ada dilidah kita ataupun hati kita.
Pentingnya ilmu Zahir
Harus diakui bahwa manusia memerlukan ilmu keyakinan (agama)untuk mengenal Allah, melalui agama manusia akan belajar pendzahiran (manifestasi) Dzat Allah yang terbayang dalam alam sifat dan nama (asma) Allah yang ada dimuka bumi ini. Dan seseorang harus berakhlak mulia dan menghindari dosa dan harus melawan nafsu dan egonya dan ini merupakan perjalanan yang panjang dan sulit …
“ …..maka barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia menyekutukan Allah dalam ibadah kepadaNya “ ( al kahfi: 110)
Ruh al Qudz tersebut diciptakan dalam wajah yang paling indah, dan keindahannya di hujamkan dalam hati dan di amamnahkan pada insane untuk menjaganya dan tingkatan ini dapat dicapai dengan taubah nasuhan …Laailahaillallah,
“ Ingatlah, bahwa dengan mengingat Allah maka hati menjadi tentram “ ( ar Ra;d :28)
Hati ibarat anak yang harus dijaga
Dalam dunia sufi, menyebut keadaan ruhani itu sebagai ‘tifli’ yang berarti bayi atau anak-anak, dan bayi hati adalah kesadaran orang-orang sufi yang diberikan karunia ilham tinggi oleh Ilahi. Kesadaran juga adalah insane yang sebenarnya, yang tidak terpuisah dengan Khaliqnya. Dan kesadaran inilah yang mewakili insane yang sebenarnya, didalamnya tidak ada jism (kebadanan) dan tidak menganggap dirinya sebagai jism, tidak ada hijab (tirai) karena nur yang memancar melalui pintu hati terus menjurus menuju kehadirat Dzat Allah yang mencipta.
Rasulullah pernah bersabda, bahwa di waktu-waktu tertentu ketika baginda hanya berduas dengan Allah, tidak ada sispapun menjadi pengantara atau penghalang baik itu malaikat yang dekat dengan Allah (nur Muhammad) yang merupakan pendzahiran pertama sekalipun ataupun nabi dan rasul,
“ Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat “ ( al-Qiyamah: 22-23)
Nabi mengatakan, bila pada hari itu kita melihat Allah dengan sangat jelas seperti bulan purnama dan inilah kesadaran tinggi yang bila makhluk, malaikat, menghampirinya maka wujud jasmani atau fisiknya akan hangus terbakar menjadi abu dan seandainya tirai yang menutup sifat jalalNya itu disingkap sedikit saja oleh Allah, niscaya segalanya akan hangus sejauh mata memandang, tapi tidak demikian bila itu dikehendaki oleh Penciptannya seperti yang dialami oleh Rasulullah.
Kembali ke Asal
Manusia terdiri dari sifat jasmani dan ruhani, fisikal dan spiritual, badan dan ruh, kebendaan dan kejiwaan, zahir dan batin. Dan pada segi lahirnya umumnya sama saja tapi dari keruhaniannya pasti berbeda dan tingkatan nya diukur menurut makrifatnya kepada Allah. Dan untuk mencapai tingkatan tetrtinggi maka seseorang menetapkan 3 tujuan yang sebenarnya adalah 3 sorga :
1. Ma’wa (surga tempat kedamaian dan ketenangan) ini adalah surga dengan cirri kebendaan
2. Na’im (surga tempat nikmat Allah) dalam peringkat kemalaikatan
3. Firdaus (surga tinggi dalam peringkat keesaan atau kesatuan (dengan Allah), tempat tinggal para ruh, peringkat nama-nama (asma’) dan sifat Allah
Taqarrub mendorong manusia untuk Bersuci
Hendaknya seseorang berusaha mencapai destinasi (tempat yang dituju) dalam hidupnya dibumi ini, karena pada tingkat ini tidak ada perbedaan antara terjaga dan tertidur, karena dalam keadaan tidurpun ruh dapat melihat tempat asalnya, yaitu alam ruh dan kemudian kembali kejasad dengan membawa berita. Inilah mimpi yang benar dan peristiwa semacam ini ada 2 jenis, pertama secara peristiwa yang terjadi secara sebagian atau setengah-setengah saja seperti dalam mimpi, kedua, peristiwa yang utuh terjadi seperti Isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW. Firman Allah :
“Allah memegang jiwa (orang) yang mati dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya, maka ditahanNya jiwa (orang) yang telah ditetapkan matinya dan ia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir” (az-Zumar : 42)
Tidurnya orang yang bijaksana lebih baik daripada ibadahnya orang yang jahil dan orang yang bijaksana adalah orang yang mencapai tahap ma’rifatullah dan semuanya dapat dicapai dengan Dzikrullah yang menenggelamkan dirinya de dalam Nurullah dan dalam Keesaan Allah.
Cara manusia Ber-Taqarrub ?
Cara yang baik untuk mencapai martabat kedekatan adalah dengan meditasi atau tafakur untuk mengenali hakikat Allah karena mengenali Dzat Allah adalah wajib bagi orang yang mengaku beriman kepada Allah.
Nabi bersabda, “Tafakur sesaat itu adalah lebih baik dari setahun ibadah, lebih baik dari 70 tahun ibadah bahkan lebih baik dari 1000 tahun ibadah “
Ada 3 perkara tentang tafakur atau meditasi ini :
Pertama : barang siapa bertafakur tentang suatu hal dan menyelidiki sebanyam, ia akan mendapat setiap bagian dari hal itu dan mempunyai banyak bagiannya yang lain pula, dan setiap bagian itu menerbitkan banyak lagi hal-hal yang lain, dan inilah tafakur yang nilainya setahun ibadah
Kedua : barang siapa bertafakur tentang ibadahnya dan mencari sebabnya dan mengenal seba itu, maka tafakurnya bernilai 70 tahun ibadah
Ketiga : barang siapa yang tafakur tentang mengenal Allah dengan azam yang kuat untuk mengenalNya, maka tafakurnya itu bernilai 1000 tahun ibadah.
“ Orang yang cinta memiliki pandangan Mata Basirah
Orang yang tak cinta, buta matanya tak menentu arah
Cinta itu sayap bukan daging dan darah
Boleh menerbangkannya kea lam malaikat dan berjumpa Allah “
Kekasih dengan Kekasihnya
Hanya habib ( yang pengasih) dapat mengenal Mahbub (yang dikasihi) dengan sempurnyanya. Orang yang dikasihi Allah itu serba indah pandangannya, tetapi terhijab ( terlindungi) pada pandangan manusia lain, tidak diketahui manusia tetapi dikenali oleh Allah dan mudahlah bagi manusia ini untuk melayarkan bahteranya menuju pelabuhan induk keruhanian taman Hazirah al-Quds. Karena orang yang mencintai Allah adalah orang yang telah mengosongkan dirinya atau memfanakan dirinya, tidak terasa wujud dirinya hanya yang wujud ialah Allah saja.
Ruh Al Quds
Allah SWT mula-mula menciptakan atau menzahirkan Ruh al Quds atau ruh suci dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzahiranyang paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi dan di kehendakiNya ruh itu untuk turun kea lam fana ini di peringkat yang paling rendah yaitu ALam Ajsam atau fidikal (konkret). Tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada ruh suci dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Allah SWT.
Dan dalam perjalanannya dari tingkat paling tinggi ke tingkat paling rendah, ruh suci tersebut menempuh berbagai alam atau peringkat, semula ia turun ke peringkat Akal semesta atau disebut peringkat Kesatuan ( Allah dan HambaNya) atau peringkat nama dan sifat atau lebih dikenal dengan Haqiqah Muhammadiyyah.
Dan bersamaan dengan ruh suci tersebut telah disediakan pula dalam dirinya benih-benih keesaan (tauhid) agar senantiasa mengenali penciptanya yang Esa itu. Dalam perjalanan mengarungi alam-alam peringkat Allah membekalinya dengan selimut pakaian Nur Allah ( cahaya ) . Dan mendapat gelar ruh Martabat tertinggi karena tingginya derajat yang diberikan Tuhan sejak ia diciptakan.
Peringkat selanjutnya adalah peringkat Alam Malakut, disini ruh suci disebut Ruh Bergerak atau Ruh Berpindah, mimpi yang benar termasuk dalam ala mini, dan selanjutnya ia akan masuk ke Alam Kebendaan, atau kebadanan atau jisim atau fisikal, ia mendapat pakaian jasmani yang berasal dari darah, daging, urat, tulang, dsb, dan diberi gelar Ruh Insan atau Ruh Manusia. Ruh suci diberi baju kasar agar dunia selamat dari kehancuran, karena bila alam kebendaan bersentuhan langsung dengan Ruh suci maka alam kebendaan akan hangus menjadi abu.
Ruh suci dihantarkan ke tempat terendah agar ia mencari jalan kembali keasalnya yaitu berpadu atau berdampingan dengan Allah SWT seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini wajar bila ia menanan benih rasa kesatuan dan keesaan dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dengan Allah SWT , Tuhan yang Menciptakannya .
Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang dibekalkan kepadanya oleh Allah dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok sebuah keyakina yang mengahsilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa ruh itu kembali naik ke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Allah SWT.
Penciptaan Badan untuk Ruh
Allah menciptakan badan agar ruh dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Allah menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, selain itu menempatkan ruh suci ditengah hati manusia, suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Allah dan hambaNya Ruh-ruh itu berdiam dianggota badan dengan tugasnya masing-masing, keberadaanya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam-macam barang sehingga mendatangkan berbagai hasil pula, seperti firman Allah SWT
“ Mereka membelanjakan sebagian dari rejeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan dan mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi “ (Fatir : 29 )
Ruh dalam Badan
Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insane manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat karena dengan ini Allah menjaga dan mentadbirkan keharmonisa alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah Allah, tidak mengatakan tindakannya sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Allah, segala tindakannya merupakan satu kesatuan dengan keberadaan Allah, tidak da perpisahan antara aku dengan Allah …
“ …….barangsiapa mengharapkan perjumapaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shole, dan tidak mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya “ ( al Kahfi : 110 )
Dan Allah memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi berupa :
<,-->Kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Allah di dunia ini yang dimanifestasikan dalam sifat-sifat Allah
<-->Kemampuan melihat hal yang jamakdalam sesuatu yang tunggal dan yang tunggal dalam sesuatu yang jamak di mata kebanyakan orang awam
<-->Kemampuan melihat hakikat di balik alam nyata
<-->Perasaan dekat dengan Allah
Ruh dalam Hati
HAti adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut Tariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah, sebagaimana dengan 12 nama Dzat Allah , 4 nama tidak berhuruf dan tidak berbunyi sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan :
“ Katakanlah ; Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma’ al Husna (nama-nama yang terbaik) “ ( al Isra’ : 110)
Manusia hendaknya berusaha mengetahui nama-nama Allah karena inti dari ilmu tasawwuf, kalimat Laa IlahaIlallaah melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap huruf yang menyusun kalimat Laa IlahaIlallaah dan Allah akan memberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang.
1. Laa IlahaIlallaah Tiada Tuhan kecuali Allah
2. Allah Nama Dzat
3. Huwa Dia
4. Al Haqq Yang Benar
5. Al Hayy Yang Hidup
6. Al Qayyum Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung
7. Al Qahhar Yang Maha berkuasa dan perkasa
8. Al Wahhab Yang Maha pemberi
9. Al Fattah Yang Maha Pembuka
10. Al Wahid Yang Satu
11. Al Ahad Yang Maha Esa
12. Al As Samad Sumber, puncak segala sesuatu
Pada setiap tingkatan ( 4 tingkatan) yang dilalaui ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda dengan cara inilah Allah dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepadaNya.
“ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat “ ( Ibrahim : 27 )
Dalam pergerakannya ruh selalu memandang ke Alam Malakut, alam yang identik dengan kebaikan dan dialam ini ruh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuni, cahaya dan para malaikat yang berada di dalamnya. Dan melakukan percakapan tanpa suara dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputar mencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin dan setelah manusia kembali kepada Sang Pencipta, rahasia-rahasia itu akan bertahta diakhirat yaitu surga Na’im, surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada bandingnya. Tempat ruh yang paling tinggi adalah di tengah hati yaitu ‘hati bagi hati’.
Thursday, March 29, 2012
CATATAN PENGALAMAN PADA 24 HB MAC 2012 (KES SIHIR DAN GANGGUAN JIN)
Temujanji telah di buat oleh ketiga-tiga pesakit saya pada hari-hari sebelumnya. Waktu yang di janjikan adalah selepas solat Asar yakni dalam jam 5 petang.
Pesakit pertama adalah seorang Anggota Polis yang bertugas di Ibukota Kuala Lumpur. Beliau sudah sekian lama tidak dapat tidur dan kakinya sudah di cungkil sebahagian isinya oleh Doktor di bahagian ibujari kerana luka yang sedikit namun kini semakin parah. Oleh kerana pihak doktor sendiri tidak dapat mengesan punca sakit dan penyakitnya, akhirnya dia ingin mencuba kaedah Perubatan Islam. Menurut nya, dia di beritahu oleh adik saya sendiri bahawa kaedah Ilmu Perubatan Islam yang di amalkan oleh saya (abangnya) adalah syumul dan mampu mengubati apa jua penyakit dan bukan sekadar gangguan makhluk, sihir dan saka sahaja.
Bila rawatan di mulakan di bahagian kepala , kelihatan seluruh badannya menggigil dan menggeliat menunjukkan rasa tidak selesa. Saya mulakan dengan mengucap 2 Kalimah Syahadah, berdoa dan berzikir dengan Nama-Nama Allah Yang Agung. Seterusnya membaca Surah Yaasin sepertimana di sarankan Baginda Rasul bila melawat dan merawat orang sakit. Dengan mengamalkan konsep Nafi dan Isbat dalam 2 Kalimah Syahadah tadi, yakni menafikan Wujud Diri dan mengisbatkan hanya Wujud Allah, maka di sini Allah SWT akan datangkan GERAK dari DIA , gerak yang membawa tangan yang tertulis Nama-Nama Nya iaitu AL-FATAH (18) DI TANGAN KANAN DAN AL-MUNTAQIM (81) DI TANGAN KIRI, lalu di GERAK kan oleh Allah SWT tangan kanan ke bahagian kepala (untuk menyalurkan tenaga/energy gelombang Nur atau kekuatan Rohani melalui ubun-ubun ke jantung dan seterusnya jantung akan mengepam tenaga ini kesetiap salur darah melalui urat saraf. Jika ada saraf yang tersumbat terutama di bahagian jantung, energy rohani ini lah yang akan memecahkannya terlebih dahulu agar seluruh energi ini dapat di salurkan keseluruh urat saraf lalu memecahkan setiap sumbatan baik dari sumbatan yang nyata seperti kolestrol mahu pun akibat gangguan makhluk-makhluk halus. Ini yang menyebabkan seluruh badan pesakit ini menggigil kerana menjalarnya energy ini ke setiap urat saraf yang berjumlah 360 di seluruh badan. Ada pun kerana makhluk-makhluk halus berkenaan telah terbakar kepanasan oleh tenaga ini lah maka badan pesakit menggigil dan menggeletar.
Seterusnya, tangan kiri pula bergerak mengarah ke bahagian kaki iaitu bahagian yang luka dan sakit itu. Apabila sahaja tapak tangan kiri di letakkan ke bahagian luka tersebut , pesakit terus menggeliat menahan kesakitan yang amat ketara , namun beliau dapat menahan suaranya dari kedengaran. Saya terus-menerus berzikir sambil memerhatikan pesakit , ini adalah kerana hanya Aura Nur Syifa (pancaran gelombang tenaga rohani) sahaja yang terpancar dari tapak tangan saya tanpa menyentuh pun kaki pesakit namun kesakitan pesakit amat jelas ketara. Setelah ada GERAKAN dari tangan kiri untuk berhenti dan menutup maka tangan saya terangkat meraut wajah dan mengucap syukur dan beristighfar.
Pesakit ini memerlukan rawatan ulangan sehingga setiap virus dan kuman termasuk makhluk-makhluk halus di dalam badannya dapat di singkirkan sama sekali namun saraf yang telah di putuskan oleh pihak doktor (daging kakinya telah di cungkil sedikit) tidak akan dapat di pulihkan dan di akhirat nanti pabila bangkit di Padang Mahsyar pun, keadaannya begitu juga. Allah SWT tidak akan memulangkan anggota badan yang telah kamu potong kerana DIA tidak pernah member IZIN kepada sesiapa untuk mengusik jasad ciptaan Nya.
Pesakit kedua pula merupakan rawatan ulangan terhadap gangguan sihir yang di kenakan ke atasnya. Pada kali pertama di rawat pesakit ini muntah –muntah yang agak banyak, mengeluarkan batuk angin dan lendir-lendir. Habis tenaga di keluarkan oleh pesakit untuk menghamburkan segala racun atau angin yang telah meledak di dalam badan yang meletus melalui mulutnya. Setelah habis segala lendir dan muntah angin di keluarkan. Wajah pesakit kelihatan ceria dan nampak agak bertenaga.
Pesakit telah menceritakan kepada kawannya yang juga merupakan murid saya yang menyarankan beliau bertemu saya terhadap apa yg berlaku semasa sesi rawatan. Katanya, jin-jin di dalam tubuhnya telah terperangkap dan terkurung serta terbakar dengan kepanasan gelombang Nur Syifa yang saya alirkan melalui ubun-ubun-nya. Badannya tidak dapat meronta dan bergerak kerana telah terkunci. Maka jin-jin penyihir itu tiada jalan lain selain keluar dari bahagian mulut yang sedia terbuka untuk melarikan diri. Beliau juga menyatakan bahawa telah nampak siapa yang telah menyihirnya semasa saya dalam proses menyalurkan energy gelombang Nur Syifa pada kepada dan belakang badannya.
Pada kali kedua rawatan di lakukan , bahagian kepala dan belakang badan sudah “clear”, tiada lagi muntah racun dan lendir keluar. Jadi kami berbual seketika untuk mengenal pasti apa kaedah si penyihir guna untuk membuat pesakit rasa sakit-sakit . Lalu pesakit teringat bahawa penyihir yang juga rakan sepejabat selalu membawa makanan yang di masaknya sendiri untuk hidangan sepejabat terutamanya Ketua Jabatannya lah.
Jadi rawatan di teruskan dengan saya menumpukan di bahagian perut pula. Dalam 5 minit tangan saya mengalirkan gelombang Nur Syifa di perutnya, beliau mula muntah-muntah semula. Kali ini lebih banyak dan lebih kuat ledakan batuknya. Alhamdulillah, baharu lah pesakit dan saya yakin bahawa segala racun dan bisa telah habis keluar dari badan.
Kes yang ke tiga pula merupakan susulan cerita di Majalah Mastika April 2012, di mana Din sahabat saya yang telah di buang saka keturunannya, merasakan sakit-sakitnya kembali semula. Sebaik sahaja tangan kanan saya di letakkan di kepalanya, tangan Din mula bergerak dan menarikan tarian Makyung sambil baring. Bila berpeluang menangkap kedua tangannya dan saya tekan ke tilam agar tidak dapat bergerak , mulutnya tiba-tiba mengeluarkan suara berbahasa tamil. Tanpa menghiraukan suara itu, saya meneruskan zikir Nama-Nama Allah Yang Agung, yang mana seolah-olah zikir yang berterusan itu menambah lagi tenaga/gelombang Nur Syifa yang menyerap masuk ke dalam tubuhnya melalui setiap urat sarafnya. Beliau (Din) seolah melekat di tilam tetapi berusaha meronta dan akhirnya beliau dapat memusingkan diri dan tertiarap. Dengan cepat saya bangun dan menekan pinggang nya dengan lutut , tangan kiri saya di belikatnya dan tangan kanan tetap di ubun-ubunnya. Jin itu akhirnya bersuara dalam bahasa Melayu dan membebel (bercerita)……… ……
“ Dia ni hari-hari lalu depan tempat aku, aku tengok dia kosong , aku masuk lah”
“Selalu buat overtime tapi dok tengok internet, blog Sunan Kalijaga. Blog PENIPU yang lain tak nak tengok.”
“Baik betul ko dengan Haji Zul ye….habis kuasa aku. Aku nak balik KUIL. Aku nak sedut semula kuasa orang yang menyembah aku. “
“Dia ni beramal main-main, buat Solat Taubat 2-3 kali pastu tak buat dah…..mana nak kuat.”
Saya lihat tiba-tiba isteri saya muncul berdiri di depan pintu bilik sambil memerhatikan kami dengan wajah serius tanpa rasa takut. Kemudian isteri saya duduk bersimpuh bersebelahan isteri Din dan amat dekat . Tiba-tiba tangan Din rapat menyembah……….
“AMPUN SUNAN……………..”
Saya memandang wajah isteri…….beliau nampak sedang berzikir…….
“Sunan mana pulak ni!” Tanya saya pada Jin di dalam badan Din. “Ampun Sunan……….Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Muria, Sunan Kalijaga , Syeikh Siti Jenar!”
“Tau kamu takut pada Sunan ye……mahu kamu lawan Sunan?” Kata ku.
“Saya takkan ganggu lagi, saya nak balik KUIL.”
Sejurus selepas itu Din mula batuk dengan kuat menandakan kesemua Jin Kuil tadi telah keluar semuanya. Din merasa agak malu bila tembelangnya telah di pecahkan oleh para jin-jin kuil tadi. Isterinya hanya tersenyum sinis.
Isteri ku bercerita selepas Din dan isteri pulang, katanya Sunan-Sunan tadi telah membisiknya dan menggerakkannya supaya masuk tengok keadaan Din. Patut lah dia memandang dengan wajah serius kerana isteri ku bukan orang yang berani . Kata ku pula, sudah sampai masa awak meneruskan tugas Datuk-Datuk awak sayang, Sunan- Sunan itu telah memberi isyarat bahawa mereka akan sentiasa bersama awak bila awak sudah mula bersedia untuk menjadi Perawat Islam, Pewaris Ilmu Wali Songo.
Pesakit pertama adalah seorang Anggota Polis yang bertugas di Ibukota Kuala Lumpur. Beliau sudah sekian lama tidak dapat tidur dan kakinya sudah di cungkil sebahagian isinya oleh Doktor di bahagian ibujari kerana luka yang sedikit namun kini semakin parah. Oleh kerana pihak doktor sendiri tidak dapat mengesan punca sakit dan penyakitnya, akhirnya dia ingin mencuba kaedah Perubatan Islam. Menurut nya, dia di beritahu oleh adik saya sendiri bahawa kaedah Ilmu Perubatan Islam yang di amalkan oleh saya (abangnya) adalah syumul dan mampu mengubati apa jua penyakit dan bukan sekadar gangguan makhluk, sihir dan saka sahaja.
Bila rawatan di mulakan di bahagian kepala , kelihatan seluruh badannya menggigil dan menggeliat menunjukkan rasa tidak selesa. Saya mulakan dengan mengucap 2 Kalimah Syahadah, berdoa dan berzikir dengan Nama-Nama Allah Yang Agung. Seterusnya membaca Surah Yaasin sepertimana di sarankan Baginda Rasul bila melawat dan merawat orang sakit. Dengan mengamalkan konsep Nafi dan Isbat dalam 2 Kalimah Syahadah tadi, yakni menafikan Wujud Diri dan mengisbatkan hanya Wujud Allah, maka di sini Allah SWT akan datangkan GERAK dari DIA , gerak yang membawa tangan yang tertulis Nama-Nama Nya iaitu AL-FATAH (18) DI TANGAN KANAN DAN AL-MUNTAQIM (81) DI TANGAN KIRI, lalu di GERAK kan oleh Allah SWT tangan kanan ke bahagian kepala (untuk menyalurkan tenaga/energy gelombang Nur atau kekuatan Rohani melalui ubun-ubun ke jantung dan seterusnya jantung akan mengepam tenaga ini kesetiap salur darah melalui urat saraf. Jika ada saraf yang tersumbat terutama di bahagian jantung, energy rohani ini lah yang akan memecahkannya terlebih dahulu agar seluruh energi ini dapat di salurkan keseluruh urat saraf lalu memecahkan setiap sumbatan baik dari sumbatan yang nyata seperti kolestrol mahu pun akibat gangguan makhluk-makhluk halus. Ini yang menyebabkan seluruh badan pesakit ini menggigil kerana menjalarnya energy ini ke setiap urat saraf yang berjumlah 360 di seluruh badan. Ada pun kerana makhluk-makhluk halus berkenaan telah terbakar kepanasan oleh tenaga ini lah maka badan pesakit menggigil dan menggeletar.
Seterusnya, tangan kiri pula bergerak mengarah ke bahagian kaki iaitu bahagian yang luka dan sakit itu. Apabila sahaja tapak tangan kiri di letakkan ke bahagian luka tersebut , pesakit terus menggeliat menahan kesakitan yang amat ketara , namun beliau dapat menahan suaranya dari kedengaran. Saya terus-menerus berzikir sambil memerhatikan pesakit , ini adalah kerana hanya Aura Nur Syifa (pancaran gelombang tenaga rohani) sahaja yang terpancar dari tapak tangan saya tanpa menyentuh pun kaki pesakit namun kesakitan pesakit amat jelas ketara. Setelah ada GERAKAN dari tangan kiri untuk berhenti dan menutup maka tangan saya terangkat meraut wajah dan mengucap syukur dan beristighfar.
Pesakit ini memerlukan rawatan ulangan sehingga setiap virus dan kuman termasuk makhluk-makhluk halus di dalam badannya dapat di singkirkan sama sekali namun saraf yang telah di putuskan oleh pihak doktor (daging kakinya telah di cungkil sedikit) tidak akan dapat di pulihkan dan di akhirat nanti pabila bangkit di Padang Mahsyar pun, keadaannya begitu juga. Allah SWT tidak akan memulangkan anggota badan yang telah kamu potong kerana DIA tidak pernah member IZIN kepada sesiapa untuk mengusik jasad ciptaan Nya.
Pesakit kedua pula merupakan rawatan ulangan terhadap gangguan sihir yang di kenakan ke atasnya. Pada kali pertama di rawat pesakit ini muntah –muntah yang agak banyak, mengeluarkan batuk angin dan lendir-lendir. Habis tenaga di keluarkan oleh pesakit untuk menghamburkan segala racun atau angin yang telah meledak di dalam badan yang meletus melalui mulutnya. Setelah habis segala lendir dan muntah angin di keluarkan. Wajah pesakit kelihatan ceria dan nampak agak bertenaga.
Pesakit telah menceritakan kepada kawannya yang juga merupakan murid saya yang menyarankan beliau bertemu saya terhadap apa yg berlaku semasa sesi rawatan. Katanya, jin-jin di dalam tubuhnya telah terperangkap dan terkurung serta terbakar dengan kepanasan gelombang Nur Syifa yang saya alirkan melalui ubun-ubun-nya. Badannya tidak dapat meronta dan bergerak kerana telah terkunci. Maka jin-jin penyihir itu tiada jalan lain selain keluar dari bahagian mulut yang sedia terbuka untuk melarikan diri. Beliau juga menyatakan bahawa telah nampak siapa yang telah menyihirnya semasa saya dalam proses menyalurkan energy gelombang Nur Syifa pada kepada dan belakang badannya.
Pada kali kedua rawatan di lakukan , bahagian kepala dan belakang badan sudah “clear”, tiada lagi muntah racun dan lendir keluar. Jadi kami berbual seketika untuk mengenal pasti apa kaedah si penyihir guna untuk membuat pesakit rasa sakit-sakit . Lalu pesakit teringat bahawa penyihir yang juga rakan sepejabat selalu membawa makanan yang di masaknya sendiri untuk hidangan sepejabat terutamanya Ketua Jabatannya lah.
Jadi rawatan di teruskan dengan saya menumpukan di bahagian perut pula. Dalam 5 minit tangan saya mengalirkan gelombang Nur Syifa di perutnya, beliau mula muntah-muntah semula. Kali ini lebih banyak dan lebih kuat ledakan batuknya. Alhamdulillah, baharu lah pesakit dan saya yakin bahawa segala racun dan bisa telah habis keluar dari badan.
Kes yang ke tiga pula merupakan susulan cerita di Majalah Mastika April 2012, di mana Din sahabat saya yang telah di buang saka keturunannya, merasakan sakit-sakitnya kembali semula. Sebaik sahaja tangan kanan saya di letakkan di kepalanya, tangan Din mula bergerak dan menarikan tarian Makyung sambil baring. Bila berpeluang menangkap kedua tangannya dan saya tekan ke tilam agar tidak dapat bergerak , mulutnya tiba-tiba mengeluarkan suara berbahasa tamil. Tanpa menghiraukan suara itu, saya meneruskan zikir Nama-Nama Allah Yang Agung, yang mana seolah-olah zikir yang berterusan itu menambah lagi tenaga/gelombang Nur Syifa yang menyerap masuk ke dalam tubuhnya melalui setiap urat sarafnya. Beliau (Din) seolah melekat di tilam tetapi berusaha meronta dan akhirnya beliau dapat memusingkan diri dan tertiarap. Dengan cepat saya bangun dan menekan pinggang nya dengan lutut , tangan kiri saya di belikatnya dan tangan kanan tetap di ubun-ubunnya. Jin itu akhirnya bersuara dalam bahasa Melayu dan membebel (bercerita)……… ……
“ Dia ni hari-hari lalu depan tempat aku, aku tengok dia kosong , aku masuk lah”
“Selalu buat overtime tapi dok tengok internet, blog Sunan Kalijaga. Blog PENIPU yang lain tak nak tengok.”
“Baik betul ko dengan Haji Zul ye….habis kuasa aku. Aku nak balik KUIL. Aku nak sedut semula kuasa orang yang menyembah aku. “
“Dia ni beramal main-main, buat Solat Taubat 2-3 kali pastu tak buat dah…..mana nak kuat.”
Saya lihat tiba-tiba isteri saya muncul berdiri di depan pintu bilik sambil memerhatikan kami dengan wajah serius tanpa rasa takut. Kemudian isteri saya duduk bersimpuh bersebelahan isteri Din dan amat dekat . Tiba-tiba tangan Din rapat menyembah……….
Saya memandang wajah isteri…….beliau nampak sedang berzikir…….
“Sunan mana pulak ni!” Tanya saya pada Jin di dalam badan Din. “Ampun Sunan……….Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Muria, Sunan Kalijaga , Syeikh Siti Jenar!”
“Tau kamu takut pada Sunan ye……mahu kamu lawan Sunan?” Kata ku.
“Saya takkan ganggu lagi, saya nak balik KUIL.”
Sejurus selepas itu Din mula batuk dengan kuat menandakan kesemua Jin Kuil tadi telah keluar semuanya. Din merasa agak malu bila tembelangnya telah di pecahkan oleh para jin-jin kuil tadi. Isterinya hanya tersenyum sinis.
Isteri ku bercerita selepas Din dan isteri pulang, katanya Sunan-Sunan tadi telah membisiknya dan menggerakkannya supaya masuk tengok keadaan Din. Patut lah dia memandang dengan wajah serius kerana isteri ku bukan orang yang berani . Kata ku pula, sudah sampai masa awak meneruskan tugas Datuk-Datuk awak sayang, Sunan- Sunan itu telah memberi isyarat bahawa mereka akan sentiasa bersama awak bila awak sudah mula bersedia untuk menjadi Perawat Islam, Pewaris Ilmu Wali Songo.
Wednesday, March 28, 2012
REIKI (ILMU SIDHARTA GAUTAMA) VS TITIK 9 (ILMU PARA WALI)
BANDINGAN ANTARA AMALAN PARA PENGAMAL REIKI DAN PENGAMAL ILMU SYAHADAH (ILMU TERTINGGI DALAM ISLAM)
Madu di tangan kanan mu, racun di tangan kiri mu, yang mana satu pilihan mu? Islam yang di tinggalkan Junjungan Nabi kita sudah lengkap dan syumul. Turunnya Al Quran membenarkan kitab-kitab terdahulu namun di mana keaslian kitab-kitab terdahulu? Dr.Reiki mengamalkan ajaran meditasi dari Kitab Sidharta Gautama (seorang Nabi yang membaharui Agama Tauhid Nabi Ibrahim yg sudah menyeleweng di dalam Agama Hindu) namun amalan ini khusus bagi pengamal ajaran Buddha yg belum lengkap dan bukan bagi Umat Nabi Muhammad SAW, ini pun tak boleh faham ke?
Ilmu yang bersanad dan bersalasilah kepada Rasulullah tak boleh kah kamu pelajari sehingga tergamak mempelajari ilmu yg sudah terkeluar dari Sanad Rasulullah?
Kamu tidak takut kepada dosa SYIRIK ? Ilmu yang tidak bersandar kepada Mengenal Allah, Tuhan Empunya alam Yang maha Berkuasa adalah amalan SESAT lagi MENYESATKAN........FAHAM????
======================================================================================================================
Madu di tangan kanan mu, racun di tangan kiri mu, yang mana satu pilihan mu? Islam yang di tinggalkan Junjungan Nabi kita sudah lengkap dan syumul. Turunnya Al Quran membenarkan kitab-kitab terdahulu namun di mana keaslian kitab-kitab terdahulu? Dr.Reiki mengamalkan ajaran meditasi dari Kitab Sidharta Gautama (seorang Nabi yang membaharui Agama Tauhid Nabi Ibrahim yg sudah menyeleweng di dalam Agama Hindu) namun amalan ini khusus bagi pengamal ajaran Buddha yg belum lengkap dan bukan bagi Umat Nabi Muhammad SAW, ini pun tak boleh faham ke?
Ilmu yang bersanad dan bersalasilah kepada Rasulullah tak boleh kah kamu pelajari sehingga tergamak mempelajari ilmu yg sudah terkeluar dari Sanad Rasulullah?
Kamu tidak takut kepada dosa SYIRIK ? Ilmu yang tidak bersandar kepada Mengenal Allah, Tuhan Empunya alam Yang maha Berkuasa adalah amalan SESAT lagi MENYESATKAN........FAHAM????
======================================================================================================================
Sunday, March 25, 2012
ASAL KETURUNAN KU ( BERDARAH RAJA & WALI )
Susur galur ini tidak ku ketahui langsung, namun mereka-mereka yang terbuka mata hati dari orang biasa hingga ke para ulama mengesahkan darah-darah mereka di bawah ada di dalam tubuhku.
KUMPULAN WALI 7 DI MANA MOYANGKU ADALAH SAYYID HUSSIN JAMADIL KUBRA
PADUKA CIK SITI WAN KEMBANG (KAKAK IPAR SAYYID HUSSIN JAMADIL KUBRA)
SYEIKH ABDUL QODIR AL JAILANI (SULTANUL AULIA)
TOKKU PALOH (PEWARIS SEBENAR KESULTANAN TRENGGANU)
TOK KENALI
SUNAN KALIJAGA / SYEIKH MALAYA / RADEN MAS SYAHID YANG MENGISLAMKAN RAJA BESAR KERAJAAN PATANI ( MEWARISI ILMUNYA )
KUMPULAN WALI 7 DI MANA MOYANGKU ADALAH SAYYID HUSSIN JAMADIL KUBRA
PADUKA CIK SITI WAN KEMBANG (KAKAK IPAR SAYYID HUSSIN JAMADIL KUBRA)
SYEIKH ABDUL QODIR AL JAILANI (SULTANUL AULIA)
TOKKU PALOH (PEWARIS SEBENAR KESULTANAN TRENGGANU)
TOK KENALI
SUNAN KALIJAGA / SYEIKH MALAYA / RADEN MAS SYAHID YANG MENGISLAMKAN RAJA BESAR KERAJAAN PATANI ( MEWARISI ILMUNYA )
Friday, March 23, 2012
YANG SUCI FAHAM DAN LUAS ILMU
CIRI-CIRI ORANG YANG BERMAKRIFAT
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Maka iaitu dalam demikian itu(anugerah dan tegah) berkenalkan Diri-Nya kepadamu dan menghadapkan dengan keadaan Sayang-Nya atas mu.
Keterangan Suluk
Setelah difahami dengan sejelasnya akan hakikat sebenarnya di sebalik sesuatu anugerah dan tegah sebagaimana yang telah dibincangkan dalam beberapa keterangan yang lalu, maka sedarilah kita bahawasanya tujuan sebenarnya kurnia dan tegah itu adalah kerana Dia(Allah) ingin memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Kenal...... sama ada dengan pengenalan mahu pun dengan penyaksian diri. Dibawa dirimu dengan keadaan Sayang-Nya kepadamu supaya diketahui, dikenali atau disaksikan betapa Agung dan betapa Maha Tinggi-Nya Ketuhanan Allah yang dengan segala sifat-sifat-Nya Yang Maha Sempurna yang terzhohir melalui/di sebalik Anugerah dan Tegahan dari-Nya.
Untuk itu, hendaklah difahami bahawasanya Dia(Allah) dalam menyatakan Tajali-Nya kepadamu, bisa datang dalam pelbagai wajah dan bentuk, supaya disaksikan yang banyak dalam yang satu dan yang satu dalam yang banyak. Tidak ada bezanya, dan tiada sedikitnya diskriminasi, hanya yang ada Keesaan dan Kesatuan Zat Allah yang bersifat dengan segala sifat-Nya Yang Jalal dan Jamal. Selebih-lebih keterangannya berkaitan dengan perihal ini ialah dengan memasuki bidang rasa dan bidang hal yang tidak mampu untuk tafsirkan walaupun dengan susunan kata yang berjelujur.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka sayugianya bagimu hai hamba, bahawa jangan engkau perbezakan antara keduanya jikalau engkau kehendaki akan makrifat Tuhanmu; dan tiada diperhamba-Nya akan dikau akan kasih bagi bahagian nafsumu.
Keterangan Suluk
Dengan keterangan di atas, maka bertemulah kita dengan petunjuk kepada apa yang dicari-cari oleh mereka yang ahli ilmu, ahli amal, ahli mujahadah, ahli zikir, ahli suluk, ahli thoriqat dan yang lain-lainnya. Makrifat akan Tuhan-Nya itulah titik akhir pencarian mereka. Maka untuk itu wahai ahli-ahli ilmu, wahai ahli-ahli amal, ahli-ahli zikir dan yang lain-lainnya;
Sedarilah jika engkau ingin mendapatkan makrifat akan Tuhanmu itu, maka wajib bagimu(di sisi ahli sufi),
• tidak membeza-bezakan antara kurnia dan tegah,
• tidak liar dan jinak dengan kehadiran kedua-duanya,
• tidak memandang dan menilik kepada bentuk-bentuk habuan atau musibah,
• tidak terpinga-pinga dengan kehadiran Warid dan Tajali-Nya,
tetapi bahkan pandanglah dan syuhudlah kepada Keesaan dan Keagungan Sifat-Sifat, Zat Ketuhanan Yang Wajibal Wujud. Inilah pandangan dari hati yang punya Makrifat; tidak memandang dan membeza-bezakan bentuk-bentuk yang datang, Tidak terpengaruh dengan rupa dan wajah yang terzhohir tetapi bahkan menyatukan segala sesuatu dalam Lautan Keesaan Tuhan.
Dengan memiliki pandangan yang berMakrifat ini, maka lepas bebas dan merdekalah diri engkau daripada sujud dan memperhambakan diri kepada keinginan hawa nafsumu.
Sebenarnya, suka dan duka kepada kurnia dan tegah itu, adalah daripada feel dan sifat orang-orang yang terhijab dan terdinding daripada memandang Esa Ketuhanan-Nya Allah.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka barangsiapa berasa sakit dengan tegah, maka iaitu mahjub; dan barangsiapa melihat dalamnya(tegah sebagai) kurnia, maka iaitu kepadanya tiada mahjub. Dan hanya sahnya diperoleh demikian itu daripada suci fahamnya dan luas ilmunya.
Keterangan Suluk
Keterangan di atas adalah untuk memperihalkan berkenaan hal-ahwal ahli-ahli Mahjub(yang terdinding daripada melihat hakikat). Antara contoh orang-orang yang mahjub(terhijab dari memandang hakikat) ialah mereka yang berasa sakit dengan sesuatu tegah.
• Tidak senang dengan kedhoifan dan kekurangan diri dan ingin sekali kepada kekuasaan dan kelebihan di sisi manusia, maka ini Ahli Mahjub;
• Tidak senang dengan kesusahan dan kesakitan dan senang sekali dengan kemudahan hidup dan keselesaan diri, maka ini Ahli Mahjub;
• Tidak senang kerana tidak kesampaian sesuatu hajat(seperti harta, anak, ilmu, keramat dsb) dan ingin sekali setiap cita-cita dan impian hidup tercapai, maka ini pun dari golongan ahli Mahjub;
• Liar apabila kedatangan bala dan musibah, tetapi jinak hati dengan sesuatu nikmat, maka ini pun ahli Mahjub juga.
o Termasuk juga di sini, melenting apabila diri dikritik, senang apabila idea/pandangan ilmu diikuti
o menyalahkan orang itu dan orang ini semasa musibah, tetapi menyabitkan kelebihan diri bila kedatangan nikmat.
Sebaliknya pula, sesiapa yang melihat di dalam tegahan itu sebagai satu kurnia dari Allah Taala, maka mereka inilah yang layaknya dipanggil Ahli Makrifat atau Ahli Hakikat yang tiada mahjub(terdinding) untuk Menyaksikan Keesaan Tuhan-Nya Yang Maha Meliputi..
Dan sesungguhnya tidak akan dapat menyedari dan menyaksikan akan lautan Keesaan Tuhan itu melainkan pada mereka yang telah suci fahamnya dan luas ilmunya.
• Suci fahamnya dengan maksud, kefahaman yang hasil daripada kesedaran jiwa untuk mengenali hakikat Ketuhanan Allah yang tidak bersandarkan kepada sebarang ilmu, mana-mana makhluk, dan apa-apa dalil atau burhan.
• Luas ilmunya dengan maksud, meliputi segala pengetahuannnya dari yang zhohir kepada yang batin, dari yang yang rendah kepada yang tinggi, dari awal kepada yang akhir, dari yang satu kepada yang banyak, dan dari yang banyak kepada yang satu, dari Yang Qadim kepada yang baru.
Jika mereka berdalil pun, mereka akan berdalil dengan sesuatu yang Qadim(Allah), bukannya dengan sesuatu yang baru(Alam). Keluasan ilmu mereka bukanlah dengan Pengajian Insani tetapi hasil dari Pengajian Rabbani, di mana segala apa yang dimiliki dan yang diperihalkan adalah semata-mata dengan bersandar dan berpegang kepada Allah Taala.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan kata Ibrahim Al-Khowas ra.;
Tiada ada fakir hingga ada dalamnya dua perkara.
• Pertama, berpegang kepada Allah dan
• Kedua, syukur kepada Allah bagi barang yang diperoleh daripada dunia.
Keterangan Suluk
Fakir sebagaimana maksud di atas bukanlah ia bermaksud fakir miskin yang tiada harta benda dan wang ringgit, tetapi ianya adalah merujuk kepada seorang hamba yang lepas bebas daripada sebarang kehendak, keinginan dan pergantungan melainkan kepada Allah semata-mata. Tidak cenderung kepada usaha memperolehi sebarang anugerah kurnia dan tidak pula liar dengan apa-pa tegahan yang datang bahkan memiliki hati yang sentiasa jinak dengan Allah Taala.
Tiada seorang fakir itu dikatakan fakir yang hakiki melainkan dari mereka yang punya sifat sebagaimana berikut;
• Pertama, Apa yang mereka mahukan, ialah Allah Taala;
o dengan berjinak hati kepada Allah,
o sentiasa bersandar dan berharap hanya kepada Allah,
o melakukan sesuatu amal kebajikan kerana Allah semata-mata
bukannya kerana itu atau ini,
atau kepada itu atau kepada ini,
atau untuk itu atau untuk ini;
o yang menunjukkan mereka itu hanyalah berpegang dan bergantung kepada Allah semata-mata.
• Kedua, Sentiasa bersyukur dengan sentiasa memandang kepada Yang Memberi(Allah), bukannya kepada apa yang diberi dan siapa yang memberi daripada apa-apa nikmat keduniaan yang dikurniakan kepadanya.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan kata mereka itu(sufiah);
Setengah daripada alamat dihinakan Allah bagi hamba itu [ialah] disampaikan segala hajatnya dalam negeri dunia ini dengan segera.
Keterangan Suluk
Keterangan di atas boleh dijadikan sebagai panduan dan peringatan penting untuk seseorang yang masih banyak melekat pandangan hatinya kepada nikmat-nikmat keduniaan.
• Tidak semua kesenangan, kemudahan dan keberhasilan maksud yang dihajati itu menunjukkan ianya sebagai satu Anugerah Nikmat pemberian dari Allah Taala.
• Tidak semua keistimewaan diri yang diperolehi itu menunjukkan diri telah dimuliakan oleh Allah Taala.
• Tidak semua kemasyhuran dan kelebihan ilmu atau kelebihan amal, atau ramainya pengikut-pengikut menyatakan ianya sebagai sesuatu yang Allah muliakan,
tetapi ketahuilah ianya mungkin boleh menjadi tanda-tanda yang menunjukkan seseorang itu sedang dihinakan dengan segera di dunia ini.
Bagaimana mungkin akal yang tumpul atau mata hati yang buta dapat menerima kenyataan di atas sebagai sesuatu yang menghinakan sedang diri sentiasa dikunjungi, dimuliakan, kata-kata sentiasa dipatuhi, hajat permintaan sentiasa dikabulkan???. Sebenarnya seseorang yang sentiasa dipenuhi hajat dan cita-rasanya akan mudah untuk cenderung kepada tilikan dan pandangan kepada dirinya, malahan mungkin terjerumus kepada perhambaan dan pergantungan kepada masyiwallah(sesuatu selain dari Allah seperti makhluk, kekeramatan dsb), yang akan membenihkan sifat-sifat sombong, ego, takkabur, ujub, riya dan lain-lain sifat-sifat yang hina secara tersembunyi .
Berlainan dengan seseorang yang sentiasa ditegahkan hajatnya, sentiasa merendahkan diri, bertaqarrub kepada Allah dan mengharapkan keredhoaan dari Allah semata-mata. Inilah hal-ahwal hamba-hamba yang diberikan kemuliaan yang disegerakan di dunia ini.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka barangsiapa mengetahui daripada-Nya lain daripada barang yang telah tersebut itu, maka sanya memberi sakit akan dikau itu tegah kerana ketiadaan faham engkau daripada Allah Taala dalamnya.
Dan jikalau faham engkau, nescaya engkau puji akan Dia atas tiap-tiap hal; dan barangsiapa mengetahui akan Allah mengasih padanya dan menganuherahi atasnya dan sangat menyayang padanya, maka tiadalah mengapa barang yang dihadapkan kepadanya.
Keterangan Suluk
Sesiapa yang memahami anugerah dan tegah itu mengikut pandangan dan kefahaman kebanyakan manusia yang tidak punya cahaya makrifat, maka kesannya ialah akan merasa sakit dan susah dalam menerima sesuatu tegahan dan ketidaksampaian hajat dan keinginan. Mereka akan menilai sesuatu itu mengikut kefahaman yang tohor dan dangkal. Ini adalah kerana mereka tidak punya pandangan dan kefahaman yang menembusi kepada wujudnya sifat-sifat Allah di dalam tiap-tiap sesuatu yang mendatangi.
Berlainan dengan seseorang yang punya kefamanan yang suci dan luas ilmunya, yang hasil dari makrifatullah, nescaya mereka akan memuji dan bersyukur kepada Allah di atas tiap-tiap hal sama ada susah atau senang, bala atau nikmat, tegah atau kurnia. Ini adalah kerana pada mana-mana hal yang datang itu menunjukkan wujudnya perhatian dan tilikan serta anugerah Allah kepadanya.
Dan barangsiapa yang mengetahui dan menyedari bahawa Allah Taala sentiasa mengasihinya dan sentiasa melimpahkan anugerah kurnianya walaupun tanpa dipinta serta sangat menyayangi padanya melebihi kasih sayang ibu-bapa, maka samalah padanya kurnia dan tegah, susah dan senang, bala atau nikmat. ada atau tiada, puji atau maki yang menunjukkan tidaklah dikisahkan barang apa yang dihadapkan kepadanya. Hal dirinya ialah sentiasa bersyukur dan memandang kepada Allah Taala.
• Syukur dalam kurnia,
• Syukur dalam tegahan,
• Syukur dalam susah,
• Syukur dalam senang, dalam bala, dalam nikmat,
• Syukur sewaktu ada dan sewaktu tiada,
• Syukur pada maki dan puji manusia.
Dengan kerana ini, Tok Pulau Manis melanjutkan syarahannya dengan mendatangkan ....................
Kata Sheikh Abu Osman Al-Magribi ra.;
Bermula segala makhluk itu sekelian mereka itu serta Allah dalam maqam Syukur dan menyangka mereka itu bahawasanya mereka itu dalam maqam sabar.
Keterangan Suluk
Memang sepatutnya semua makhluk itu sentiasa berada dalam Maqam Syukur sekiranya mereka sentiasa memandang kepada Yang Memberi bukan kepada apa yang diberi
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan kata mereka itu(sufiah);
Tiadalah sempurna faqir itu hingga ada menilik Allah baginya dalam tegah itu afdhal daripada tilikan kurnia-Nya.
Keterangan Suluk
Dengan kata lainnya, kata-kata sufiah di atas boleh ditegaskan sebagai;
Faqir yang sempurna atau Ahli Makrifat yang sejati itu ialah mereka yang lebih suka untuk menilik dan memandang Allah Taala dalam waktu tegahan melebihi kesukaannya untuk menilik Allah sewaktu mendapat sesuatu kurnia dari Allah Taala.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan setengah daripada segala wajah kurnia dalam tegah dan tegah dalam kurnia itu bahawasanya Allah Taala...........
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Terkadang dibukakan bagimu pintu taat dan tiada dibukakan bagimu pintu Qabul. Maka dihukum denganmu dosa. Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka jadilah ia menyesal dan Ihtiqar dirinya. Maka adalah demikian itu sebab dalam sampaimu.
Keterangan Suluk
Bersambung lagi dalam pengajian yang berikutnya di bawah tajuk Memahami Kepada Segala Hakikat
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Maka iaitu dalam demikian itu(anugerah dan tegah) berkenalkan Diri-Nya kepadamu dan menghadapkan dengan keadaan Sayang-Nya atas mu.
Keterangan Suluk
Setelah difahami dengan sejelasnya akan hakikat sebenarnya di sebalik sesuatu anugerah dan tegah sebagaimana yang telah dibincangkan dalam beberapa keterangan yang lalu, maka sedarilah kita bahawasanya tujuan sebenarnya kurnia dan tegah itu adalah kerana Dia(Allah) ingin memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Kenal...... sama ada dengan pengenalan mahu pun dengan penyaksian diri. Dibawa dirimu dengan keadaan Sayang-Nya kepadamu supaya diketahui, dikenali atau disaksikan betapa Agung dan betapa Maha Tinggi-Nya Ketuhanan Allah yang dengan segala sifat-sifat-Nya Yang Maha Sempurna yang terzhohir melalui/di sebalik Anugerah dan Tegahan dari-Nya.
Untuk itu, hendaklah difahami bahawasanya Dia(Allah) dalam menyatakan Tajali-Nya kepadamu, bisa datang dalam pelbagai wajah dan bentuk, supaya disaksikan yang banyak dalam yang satu dan yang satu dalam yang banyak. Tidak ada bezanya, dan tiada sedikitnya diskriminasi, hanya yang ada Keesaan dan Kesatuan Zat Allah yang bersifat dengan segala sifat-Nya Yang Jalal dan Jamal. Selebih-lebih keterangannya berkaitan dengan perihal ini ialah dengan memasuki bidang rasa dan bidang hal yang tidak mampu untuk tafsirkan walaupun dengan susunan kata yang berjelujur.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka sayugianya bagimu hai hamba, bahawa jangan engkau perbezakan antara keduanya jikalau engkau kehendaki akan makrifat Tuhanmu; dan tiada diperhamba-Nya akan dikau akan kasih bagi bahagian nafsumu.
Keterangan Suluk
Dengan keterangan di atas, maka bertemulah kita dengan petunjuk kepada apa yang dicari-cari oleh mereka yang ahli ilmu, ahli amal, ahli mujahadah, ahli zikir, ahli suluk, ahli thoriqat dan yang lain-lainnya. Makrifat akan Tuhan-Nya itulah titik akhir pencarian mereka. Maka untuk itu wahai ahli-ahli ilmu, wahai ahli-ahli amal, ahli-ahli zikir dan yang lain-lainnya;
Sedarilah jika engkau ingin mendapatkan makrifat akan Tuhanmu itu, maka wajib bagimu(di sisi ahli sufi),
• tidak membeza-bezakan antara kurnia dan tegah,
• tidak liar dan jinak dengan kehadiran kedua-duanya,
• tidak memandang dan menilik kepada bentuk-bentuk habuan atau musibah,
• tidak terpinga-pinga dengan kehadiran Warid dan Tajali-Nya,
tetapi bahkan pandanglah dan syuhudlah kepada Keesaan dan Keagungan Sifat-Sifat, Zat Ketuhanan Yang Wajibal Wujud. Inilah pandangan dari hati yang punya Makrifat; tidak memandang dan membeza-bezakan bentuk-bentuk yang datang, Tidak terpengaruh dengan rupa dan wajah yang terzhohir tetapi bahkan menyatukan segala sesuatu dalam Lautan Keesaan Tuhan.
Dengan memiliki pandangan yang berMakrifat ini, maka lepas bebas dan merdekalah diri engkau daripada sujud dan memperhambakan diri kepada keinginan hawa nafsumu.
Sebenarnya, suka dan duka kepada kurnia dan tegah itu, adalah daripada feel dan sifat orang-orang yang terhijab dan terdinding daripada memandang Esa Ketuhanan-Nya Allah.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka barangsiapa berasa sakit dengan tegah, maka iaitu mahjub; dan barangsiapa melihat dalamnya(tegah sebagai) kurnia, maka iaitu kepadanya tiada mahjub. Dan hanya sahnya diperoleh demikian itu daripada suci fahamnya dan luas ilmunya.
Keterangan Suluk
Keterangan di atas adalah untuk memperihalkan berkenaan hal-ahwal ahli-ahli Mahjub(yang terdinding daripada melihat hakikat). Antara contoh orang-orang yang mahjub(terhijab dari memandang hakikat) ialah mereka yang berasa sakit dengan sesuatu tegah.
• Tidak senang dengan kedhoifan dan kekurangan diri dan ingin sekali kepada kekuasaan dan kelebihan di sisi manusia, maka ini Ahli Mahjub;
• Tidak senang dengan kesusahan dan kesakitan dan senang sekali dengan kemudahan hidup dan keselesaan diri, maka ini Ahli Mahjub;
• Tidak senang kerana tidak kesampaian sesuatu hajat(seperti harta, anak, ilmu, keramat dsb) dan ingin sekali setiap cita-cita dan impian hidup tercapai, maka ini pun dari golongan ahli Mahjub;
• Liar apabila kedatangan bala dan musibah, tetapi jinak hati dengan sesuatu nikmat, maka ini pun ahli Mahjub juga.
o Termasuk juga di sini, melenting apabila diri dikritik, senang apabila idea/pandangan ilmu diikuti
o menyalahkan orang itu dan orang ini semasa musibah, tetapi menyabitkan kelebihan diri bila kedatangan nikmat.
Sebaliknya pula, sesiapa yang melihat di dalam tegahan itu sebagai satu kurnia dari Allah Taala, maka mereka inilah yang layaknya dipanggil Ahli Makrifat atau Ahli Hakikat yang tiada mahjub(terdinding) untuk Menyaksikan Keesaan Tuhan-Nya Yang Maha Meliputi..
Dan sesungguhnya tidak akan dapat menyedari dan menyaksikan akan lautan Keesaan Tuhan itu melainkan pada mereka yang telah suci fahamnya dan luas ilmunya.
• Suci fahamnya dengan maksud, kefahaman yang hasil daripada kesedaran jiwa untuk mengenali hakikat Ketuhanan Allah yang tidak bersandarkan kepada sebarang ilmu, mana-mana makhluk, dan apa-apa dalil atau burhan.
• Luas ilmunya dengan maksud, meliputi segala pengetahuannnya dari yang zhohir kepada yang batin, dari yang yang rendah kepada yang tinggi, dari awal kepada yang akhir, dari yang satu kepada yang banyak, dan dari yang banyak kepada yang satu, dari Yang Qadim kepada yang baru.
Jika mereka berdalil pun, mereka akan berdalil dengan sesuatu yang Qadim(Allah), bukannya dengan sesuatu yang baru(Alam). Keluasan ilmu mereka bukanlah dengan Pengajian Insani tetapi hasil dari Pengajian Rabbani, di mana segala apa yang dimiliki dan yang diperihalkan adalah semata-mata dengan bersandar dan berpegang kepada Allah Taala.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan kata Ibrahim Al-Khowas ra.;
Tiada ada fakir hingga ada dalamnya dua perkara.
• Pertama, berpegang kepada Allah dan
• Kedua, syukur kepada Allah bagi barang yang diperoleh daripada dunia.
Keterangan Suluk
Fakir sebagaimana maksud di atas bukanlah ia bermaksud fakir miskin yang tiada harta benda dan wang ringgit, tetapi ianya adalah merujuk kepada seorang hamba yang lepas bebas daripada sebarang kehendak, keinginan dan pergantungan melainkan kepada Allah semata-mata. Tidak cenderung kepada usaha memperolehi sebarang anugerah kurnia dan tidak pula liar dengan apa-pa tegahan yang datang bahkan memiliki hati yang sentiasa jinak dengan Allah Taala.
Tiada seorang fakir itu dikatakan fakir yang hakiki melainkan dari mereka yang punya sifat sebagaimana berikut;
• Pertama, Apa yang mereka mahukan, ialah Allah Taala;
o dengan berjinak hati kepada Allah,
o sentiasa bersandar dan berharap hanya kepada Allah,
o melakukan sesuatu amal kebajikan kerana Allah semata-mata
bukannya kerana itu atau ini,
atau kepada itu atau kepada ini,
atau untuk itu atau untuk ini;
o yang menunjukkan mereka itu hanyalah berpegang dan bergantung kepada Allah semata-mata.
• Kedua, Sentiasa bersyukur dengan sentiasa memandang kepada Yang Memberi(Allah), bukannya kepada apa yang diberi dan siapa yang memberi daripada apa-apa nikmat keduniaan yang dikurniakan kepadanya.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan kata mereka itu(sufiah);
Setengah daripada alamat dihinakan Allah bagi hamba itu [ialah] disampaikan segala hajatnya dalam negeri dunia ini dengan segera.
Keterangan Suluk
Keterangan di atas boleh dijadikan sebagai panduan dan peringatan penting untuk seseorang yang masih banyak melekat pandangan hatinya kepada nikmat-nikmat keduniaan.
• Tidak semua kesenangan, kemudahan dan keberhasilan maksud yang dihajati itu menunjukkan ianya sebagai satu Anugerah Nikmat pemberian dari Allah Taala.
• Tidak semua keistimewaan diri yang diperolehi itu menunjukkan diri telah dimuliakan oleh Allah Taala.
• Tidak semua kemasyhuran dan kelebihan ilmu atau kelebihan amal, atau ramainya pengikut-pengikut menyatakan ianya sebagai sesuatu yang Allah muliakan,
tetapi ketahuilah ianya mungkin boleh menjadi tanda-tanda yang menunjukkan seseorang itu sedang dihinakan dengan segera di dunia ini.
Bagaimana mungkin akal yang tumpul atau mata hati yang buta dapat menerima kenyataan di atas sebagai sesuatu yang menghinakan sedang diri sentiasa dikunjungi, dimuliakan, kata-kata sentiasa dipatuhi, hajat permintaan sentiasa dikabulkan???. Sebenarnya seseorang yang sentiasa dipenuhi hajat dan cita-rasanya akan mudah untuk cenderung kepada tilikan dan pandangan kepada dirinya, malahan mungkin terjerumus kepada perhambaan dan pergantungan kepada masyiwallah(sesuatu selain dari Allah seperti makhluk, kekeramatan dsb), yang akan membenihkan sifat-sifat sombong, ego, takkabur, ujub, riya dan lain-lain sifat-sifat yang hina secara tersembunyi .
Berlainan dengan seseorang yang sentiasa ditegahkan hajatnya, sentiasa merendahkan diri, bertaqarrub kepada Allah dan mengharapkan keredhoaan dari Allah semata-mata. Inilah hal-ahwal hamba-hamba yang diberikan kemuliaan yang disegerakan di dunia ini.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka barangsiapa mengetahui daripada-Nya lain daripada barang yang telah tersebut itu, maka sanya memberi sakit akan dikau itu tegah kerana ketiadaan faham engkau daripada Allah Taala dalamnya.
Dan jikalau faham engkau, nescaya engkau puji akan Dia atas tiap-tiap hal; dan barangsiapa mengetahui akan Allah mengasih padanya dan menganuherahi atasnya dan sangat menyayang padanya, maka tiadalah mengapa barang yang dihadapkan kepadanya.
Keterangan Suluk
Sesiapa yang memahami anugerah dan tegah itu mengikut pandangan dan kefahaman kebanyakan manusia yang tidak punya cahaya makrifat, maka kesannya ialah akan merasa sakit dan susah dalam menerima sesuatu tegahan dan ketidaksampaian hajat dan keinginan. Mereka akan menilai sesuatu itu mengikut kefahaman yang tohor dan dangkal. Ini adalah kerana mereka tidak punya pandangan dan kefahaman yang menembusi kepada wujudnya sifat-sifat Allah di dalam tiap-tiap sesuatu yang mendatangi.
Berlainan dengan seseorang yang punya kefamanan yang suci dan luas ilmunya, yang hasil dari makrifatullah, nescaya mereka akan memuji dan bersyukur kepada Allah di atas tiap-tiap hal sama ada susah atau senang, bala atau nikmat, tegah atau kurnia. Ini adalah kerana pada mana-mana hal yang datang itu menunjukkan wujudnya perhatian dan tilikan serta anugerah Allah kepadanya.
Dan barangsiapa yang mengetahui dan menyedari bahawa Allah Taala sentiasa mengasihinya dan sentiasa melimpahkan anugerah kurnianya walaupun tanpa dipinta serta sangat menyayangi padanya melebihi kasih sayang ibu-bapa, maka samalah padanya kurnia dan tegah, susah dan senang, bala atau nikmat. ada atau tiada, puji atau maki yang menunjukkan tidaklah dikisahkan barang apa yang dihadapkan kepadanya. Hal dirinya ialah sentiasa bersyukur dan memandang kepada Allah Taala.
• Syukur dalam kurnia,
• Syukur dalam tegahan,
• Syukur dalam susah,
• Syukur dalam senang, dalam bala, dalam nikmat,
• Syukur sewaktu ada dan sewaktu tiada,
• Syukur pada maki dan puji manusia.
Dengan kerana ini, Tok Pulau Manis melanjutkan syarahannya dengan mendatangkan ....................
Kata Sheikh Abu Osman Al-Magribi ra.;
Bermula segala makhluk itu sekelian mereka itu serta Allah dalam maqam Syukur dan menyangka mereka itu bahawasanya mereka itu dalam maqam sabar.
Keterangan Suluk
Memang sepatutnya semua makhluk itu sentiasa berada dalam Maqam Syukur sekiranya mereka sentiasa memandang kepada Yang Memberi bukan kepada apa yang diberi
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan kata mereka itu(sufiah);
Tiadalah sempurna faqir itu hingga ada menilik Allah baginya dalam tegah itu afdhal daripada tilikan kurnia-Nya.
Keterangan Suluk
Dengan kata lainnya, kata-kata sufiah di atas boleh ditegaskan sebagai;
Faqir yang sempurna atau Ahli Makrifat yang sejati itu ialah mereka yang lebih suka untuk menilik dan memandang Allah Taala dalam waktu tegahan melebihi kesukaannya untuk menilik Allah sewaktu mendapat sesuatu kurnia dari Allah Taala.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan setengah daripada segala wajah kurnia dalam tegah dan tegah dalam kurnia itu bahawasanya Allah Taala...........
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Terkadang dibukakan bagimu pintu taat dan tiada dibukakan bagimu pintu Qabul. Maka dihukum denganmu dosa. Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka jadilah ia menyesal dan Ihtiqar dirinya. Maka adalah demikian itu sebab dalam sampaimu.
Keterangan Suluk
Bersambung lagi dalam pengajian yang berikutnya di bawah tajuk Memahami Kepada Segala Hakikat
MEMAHAMI KEPADA SEGALA HAKIKAT
DOSA YANG MEMBAWA KEPADA KEHAMPIRAN
Petikan Dari Keterangan Terdahulu
Dan setengah daripada segala wajah kurnia dalam tegah dan tegah dalam kurnia itu bahawasanya Allah Taala...........
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Terkadang Allah membuka untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan bagimu pintu qabul, sebagaimana ada kalanya ditakdirkan engkau berbuat dosa tetapi menjadi sebab Wasil ilaLlah.
Keterangan Suluk
Alhamdulillah, kita masih lagi dibawa untuk memahami dengan sedetail-detailnya pengertiaan berkaitan dengan wajah kurnia dalam tegah dan tegah dalam kurnia; dan kali ini ianya menjejaki kepada rupa wajah yang lebih halus dan seni, yang jarang sekali kebanyakan manusia dapat memahami tanpa cahaya petunjuk dari Allah Taala.
Wajah Tegah dalam Kurnia terkadang boleh berlaku kepada seorang hamba yang diberikan keupayaan dan kekuatan untuk mendirikan pelbagai amal taat namun sayangnya segala amalan yang dikerjakan itu hampa dan kosong serta ditolak daripada diterima oleh Allah Taala. Inilah yang bahayanya bagi seorang yang rasa sudah selesa dan senang hati kerana memiliki kerajinan dan ketekunan dalam mendirikan amal ibadat.
**Rajin mengerjakan amalan-amalan sunat dengan banyak tetapi ditolak oleh Allah Taala,
**Rajin berwirid dan berzikir siang dan malam, tetapi amalan menjadi debu dan habuk malahan semakin jauh dengan Allah Taala,
**Rajin membaca Al-Qur'an, tetapi tidak diberikan sebarang pahala jauh lagi daripada memahami berlapis-lapis maksud di sebalik sesuatu kalimah,
**Rajin menuntut ilmu, mentelaah kitab, menyebarkan ilmu tetapi tidak sedikitpun dapat memberi manfaat untuk dirinya.
Wajah Kurnia dalam Tegah pula, ialah seperti dihalang seseorang daripada dapat melakukan amal taat sebagaimana semestinya; bahkan sering terjerumus dengan dosa dan maksiat, tetapi alangkah nikmatnya dosa-dosa yang dikerjakan itu menjadi sebab bagi dirinya untuk sampai kepada Allah Taala.
Hairan juga, yang taat semakin jauh dengan Allah, tetapi yang berdosa semakin dekat dengan Allah. Inilah sebahagian wajah kurnia dalam tegah dan wajah tegah dalam kurnia yang akan kita perhalusi dalam pengajian kali ini.
Kita ikuti pula keterangan Tok Pulau Manis berkaitan dengan hal dari...........Keterangan dan Huraian Selanjutnya oleh Tok Pulau Manis
Terkadang dibukakan bagimu pintu taat dan tiada dibukakan bagimu pintu Qabul. Maka dihukum denganmu dosa. Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka jadilah ia menyesal dan Ihtiqar dirinya. Maka adalah demikian itu sebab dalam sampaimu.
Keterangan Suluk
Kadang-kadang(bukannya selalu atau bukan semestinya begitu), dibukakan bagimu pintu taat dengan rajin dan tekun untuk mendirikan dan menambah, mempertingkatkan setiap amalan kebajikan yang disukai oleh syarak.
**Rajin sembahyang dan puasa,
**tekun dalam menuntut ilmu,
**bersemangat dalam berwirid dan berzikir,
**suka menganjurkan kebaikan untuk diri sendiri dan umum dan
**sentiasa cenderung untuk melipatgandakan amal taat yang sedia ada.
Tetapi malangnya, ...... semua amal taat dan kebajikan yang dikerjakan itu tiada dibukakan bagimu pintu Qabul yakni tidak diterima oleh Allah. Dengan kata lain amal taat yang mengunung tinggi banyak sekali pun yang kita kerjakan belum tentu dapat menjamin diterima oleh Allah Taala. Bila sudah tidak diterima, maka semakin menjauhlah hamba itu dengan Tuhan-Nya.
Banyaklah punca dan sebab-sebabnya yang menjadikan amal taat itu tidak diterima, tetapi yang paling besarnya ialah wujudnya hama syirik dalam ibadat; paling tidak, ... menilik dan memandang kepada keupayaan diri. Orang yang bersyirik adalah mereka yang menduakan Allah. Bila dua, maka terlontar jauhlah diri daripada mencapai hakikat Keesaan atau Tauhid.
Apabila jalan taat dan kebaikan tidak dapat menghampirkan diri hamba dengan Tuhan-Nya, sebagai satu Kurnia dari Yang Bersifat Pengasih lagi Penyayang, maka dihukum denganmu dosa yakni maka Allah akan menjatuhkan dirimu kepada suatu dosa dan maksiat yang amat kau kesali. Dalam baik-baik kita mengistiqamahkan amal kebajikan dan ketaatan kepada Allah, maka tiba-tiba timbul satu musibah yang menyebabkan diri tersilap dan terjerumus ke dalam najis dosa dan maksiat. Mungkin tanpa disedari kita telah mengkhianati saudara kita dengan terpaksa menipu atau menindas mereka demi untuk menjaga maruah dan harga diri kita atau keluarga. Mungkin tanpa sengaja, kita terambil hak orang lain yang lebih memerlukan demi untuk memelihara keperluan diri dan mungkin apa sahaja yang menjadikan diri kita bertindak tidak mengikut jalan yang diredhoi oleh Allah. Bila disedari akan kesilapan dan kesalahan diri itu, betapa hati(orang mukmin) akan menyesali, menjadi berterbangan segala jantung kerana takutkan pembalasan Allah.
Tersumbat hati dengan dirasai bahawa tidak satu makhluk pun yang dapat membersihkan najis yang terpalit itu, malah dirasakan tidak ada sesuatu yang dapat menolong dan membantunya melainkan Allah Taala Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengampuni. Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya yakni dengan dosa dan penyesalan itu akan membukakan pintu kesedaran bahawa tidak ada sesuatu lagi melainkan Allah sahaja yang dapat membantunya. Hati yang penuh kesedaran ini sahajalah yang akan sampai kepada Allah.
**Tunduk dan merendahkan diri dengan penuh kehinaan dan kedhoifan.
**Sedar betapa lekeh dirinya,
**betapa hina dan jahat dirinya ,
**betapa lemahnya diri dan segala sesuatu yang lain,
**betapa dhoif diri sendiri hingga tidak berupaya menguruskan kehidupan dengan baik,
yang menjadikan diri lemah longlai tersandar di dinding tanpa ada ruang lagi di sekeliling dengan memandang dan mengharapkan pertolongan belas ihsan dan kebaikan melainkan dari Allah semata-mata. Keadaan inilah, dengan hati yang merujuk terus kepada Wajah Allah tanpa sebarang tolehan kepada yang lain; akan membawa seseorang berhadapan dengan Hadirat-Nya. Hal ini tidak sebagaimana yang biasa terjadi kepada ahli taat yang memandang akan wujud upaya dirinya.
Inilah ciri-ciri seorang hamba yang mukmin kerana orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka jadilah ia menyesal dan Ihtiqar dirinya. Maka adalah demikian itu sebab dalam sampaimu.
Tegasnya sewaktu taat tidak dibukakan pintu kehampiran kerana punya hama syirik yang menilik upaya diri, sebaliknya pintu kehampiran itu dibukakan buat yang berdosa tetapi menyesali dan menyedari lemah dirinya(dengan maksud tidak wujud sesuatu kuasa yang dapat menolong dirinya bagi mendapat sesuatu kebaikan melainkan dengan limpah kurnia dari Allah Taala)
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka sayugianya jangan menilik hamba itu kepada segala surah(rupa) sesuatu[amal]; dan hendaklah menilik ia kepada segala hakikatnya kerana segala surah taat itu tiada menghendaki ia akan wujud qabul baginya, kerana mengandungi ia daripada ifat(penyakit) yang memberi kecederaannya daripada tiada ikhlas dalamnya. Dan demikian itu yang menegahkan daripada beroleh qabul baginya.
Keterangan Suluk
Setelah diketahui betapa sia-sianya memandang kepada upaya diri dalam mendirikan taat, maka wajiblah bagi hamba yang ingin mencapai kehampiran dengan Allah tidak menilik kepada segala surah(rupa) sesuatu[amal] yakni;
**Tidak menilik kepada banyak sedikitnya amal atau;
**Tidak menilik kepada kecantikan dan kebaikan amal itu;
**Tidak menilik kepada habuan diri seperti keramat dan kemuliaan;
**Tidak menilik kepada balasan syurga dengan segala nikmatnya;
**Tidak menilik kepada tempat itu dan ini(depan orang buat, di belakang orang tidak buat, atau di masjid banyak beramal tetapi di tempat lain rasa kurang untuk beramal);
**Tidak ujub dengan kehebatan diri dalam mendirikan pelbagai taat yang jarang dapat dikerjakan oleh kebanyakan orang;
Bahkan sebagai seorang hamba yang sedar diri hendaklah menilik ia kepada segala hakikatnya yakni Kehendak Allah, Kekuasaan Allah, Kekayaan Allah, Kemurahan Allah dengan segala Limpah Kurnia-Nya. Bersyukur dengan memandang kepada Allah Yang Memberi bukannya kepada apa yang diberikan .
Kenapa dan mengapa sehingga wajib seorang hamba itu menilik kepada segala hakikatnya bukan kepada segala rupa amalannya?
Ini adalah kerana segala wajah taat itu tiada menghendaki ia akan wujud qabul baginya yakni Allah tidak memandang kepada zhohir dan rupa segala bentuk amal ibadat sebagai syarat penerimaan diterima sesuatu amalan tersebut, kerana pada seorang yang memandang kepada wajah taat atau keupayaan dirinya menunjukkan mereka masih dibayangi oleh ifat(penyakit) yang memberi kecederaannya daripada tiada ikhlas dalamnya yakni penyakit-penyatkit seperti riya', ujub, takabbur dan sebagainya yang sememangnya sukar untuk dilihat seumpama semut hitam yang berjalan di atas batu hitam pada waktu yang kelam.
Dengan adanya hama penyakit yang menyelinap di sebalik sesuatu ketaatan itu, maka jauhlah amalan tersebut daripada memasuki pintu qabul atau penerimaan oleh Allah Taala.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan wujud surah(rupa) dosa itu tiada menghendaki ia akan jauh tetapi terkadang adalah demikian itu sebab sampainya kepada Tuhan-Nya dan hasilnya dalam hadirat hampir-Nya seperti yang dikata orang; terkadang dosa itu memasukkan ia ke dalam syurga.
Keterangan Suluk
Jika terkadang ketaatan yang didirikan itu boleh melontarkan jauh seorang hamba daripada pintu kehampiran dengan Tuhan-Nya, demikianlah pula kadang-kadang dosa dan maksiat yang dikerjakan oleh seorang hamba itu boleh menjadi sebab untuk sampai kepada Tuhan-Nya, masuk ke dalam Hadirat-Nya Yang Maha Mulia. Keadaan ini amat ajaib dan susah sekali untuk diterima oleh kebanyakan orang yang tidak memahami pokok hakikat ini. Namun yang pastinya di sisi orang-orang sufi terkadang dosa itu membawa rahmat kepada mereka sehingga ada yang berkata; terkadang dosa itu memasukkan ia ke dalam syurga.
Kenapa boleh jadi terbalik hukumnya di sini? Yang banyak mengerjakan amal taat dijauhkan dari pintu rahmat Tuhan sedangkan yang mengerjakan maksiat ditarik masuk ke dalam pintu Rahmat-Nya.
Penjelasan ini boleh kita perolehi dari............Keterangan dan Huraian Selanjutnya oleh Tok Pulau Manis
Dan kata Abu Hazam ra.;
Bahawasanya hamba yang mengerjakan amal kebajikan itu maka dibaikkannya pada ketika mengerjakan dia, dan tiada menjadikan Allah daripada kejahatan yang terlebih memberi mudhorat baginya daripadanya.
Keterangan Suluk
Mengikut pandangan mereka yang suci faham dan luas ilmu, jika seorang hamba mengerjakan amal kebajikan serta dibaikkannya sewaku mengerjakannya seperti
**menganggap dirinya yang baik dan sholeh,
**mana ada orang lain yang sanggup buat amal seperti aku,
**betapa tekun dan rajinnya aku berwirid atau menuntut ilmu,
**betapa bersungguh-sungguhnya aku dalam mujahadah,
**betapa seronok dan bersemangatnya aku dalam mengerjakan amar makruf dan nahi mungkar;
maka orang yang membaikkan amalannya seperti ini, meletakkan dirinya dalam lembah kejahatan dan tiada menjadikan Allah daripada kejahatan ini yang terlebih memberi mudhorat bagi dirinya. Betapa tidak memberi mudhorat sedangkan dalam amal taat itu tumbuh pelbagai virus dan penyakit hati seperti ujub, suma'ah, riya', sombong dan takabbur, syirik dan sebagainya lagi. Namun bagi para salik, ada lagi yang terlebih memberi mudhorat kepadanya sebagaimana yang pernah diucapkan oleh seorang Sufi sebagaimana berikut;
Kepentingan untuk diri sahaja adalah racun yang bisa bagi orang yang masih murid.
Keterangan dan Huraian Selanjutnya oleh Tok Pulau Manis
Dan bahawasanya hamba yang mengerjakan amal kejahatan itu, maka dijahatkannya pada ketika mengerjakan dia; dan tiada menjadikan Allah Taala daripada kebajikan yang terlebih memberi manfaat baginya daripadanya.
Keterangan Suluk
Berbeza dengan seorang hamba(mukmin) yang mengerjakan dosa dan maksiat, maka dijahatkannya pada ketika mengerjakan dia;
**dengan memandang kepada dhoifnya diri
**dengan menilik kepada lemahnya upaya dalam mengatur urusan hidupnya;
**dengan menyesali di atas keterlanjuran diri
**dengan merujuk dan bertaubat kepada Allah
**di mana dengan semuanya tiada menjadikan Allah Taala daripada kebajikan yang terlebih memberi manfaat bagi dirinya.
Betapa tidak memberi manfaat untuk dirinya kerana dengan memandang kepada dhoifnya diri, lemahnya upaya, hinanya diri, merujuk dan kembali kepada Allah, menjadikan mereka seorang yang kembali menetap kepada hakikat kehambaan(Ubudiyah) sebagaimana yang dikehendaki; tidak sebagaimana seorang yang mendakwa Sifat Rububiyah Tuhan-Nya.
Maka mengata Muaalif akan makna demikian itu dengan katanya......
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Maksiat yang mempusakai ia akan kehinaan dan Iftiqor, maka keluar hamba itu daripada dirinya dan kembalilah ia kepada Tuhan-Nya terlebih baik daripada taat yang mempusakai ia akan kemuliaan dan kebesaran. Maka keluarlah hamba itu daripada Sifat Ubudiyah kepada mendakwa Sifat Rububiyah. Maka inilah maksiat yang mempusakai Sifat Ubudiyah iaitu yang terlebih mulia sifat.
Keterangan Suluk
Bersambung lagi...........InsyaAllah.
Petikan Dari Keterangan Terdahulu
Dan setengah daripada segala wajah kurnia dalam tegah dan tegah dalam kurnia itu bahawasanya Allah Taala...........
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Terkadang Allah membuka untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan bagimu pintu qabul, sebagaimana ada kalanya ditakdirkan engkau berbuat dosa tetapi menjadi sebab Wasil ilaLlah.
Keterangan Suluk
Alhamdulillah, kita masih lagi dibawa untuk memahami dengan sedetail-detailnya pengertiaan berkaitan dengan wajah kurnia dalam tegah dan tegah dalam kurnia; dan kali ini ianya menjejaki kepada rupa wajah yang lebih halus dan seni, yang jarang sekali kebanyakan manusia dapat memahami tanpa cahaya petunjuk dari Allah Taala.
Wajah Tegah dalam Kurnia terkadang boleh berlaku kepada seorang hamba yang diberikan keupayaan dan kekuatan untuk mendirikan pelbagai amal taat namun sayangnya segala amalan yang dikerjakan itu hampa dan kosong serta ditolak daripada diterima oleh Allah Taala. Inilah yang bahayanya bagi seorang yang rasa sudah selesa dan senang hati kerana memiliki kerajinan dan ketekunan dalam mendirikan amal ibadat.
**Rajin mengerjakan amalan-amalan sunat dengan banyak tetapi ditolak oleh Allah Taala,
**Rajin berwirid dan berzikir siang dan malam, tetapi amalan menjadi debu dan habuk malahan semakin jauh dengan Allah Taala,
**Rajin membaca Al-Qur'an, tetapi tidak diberikan sebarang pahala jauh lagi daripada memahami berlapis-lapis maksud di sebalik sesuatu kalimah,
**Rajin menuntut ilmu, mentelaah kitab, menyebarkan ilmu tetapi tidak sedikitpun dapat memberi manfaat untuk dirinya.
Wajah Kurnia dalam Tegah pula, ialah seperti dihalang seseorang daripada dapat melakukan amal taat sebagaimana semestinya; bahkan sering terjerumus dengan dosa dan maksiat, tetapi alangkah nikmatnya dosa-dosa yang dikerjakan itu menjadi sebab bagi dirinya untuk sampai kepada Allah Taala.
Hairan juga, yang taat semakin jauh dengan Allah, tetapi yang berdosa semakin dekat dengan Allah. Inilah sebahagian wajah kurnia dalam tegah dan wajah tegah dalam kurnia yang akan kita perhalusi dalam pengajian kali ini.
Kita ikuti pula keterangan Tok Pulau Manis berkaitan dengan hal dari...........Keterangan dan Huraian Selanjutnya oleh Tok Pulau Manis
Terkadang dibukakan bagimu pintu taat dan tiada dibukakan bagimu pintu Qabul. Maka dihukum denganmu dosa. Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya, kerana bahawasanya orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka jadilah ia menyesal dan Ihtiqar dirinya. Maka adalah demikian itu sebab dalam sampaimu.
Keterangan Suluk
Kadang-kadang(bukannya selalu atau bukan semestinya begitu), dibukakan bagimu pintu taat dengan rajin dan tekun untuk mendirikan dan menambah, mempertingkatkan setiap amalan kebajikan yang disukai oleh syarak.
**Rajin sembahyang dan puasa,
**tekun dalam menuntut ilmu,
**bersemangat dalam berwirid dan berzikir,
**suka menganjurkan kebaikan untuk diri sendiri dan umum dan
**sentiasa cenderung untuk melipatgandakan amal taat yang sedia ada.
Tetapi malangnya, ...... semua amal taat dan kebajikan yang dikerjakan itu tiada dibukakan bagimu pintu Qabul yakni tidak diterima oleh Allah. Dengan kata lain amal taat yang mengunung tinggi banyak sekali pun yang kita kerjakan belum tentu dapat menjamin diterima oleh Allah Taala. Bila sudah tidak diterima, maka semakin menjauhlah hamba itu dengan Tuhan-Nya.
Banyaklah punca dan sebab-sebabnya yang menjadikan amal taat itu tidak diterima, tetapi yang paling besarnya ialah wujudnya hama syirik dalam ibadat; paling tidak, ... menilik dan memandang kepada keupayaan diri. Orang yang bersyirik adalah mereka yang menduakan Allah. Bila dua, maka terlontar jauhlah diri daripada mencapai hakikat Keesaan atau Tauhid.
Apabila jalan taat dan kebaikan tidak dapat menghampirkan diri hamba dengan Tuhan-Nya, sebagai satu Kurnia dari Yang Bersifat Pengasih lagi Penyayang, maka dihukum denganmu dosa yakni maka Allah akan menjatuhkan dirimu kepada suatu dosa dan maksiat yang amat kau kesali. Dalam baik-baik kita mengistiqamahkan amal kebajikan dan ketaatan kepada Allah, maka tiba-tiba timbul satu musibah yang menyebabkan diri tersilap dan terjerumus ke dalam najis dosa dan maksiat. Mungkin tanpa disedari kita telah mengkhianati saudara kita dengan terpaksa menipu atau menindas mereka demi untuk menjaga maruah dan harga diri kita atau keluarga. Mungkin tanpa sengaja, kita terambil hak orang lain yang lebih memerlukan demi untuk memelihara keperluan diri dan mungkin apa sahaja yang menjadikan diri kita bertindak tidak mengikut jalan yang diredhoi oleh Allah. Bila disedari akan kesilapan dan kesalahan diri itu, betapa hati(orang mukmin) akan menyesali, menjadi berterbangan segala jantung kerana takutkan pembalasan Allah.
Tersumbat hati dengan dirasai bahawa tidak satu makhluk pun yang dapat membersihkan najis yang terpalit itu, malah dirasakan tidak ada sesuatu yang dapat menolong dan membantunya melainkan Allah Taala Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengampuni. Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimu kepada-Nya yakni dengan dosa dan penyesalan itu akan membukakan pintu kesedaran bahawa tidak ada sesuatu lagi melainkan Allah sahaja yang dapat membantunya. Hati yang penuh kesedaran ini sahajalah yang akan sampai kepada Allah.
**Tunduk dan merendahkan diri dengan penuh kehinaan dan kedhoifan.
**Sedar betapa lekeh dirinya,
**betapa hina dan jahat dirinya ,
**betapa lemahnya diri dan segala sesuatu yang lain,
**betapa dhoif diri sendiri hingga tidak berupaya menguruskan kehidupan dengan baik,
yang menjadikan diri lemah longlai tersandar di dinding tanpa ada ruang lagi di sekeliling dengan memandang dan mengharapkan pertolongan belas ihsan dan kebaikan melainkan dari Allah semata-mata. Keadaan inilah, dengan hati yang merujuk terus kepada Wajah Allah tanpa sebarang tolehan kepada yang lain; akan membawa seseorang berhadapan dengan Hadirat-Nya. Hal ini tidak sebagaimana yang biasa terjadi kepada ahli taat yang memandang akan wujud upaya dirinya.
Inilah ciri-ciri seorang hamba yang mukmin kerana orang yang mukmin itu apabila jatuh daripada dosa, maka jadilah ia menyesal dan Ihtiqar dirinya. Maka adalah demikian itu sebab dalam sampaimu.
Tegasnya sewaktu taat tidak dibukakan pintu kehampiran kerana punya hama syirik yang menilik upaya diri, sebaliknya pintu kehampiran itu dibukakan buat yang berdosa tetapi menyesali dan menyedari lemah dirinya(dengan maksud tidak wujud sesuatu kuasa yang dapat menolong dirinya bagi mendapat sesuatu kebaikan melainkan dengan limpah kurnia dari Allah Taala)
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Maka sayugianya jangan menilik hamba itu kepada segala surah(rupa) sesuatu[amal]; dan hendaklah menilik ia kepada segala hakikatnya kerana segala surah taat itu tiada menghendaki ia akan wujud qabul baginya, kerana mengandungi ia daripada ifat(penyakit) yang memberi kecederaannya daripada tiada ikhlas dalamnya. Dan demikian itu yang menegahkan daripada beroleh qabul baginya.
Keterangan Suluk
Setelah diketahui betapa sia-sianya memandang kepada upaya diri dalam mendirikan taat, maka wajiblah bagi hamba yang ingin mencapai kehampiran dengan Allah tidak menilik kepada segala surah(rupa) sesuatu[amal] yakni;
**Tidak menilik kepada banyak sedikitnya amal atau;
**Tidak menilik kepada kecantikan dan kebaikan amal itu;
**Tidak menilik kepada habuan diri seperti keramat dan kemuliaan;
**Tidak menilik kepada balasan syurga dengan segala nikmatnya;
**Tidak menilik kepada tempat itu dan ini(depan orang buat, di belakang orang tidak buat, atau di masjid banyak beramal tetapi di tempat lain rasa kurang untuk beramal);
**Tidak ujub dengan kehebatan diri dalam mendirikan pelbagai taat yang jarang dapat dikerjakan oleh kebanyakan orang;
Bahkan sebagai seorang hamba yang sedar diri hendaklah menilik ia kepada segala hakikatnya yakni Kehendak Allah, Kekuasaan Allah, Kekayaan Allah, Kemurahan Allah dengan segala Limpah Kurnia-Nya. Bersyukur dengan memandang kepada Allah Yang Memberi bukannya kepada apa yang diberikan .
Kenapa dan mengapa sehingga wajib seorang hamba itu menilik kepada segala hakikatnya bukan kepada segala rupa amalannya?
Ini adalah kerana segala wajah taat itu tiada menghendaki ia akan wujud qabul baginya yakni Allah tidak memandang kepada zhohir dan rupa segala bentuk amal ibadat sebagai syarat penerimaan diterima sesuatu amalan tersebut, kerana pada seorang yang memandang kepada wajah taat atau keupayaan dirinya menunjukkan mereka masih dibayangi oleh ifat(penyakit) yang memberi kecederaannya daripada tiada ikhlas dalamnya yakni penyakit-penyatkit seperti riya', ujub, takabbur dan sebagainya yang sememangnya sukar untuk dilihat seumpama semut hitam yang berjalan di atas batu hitam pada waktu yang kelam.
Dengan adanya hama penyakit yang menyelinap di sebalik sesuatu ketaatan itu, maka jauhlah amalan tersebut daripada memasuki pintu qabul atau penerimaan oleh Allah Taala.
Keterangan dan Huraian oleh Tok Pulau Manis
Dan wujud surah(rupa) dosa itu tiada menghendaki ia akan jauh tetapi terkadang adalah demikian itu sebab sampainya kepada Tuhan-Nya dan hasilnya dalam hadirat hampir-Nya seperti yang dikata orang; terkadang dosa itu memasukkan ia ke dalam syurga.
Keterangan Suluk
Jika terkadang ketaatan yang didirikan itu boleh melontarkan jauh seorang hamba daripada pintu kehampiran dengan Tuhan-Nya, demikianlah pula kadang-kadang dosa dan maksiat yang dikerjakan oleh seorang hamba itu boleh menjadi sebab untuk sampai kepada Tuhan-Nya, masuk ke dalam Hadirat-Nya Yang Maha Mulia. Keadaan ini amat ajaib dan susah sekali untuk diterima oleh kebanyakan orang yang tidak memahami pokok hakikat ini. Namun yang pastinya di sisi orang-orang sufi terkadang dosa itu membawa rahmat kepada mereka sehingga ada yang berkata; terkadang dosa itu memasukkan ia ke dalam syurga.
Kenapa boleh jadi terbalik hukumnya di sini? Yang banyak mengerjakan amal taat dijauhkan dari pintu rahmat Tuhan sedangkan yang mengerjakan maksiat ditarik masuk ke dalam pintu Rahmat-Nya.
Penjelasan ini boleh kita perolehi dari............Keterangan dan Huraian Selanjutnya oleh Tok Pulau Manis
Dan kata Abu Hazam ra.;
Bahawasanya hamba yang mengerjakan amal kebajikan itu maka dibaikkannya pada ketika mengerjakan dia, dan tiada menjadikan Allah daripada kejahatan yang terlebih memberi mudhorat baginya daripadanya.
Keterangan Suluk
Mengikut pandangan mereka yang suci faham dan luas ilmu, jika seorang hamba mengerjakan amal kebajikan serta dibaikkannya sewaku mengerjakannya seperti
**menganggap dirinya yang baik dan sholeh,
**mana ada orang lain yang sanggup buat amal seperti aku,
**betapa tekun dan rajinnya aku berwirid atau menuntut ilmu,
**betapa bersungguh-sungguhnya aku dalam mujahadah,
**betapa seronok dan bersemangatnya aku dalam mengerjakan amar makruf dan nahi mungkar;
maka orang yang membaikkan amalannya seperti ini, meletakkan dirinya dalam lembah kejahatan dan tiada menjadikan Allah daripada kejahatan ini yang terlebih memberi mudhorat bagi dirinya. Betapa tidak memberi mudhorat sedangkan dalam amal taat itu tumbuh pelbagai virus dan penyakit hati seperti ujub, suma'ah, riya', sombong dan takabbur, syirik dan sebagainya lagi. Namun bagi para salik, ada lagi yang terlebih memberi mudhorat kepadanya sebagaimana yang pernah diucapkan oleh seorang Sufi sebagaimana berikut;
Kepentingan untuk diri sahaja adalah racun yang bisa bagi orang yang masih murid.
Keterangan dan Huraian Selanjutnya oleh Tok Pulau Manis
Dan bahawasanya hamba yang mengerjakan amal kejahatan itu, maka dijahatkannya pada ketika mengerjakan dia; dan tiada menjadikan Allah Taala daripada kebajikan yang terlebih memberi manfaat baginya daripadanya.
Keterangan Suluk
Berbeza dengan seorang hamba(mukmin) yang mengerjakan dosa dan maksiat, maka dijahatkannya pada ketika mengerjakan dia;
**dengan memandang kepada dhoifnya diri
**dengan menilik kepada lemahnya upaya dalam mengatur urusan hidupnya;
**dengan menyesali di atas keterlanjuran diri
**dengan merujuk dan bertaubat kepada Allah
**di mana dengan semuanya tiada menjadikan Allah Taala daripada kebajikan yang terlebih memberi manfaat bagi dirinya.
Betapa tidak memberi manfaat untuk dirinya kerana dengan memandang kepada dhoifnya diri, lemahnya upaya, hinanya diri, merujuk dan kembali kepada Allah, menjadikan mereka seorang yang kembali menetap kepada hakikat kehambaan(Ubudiyah) sebagaimana yang dikehendaki; tidak sebagaimana seorang yang mendakwa Sifat Rububiyah Tuhan-Nya.
Maka mengata Muaalif akan makna demikian itu dengan katanya......
Terjemahan Tok Pulau Manis, dari Kalam Hikmah Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari ra yang berikutnya;
Maksiat yang mempusakai ia akan kehinaan dan Iftiqor, maka keluar hamba itu daripada dirinya dan kembalilah ia kepada Tuhan-Nya terlebih baik daripada taat yang mempusakai ia akan kemuliaan dan kebesaran. Maka keluarlah hamba itu daripada Sifat Ubudiyah kepada mendakwa Sifat Rububiyah. Maka inilah maksiat yang mempusakai Sifat Ubudiyah iaitu yang terlebih mulia sifat.
Keterangan Suluk
Bersambung lagi...........InsyaAllah.
Saturday, March 17, 2012
PERBEZAAN ALIMBILLAH DENGAN ARIFBILLAH
Ia mempercayai ALLAH berdasarkan hujah ilmu dan akal
Atas dasar ilmu ia tidak boleh menolak adanya Tuhan
Tapi percaya secara ilmu itu, tidak ada rasa berTuhan
Takut dan cintanya dengan ALLAH tidak dapat dirasakan
Berlainan sekali Al Arifbillah
Orang yang mengenal ALLAH dengan makrifat yang mendalam
Ilmunya memberitahu
Dikuatkan dengan perasaan hati yang sentiasa sedar rasa berTuhan
Al Alimbillah suka berbahas, suka berforum, suka bermujadalah
Tapi apa yang dibincangkan tidak pun dihayati
Dan tidak diperbincangkan dengan amalan
Al Arifbillah, cinta dan takutnya dengan Tuhan amat mendalam
Perasaan itu payah hendak diungkaikan
Rasa kehambaan dapat dilihat di dalam kehidupan
Al Arifbilah bercakap berdasarkan pengalaman
Al Alimbilah bercakap di atas dasar ilmu pengetahuan
Al Arifbillah kerana rasa kehambaan mendalam
Sifat-sifat mahmudahnya nampak terserlah di dalam kehidupan
Al Alimbillah sifat-sifat mazmumahnya yang terserlah
Terutama sifat-sifat ego, riak dan megah
Gila nama dan glamour
Ingin dipuji dan dikenang jasanya
Al Arifbillah , sanjungan dan pujian itulah yang menyeksa hatinya
Itulah yang dibenci dan sangat tidak disukainya
Al Alimbilah belum menyelamatkan seseorang
Al Arifbillah baru ada jaminan dari Tuhan
Read more: http://cahayamukmin.blogspot.com/2010/06/perbezaan-alimbillah-dengan-arifbillah.html#ixzz1pNto60M1
ARIFBILLAH
MAKSUD DAN TUJUAN ORANG ARIFBILLAH ADALAH BENAR DALAM UBUDIYAH (KEHAMBAAN) DAN MELAKSANAKAN HAK-HAK RUBUBIAH (KETUHANAN).
Insan adalah ciptaan Allah s.w.t yang paling istimewa kerana padanya digabungkan aspek zahir dengan aspek batin. Aspek zahirnya menyerupai alam semesta dan aspek batinnya berkaitan dengan hal-hal ketuhanan. Hal-hal ketuhanan yang menyinari batin manusia itulah yang menyebabkan sekalian malaikat diperintahkan sujud kepada Adam a.s, bapa kepada sekalian insan.
(Ingatkanlah peristiwa) tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia – Adam - dari tanah; Kemudian apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya”. ( Ayat 71 & 72 : Surah Saad )
Hati nurani atau rohani manusia ada perkaitan dengan roh urusan Allah s.w.t. Ini yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia, sehingga malaikat diperintahkan sujud kepada manusia. Roh urusan Allah s.w.t menjadi nur yang memberi petunjuk kepada manusia. Hati nurani yang diterangi oleh nur ini akan terpimpin kepada jalan Allah s.w.t. Roh urusan Allah s.w.t itulah yang memungkinkan segala urusan sampai kepada Allah s.w.t, termasuklah ibadat, amalan, doa, rayuan dan apa sahaja yang manusia lakukan. Orang arifbillah menyedari dan menghayati hakikat ini. Kesedaran terhadap roh urusan Allah s.w.t itu membuat mereka menjadikan benar dalam ubudiyah (kehambaan) sebagai tujuan hidup mereka dan pada masa yang sama juga mereka menunaikan hak ketuhanan. Kehambaan dinyatakan melalui syariat:
Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat-Ku. ( Ayat 56 : Surah adz-Dzaariyaat )
Hak ketuhanan Allah s.w.t pula dinyatakan melalui pandangan hakikat:
“Kerana sesungguhnya aku telah berserah diri kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu! Tiadalah sesuatupun dari makhluk-makhluk yang bergerak di muka bumi melainkan Allah jualah yang menguasainya. Sesungguhnya Tuhanku tetap di atas jalan yang lurus”. ( Ayat 56 : Surah Hud )
Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah jualah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau (wahai Muhammad) yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir). ( Ayat 17 : Surah al-Anfaal )
Jalan syariat memperbaiki amal dan jalan hakikat pula menyaksikan Rububiyah, tidak luput dari Hadrat Allah s.w.t dalam segala perkara dan pada setiap masa. Bila dua jalan tersebut berpadu sebagai satu jalan, lahirlah amal zahir dan amal batin yang tidak bercerai tanggal. Orang arifbillah bersungguh-sungguh mengerjakan tuntutan syariat dan pada masa yang sama beriman serta bertawakal sambil menyaksikan hakikat ketuhanan (Rububiyah) menguasai segala sesuatu.
Tidak ada yang hidup, yang berkuasa, yang berkehendak, yang mengetahui, yang mendengar, yang melihat dan yang berkata-kata melainkan semuanya di bawah urusan Rububiyah. Apa sahaja yang berada di dalam genggaman atau diheret oleh Rububiyah itu dinamakan ubudiyah. Rububiyah adalah kewujudan yang memerintah dan ubudiyah pula kewujudan yang diperintah.
Hati yang suci bersih, apabila disinari oleh Nur Ilahi, berpeluang mengembara secara kerohanian dari ubudiyah kepada Rububiyah untuk memperolehi makrifat-Nya. Pengembaraan kerohanian bermula dari alam kebendaan (nasut), naik ke alam lakuan (malakut) dan seterusnya ke alam sifat (Jabarut). Kemudian dia melalui asma’ (nama-nama Allah s.w.t) dan hakikat segala sesuatu. Seterusnya dia mencapai fanafillah (hilang lenyap kesedaran diri di bawah penguasaan Allah s.w.t). Setelah melepasi daerah fana dia masuk kepada daerah baqabillah (kesedaran kekal bersama-sama Allah s.w.t). Kemudian dia turun kepada kesedaran sifat (Jabarut). Di dalam daerah ini dia mengenali hakikat dirinya dan Hakikat Insan (manusia), iaitu suasana Rububiyah yang menguasai sekalian manusia dan juga dirinya. Bila dia turun lagi, dia kembali kepada alam insan semula, memikul amanah sebagai khalifah Allah yang bertanggungjawab menjalankan perintah Allah s.w.t di atas muka bumi ini. Salik yang telah menyempurnakan pengembaraannya dan mendapat amanah kekhalifahan itulah yang dinamakan arifbillah. Martabat ini dicapai dengan menghapuskan segala kepentingan diri sendiri ke dalam kefanaan Allah s.w.t, sehingga mencapai makam baqa.
Orang arifbillah mengalami dan mengenali suasana ubudiyah dan Rububiyah. Dia telah berjaya menyatukan syariat dan hakikat. Taat kepada Allah s.w.t dan Rasul-Nya dengan mematuhi perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berjalan sesuai dengan Sunah Rasulullah s.a.w, adalah tujuan dan maksud orang arifbillah. Mereka kuat melakukan amal ibadat tetapi tidak melihat kepada amal itu. Segala sesuatu dikembalikan kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t yang memberi petunjuk dan Dia juga yang memberi kekuatan untuk melakukan ketaatan kepada-Nya. Tidak ada yang berlaku melainkan di bawah takluk Kudrat dan Iradat Allah s.w.t jua.
Kearifan tidak berpisah dengan ubudiyah. Rasulullah s.a.w merupakan manusia yang paling arif dan baginda s.a.w jugalah yang menjadi manusia yang paling kuat berbuat ubudiyah di antara sekalian makhluk.
Wednesday, March 14, 2012
PERBAHASAN ILMU GHAIB
ILMU “ GHAIB ”
Ghaib bererti “ perkara yang tersembunyi.” ‘Ilm al-
Ghayb bererti ilmu tentang perkara yang tersembunyi,
seperti peristiwa-peristiwa masa akan datang. Ilmu seperti
itu adalah semata-mata menjadi kepunyaan Allah. Tiada
seorang jua pun boleh mengetahui perkara ghaib kecuali
Allah.
Memang ramai di antara kita yang dapat meramalkan
beratus-ratus perkara yang bakal berlaku pada masa
hadapan. Kita dapat mengetahui masa dan jarak sesuatu
gelombang lebih awal. Kita dapat mengetahui hari, masa
dan jarak gerhana matahari dan bulan dengan tepat.
Peramal kajicuaca dapat meramalkan hujan, ribut, taufan
dan banyak lagi keadaan musim dan cuaca. Sesetengah
daripada kita, dengan hanya melihat kepada ciri-ciri pada
diri seseorang dapat menceritakan apakah watak dan
keadaan seseorang dengan begitu menyakinkan sekali.
Doktor-doktor dan ahli-ahli perubatan dapat mengagak
apakah peluang-peluang hidup seseorang pesakit tertentu
dengan mudah. Anda boleh mendapati banyak contoh
seperti ini dalam kehidupan sehari-hari. Adakah itu
dikatakan ilmu ghaib? Adakah peramal kajicuaca
mengetahui perkara ghaib?
Jawapannya, tidak. Ini kerana semua ramalan dan
agakan tersebut adalah dibuat berdasarkan kepada
pemerhatian terhadap hukum-hukum alam. Menerusi
pemerhatian yang teliti, kita boleh berada dalam posisi
dapat mengetahui banyak perkara terlebih awal.
Pengetahuan yang cepat seperti ini adalah berasaskan
kepada pemerhatian kepada hukum-hukum fizikal.
Ilmu ghaib yang disebutkan dalam al-Qur’an
sebagai hak kepunyaan Allah semata-mata merupakan
pengetahuan tentang perkara-perkara rahsia atau
kejadian-kejadian masa akan datang yang tidak
berdasarkan kepada pemerhatian tentang hukum-hukum
fizikal. Inilah jenis pengetahuan atau keilmuan yang
dimaksudkan dalam ayat berikut:
“ (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka
Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang
yang ghaib, kecuali kepada rasul yang diredai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
(malaikat) di muka dan di belakangnya.”
Surah al-Jin (72): 26-27.
Ayat ini dan banyak lagi ayat-ayat lain yang
seumpamanya menyatakan secara khususnya bahawa
pengetahuan mengenai perkara yang tidak dapat dilihat
dan rahsia masa akan datang bukanlah berdasarkan
kepada hukum-hukum fizikal atau pemerhatian, ia
adalah semata-mata milik Allah sahaja. Dia (Allah)
dengan hikmah-Nya yang tersendiri, memilih sebahagian
rasul, nabi atau para waliy untuk menceritakan pengetahuan-
pengetahuan tersebut kepada mereka mengikut kehendak
dan masa yang Dia (Allah) telah tetapkan.
Secara ringkas, tiada seorang jua pun dapat
mengetahui perkara-perkara masa akan datang yang
tersembunyi (tanpa sesuatu tanda atau pemerhatian
semasa) kecuali Allah. Allah dengan rahmah-Nya
memberitahu sesiapa sahaja yang Dia pilih bagi menerima
pengetahuan-pengetahuan tersebut, sama ada mereka
malaikat, nabi ataupun para waliy.
Para waliy telah mengatakan bahawa Allah telah
mewahyukan satu dari 73 cabang ilmu-Nya kepada Asif
bin Barkhia (menteri Nabi Sulaiman) dan, kerana satu
cabang daripada pengetahuan (ilmu) tersebut telah
membolehkannya (Asif) memindahkan takhta Ratu Balqis,
Permaisuri Sheba, dari kotanya ke Palestin dengan sekelip
mata sahaja.
Sebahagian besar ilmu Allah diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Mustafa (s.‘a.w) dan menerusi baginda
disampaikan pula kepada para wasi (pengganti) baginda
iaitu para-para waliy. Mereka dikurniai 72 dari 73 cabang
ilmu.
LAUH MAHFUZ DAN LAUH MAHW-ITHBAT
Lauh - kepingan kayu atau batu yang dituliskan di
atasnya. Dari segi tasybihnya, ia digunakan kepada ilmu
atau pengetahuan kerana ilmu adalah datangnya daripada
benda-benda yang bertulis. Mahfuz - terpelihara, dalam
penjagaan yang selamat, sesuatu yang tidak mampu
difahami oleh orang-orang yang tidak berkenaan, terkawal
rapi.
Mahw - penghapusan, pembatalan.
Ithbat - pengukuhan, bertulis.
Oleh yang demikian:
Lauh Mahfuz - kepingan yang mengandungi ilmu
pengetahuan yang tidak boleh difahami oleh orang lain.
Pengetahuan yang terpelihara dengan rapi.
Lauh Mahw wa Ithbat - kepingan yang mengandungi
ilmu pengetahuan yang boleh dipadam dan diganti.
Pengetahuan yang boleh mengalami perubahan dari masa
ke masa.
Sekarang, anda telah mengetahui Lauh Mahfuz dan
Lauh Mahw wa Ithbat dari konteks bahasa. Biarlah saya
jelaskan apa yang dimaksudkan dengan kedua-dua istilah
ini dalam Islam.
Kita tahu bahawa ilmu atau pengetahuan Allah
tidak boleh salah sama sekali. Dengan kata-kata lain, tidak
akan ada sebarang perubahan dalam ilmu atau
pengetahuan Allah.
Disebabkan alasan inilah, Allah menyebutkan ilmu
atau pengetahuan-Nya itu sebagai Lauh Mahfuz.
Rangkaikata ini menggambarkan ilmu Allah, kerana ilmu-
Nya tidak boleh berubah sama sekali, dan ia sentiasa
benar serta tidak memerlukan pembatalan ataupun
penggantian.
Umm al-Kitab - adalah nama lain yang digunakan
untuk ilmu atau pengetahuan Allah. Ia membawa maksud
kitab dasar dan ibu segala kitab. Ilmu Allah dikenali
sebagai kitab dasar (iaitu ilmu dasar), atau ibu (iaitu
sumber) segala ilmu, kerana hanya ilmu-Nya sahaja yang
boleh disebut sebagai ilmu yang hakiki (sebenar).
Lauh Mahw wa Ithbat adalah nama yang diberikan
oleh Allah kepada ilmu atau pengetahuan para malaikat,
nabi dan para waliy. Ilmu mereka, biarpun merupakan ilmu
atau pengetahuan yang paling lengkap dan sempurna dari
sekalian manusia, namun ia masih tetap tidak lengkap
apabila dibandingkan dengan ilmu Allah.
Nama-nama tersebut adalah diambil daripada ayat-ayat
al-Qur’an :
“ Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki, dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya
terdapat Umm al-Kitab. (Lauh Mahfuz).”
Surah al-Ra‘d (13): 39.
Ibu segala kitab ini pula dikenali sebagai Lauh Mahfuz
dalam ayat berikut:
“ Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur'an yang
mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuz.”
Surah al-Buruj (85): 21-22.
Oleh kerana ilmu atau pengetahuan para malaikat,
nabi dan para waliy sentiasa ditambah, disempurna dan
dilengkapkan, ia dinamakan kepingan yang mengandungi
penghapusan dan penulisan.
Anda akan mempelajarinya dengan lebih lanjut
selepas ini.
SUATU KISAH YANG MENARIK: KAUM NABI
YUNUS (‘A.S)
Kelihatan daripada banyak cerita al-Qur’an bahawa
kadang-kadang Allah menerusi rahmah dan hikmah-Nya
mewahyukan sebahagian sahaja daripada rencana akan
datang-Nya kepada para malaikat dan nabi yang terlibat.
Mereka diberitahu tentang rencana-Nya sehingga ke suatu
peringkat sahaja, manakala ilmu atau pengetahuan-Nya
tentang peringkat-peringkat seterusnya tidak diwahyukan
kepada mereka. Sebelum menjelaskan teori ini dengan lebih
lanjut, eloklah saya kemukakan beberapa contoh daripada
al-Qur’an.
Pertama sekali, kisah mengenai kaum Nabi Yunus
(a.s). Allah menceritakan kisah tersebut dalam ayat
berikut:-
“ Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang
beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain
kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman,
Kami hilangkan daripada mereka azab yang menghinakan
dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan
kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.”
Surah Yunus (10): 98.
Fakta menunjukkan kaum Nabi Yunus (‘a.s) telah
menyisihkannya, dan hanya dua orang sahaja yang
beriman terhadapnya, salah seorang daripada mereka
ialah seorang yang salih tetapi tidak berilmu, manakala
seorang lagi yang tulus ikhlas serta berilmu. Apabila Nabi
Yunus (‘a.s) bermohon kepada Allah supaya menurunkan
hukuman dan azab kepada kaumnya kerana kekufuran
mereka, Allah berjanji kepadanya bahawa pada hari
tersebut, azab akan menimpa mereka. Nabi Yunus (‘a.s)
bersama-sama dengan sahabatnya yang salih tadi
meninggalkan kaumnya dan pergi dari situ. Bagaimanapun,
sahabat yang berilmu itu tetap berada bersama-sama
kaum itu dan cuba menyeru mereka beriman kepada Allah.
Dia memberitahu mereka bahawa masih ada masa untuk
bertaubat daripada kufur, beriman kepada Allah dan Nabi-
Nya, Nabi Yunus (‘a.s) dan kemudian bermohon kepada
Allah supaya dijauhi daripada azab tersebut.
Pada hari yang dijanjikan, anak-anak dipisahkan
daripada ibu-ibu mereka, anak-anak lembu pula daripada
ibunya, setiap orang berpuasa, mereka semua keluar dari
kampung itu, di sana mereka menangis, berdoa, bersujud
dan bermohon kepada Allah akan pengampunan-Nya serta
meminta agar dihindarkan daripada azab.
Langit diselaputi awan hitam, siang laksana malam,
petir dan kilat sabung menyabung di angkasa raya.
Kelihatan bahawa tidak lama lagi azab dari Allah akan
memusnahkan seluruh kaum Nabi Yunus. Nasib baik,
mereka bertaubat sebelum sempat menyaksikan azab, dan
justeru itu Allah dengan rahmah-Nya mengampuni mereka.
Pada ketika itu, doa dan rintihan mereka tetap berterusan.
Secara beransur-ansur, langit kembali cerah, awan
berarak pergi dan semuanya terselamat. Kemudian
mereka menantikan kepulangan Nabi Yunus agar mereka
dapat mengikutinya.
Keesokannya, Nabi Yunus (‘a.s) kembali semula
dengan menjangkakan kehancuran kota itu. Sebaliknya,
baginda melihat pengembala membawa binatang
gembalaannya. Baginda berfikir bahawa Allah tidak
memenuhi janji-Nya, lalu tidak memasuki kota tersebut.
Di sini saya tidaklah ingin memberatkan keseluruhan
cerita tersebut. Apa yang saya mahu tunjukkan ialah Allah
sememangnya mengetahui kaum Nabi Yunus akan
bertaubat dan menerima agama yang benar serta beriman
kepada Nabi Yunus dan Tuhannya yang menyebabkan
mereka akhirnya terselamat. Namun begitu, Dia (Allah)
tidak mewahyukan seluruh rencana tersebut kepada Nabi
Yunus. Baginda hanya diberitahu bahawa azab tersebut
akan datang kepada kaumnya. Pada kebiasaannya, baginda
berfikir bahawa azab itu tentunya akan memusnahkan
seluruh kaumnya.
Baginda tidak tahu (kerana tidak diberitahu) bahawa
sebelum azab dan hukuman itu datang, kaumnya akan
bertaubat dan mereka semua akan terselamat. Jelaslah,
Allah memberitahu Nabi Yunus tentang kejadian itu
hanya sampai ke suatu peringkat tertentu sahaja tanpa
menceritakan seluruh rencana tersebut kepadanya.
Kenapakah hal yang sedemikian dilakukan? Ini
kerana seandainya Nabi Yunus (‘a.s) telah mengetahui azab
akan datang kepada kaumnya dan kemudian berlalu pergi,
tentulah desakan-desakannya itu tidak dapat menimbulkan
keimanan dan kelembutan hati yang sebenarnya dalam
diri kaumnya. Seandainya sahabat Nabi Yunus yang alim
itu telah mengetahui azab akan datang dan kemudian
lenyap, tentulah dia tidak dapat menimbulkan ketulusan
hati mereka dan kata-katanya itu hanya akan sampai ke
telinga-telinga yang pekak sahaja. Disebabkan Allah
dengan rahmah-Nya menerusi rencana yang baik
menghendaki mereka supaya mendengar suara-suara
hikmah, Dia (Allah) tidak mewahyukan seluruh peristiwa
yang bakal berlaku kepada Nabi Yunus (‘a.s).
Ini bukanlah bermaksud Allah telah mendustainya
atau tidak ingin memenuhi janji-Nya. Dia (Allah) tidak
memberitahu Nabi Yunus yang kaumnya akan
dimusnahkan oleh azab tersebut. Janji itu menyatakan
azab akan datang kepada mereka dan memang benar ia
berlaku. Janji itu telah ditepati. Tetapi tidak pula
dijanjikan kaumnya itu akan dimusnahkan. Ia tidak
dijanjikan oleh Allah walaupun semua yang terlibat berfikir
bahawa kaum itu tentu akan dihapuskan.
Kisah ini dengan jelas menunjukkan bahawa Allah
menerusi rahmah dan hikmah-Nya menahan
pemberitahuan tentang peringkat-peringkat kejadian itu
seterusnya daripada pengetahuan Nabi Yunus (‘a.s). Nabi
Yunus hanya mengetahui seluruh rencana tersebut
beberapa lama kemudian selepas rencana itu
dilaksanakan dan berhasil.
PENYEMBELIHAN NABI ISMAIL (A.S)
Sekarang, marilah kita lihat contoh yang lain pula.
Nabi Ibrahim diperlihatkan dalam mimpinya, baginda
sedang menyembelih anaknya dengan nama Allah. Oleh
kerana ia adalah mimpi, baginda semestinya melihat
bagaimana baginda mengorbankan Ismail. Baginda juga
dapat melihat dirinya sedang mengikat tangan dan kaki
anak itu, menutupkan matanya dan kemudian meletakkan
pisau di tengkok lalu menyembelih anak itu. Biasanya,
dengan melihat menerusi mimpi, baginda berfikir Allah
menghendakinya mengorbankan satu-satunya anaknya,
Ismail dengan cara tersebut.
Baginda menguatkan hatinya untuk mengorbankan
anaknya itu. Anak tadi terdengar akan hal itu lalu bersedia
untuk dikorbankan sebagai mentaati perintah Allah.
Kedua-dua, ayah dan anak dengan penuh kerelaan
mengorbankan segala-galanya demi kerana Allah. Nabi
Ibrahim melakukannya seperti yang dilakukannya dalam
mimpi, baginda mengikat tangan dan kaki anaknya itu dan
mendudukkannya dalam keadaan bersujud, sambil
menutupkan matanya diletakkan pisau lalu memotong
tengkok anak itu.
Sebaik sahaja membuka kain penutup matanya,
baginda melihat Ismail tersenyum dan seekor kambing
(Qibasy) telah disembelih di situ. Baginda fikir bahawa dia
telah gagal dalam ujian itu, tetapi baginda melakukan
apa yang telah dilakukannya dalam mimpi. Memang
benar, Allah tidak memberitahunya tentang kejadian itu
sampailah ke peringkat akhir, kerana andainya Ibrahim
mengetahui Ismail akan diselamatkan atau andainya
Ismail mengetahui dia akan selamat, tentulah tidak ada
ertinya ujian tersebut dan tentulah tidak ada sebarang
peluang untuk menyaksikan kesanggupan mereka
mengorbankan segala-galanya demi kerana Allah. Justeru
itu, Allah memperlihatkan kejadian itu sampai ke peringkat
tertentu kepada Nabi Ibrahim dalam mimpinya, tetapi
membiarkannya tidak mengetahui peringkat terakhir, tidak
menjelaskan kepadanya bagaimana seluruh kisah
tersebut berakhir. Oleh kerana mereka tidak mengetahui
keputusan itulah, membolehkan Ibrahim dan Ismail
menunjukkan bagaimana kesanggupan mereka mentaati
perintah Allah sehingga ke peringkat mengorbankan nyawa
mereka dan nyawa orang yang mereka sayangi kerana
Allah.
Seandainya mereka telah pun mengetahui keputusan
itu dari awal lagi, tentulah ujian tersebut tidak bererti apa-apa.
TAURAT DIKURNIAKAN KEPADA NABI MUSA (A.S)
Contoh yang ketiga adalah mengenai Nabi Musa
(a.s) dan penurunan kitab Taurat. Nabi Musa
diperintahkan supaya pergi ke gunung Sinai, berpuasa di
sana selama 30 hari sebagai persediaan untuk menerima
Taurat. Pada hari yang ke-30, baginda menggosokkan
giginya dan pergi ke gunung Sinai. Di sana, baginda ditanya
oleh Allah, kenapa menggosok giginya. Baginda
menjelaskan bahawa disebabkan baginda menuju ke
tempat yang suci, jadi adalah patut baginya membersihkan
diri supaya lebih kelihatan kemas. Allah memberitahunya
bahawa bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih
harum di sisi Allah daripada bau kasturi dan ambar.
Kemudian baginda diberitahu supaya kembali semula ke
tempat tinggalnya dan berpuasa selama 10 hari lagi dan
kemudian datang ke gunung Sinai tanpa menggosokkan
giginya. Oleh itu, pada hari ke-40, barulah baginda
dikurniakan loh (kepingan) Taurat.
Allah telah mengetahui sebelumnya bahawa Musa
pasti datang selepas menggosokkan giginya dan akan
diminta berpuasa selama 10 hari lagi, tetapi Nabi Musa
ataupun Bani Israil tidak pernah diberitahu tentang
perkara tersebut, begitu juga Nabi Musa tidak pula
diberitahu terdahulu dari itu yang baginda tidak perlu
menggosokkan giginya pada hari ke-30.
Sewaktu Allah merujuk kepada ilmu-Nya, Dia (Allah)
menggambarkan seluruh masa 40 hari itu sekaligus:
" Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa
(memberikan Taurat, sesudah empat puluh (40) malam."
Surah al-Baqarah (2):51.
Pada ketika Dia (Allah) merujuk kepada ilmu Nabi
Musa, Dia (Allah) menyebutkan 30 hari dan 10 hari lagi
secara berasingan:
" Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan
Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh (30) malam, dan
Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh
(10) (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah
ditentukan oleh Tuhannya empat puluh (40) malam."
(Al-Qur'an, al-A`raf (7): 142).
Alasan untuk tidak memberikan maklumat awal
adalah jelas dari tindakan Bani Israil, yang disebabkan oleh
kelewatan 10 hari itu, telah meninggalkan penyembahan
kepada Allah yang Maha Esa kepada menyembah anak
sapi. Cerita itu dikemukakan dengan begitu indah dalam
ayat-ayat al-Qur'an berikut:
“ Allah berfirman: “ Maka sesungguhnya Kami telah menguji
kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah
disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada
kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa:
" Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan
kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa
lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu
menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu,
dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?" Mereka
berkata: " Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu
dengan kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh
membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka
kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri
melemparkannya," Kemudian Samiri mengeluarkan untuk
mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan
bersuara, maka mereka berkata: " Inilah Tuhanmu dan
Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.”
Al-Qur'an, Taha (20): 85-97.
Cuba bayangkan seluruh kaum yang terdiri daripada
beberapa ribu orang sahabat Nabi Ulu al-`Azm itu, sewaktu
adanya pengganti dan wasinya Nabi Harun, telah
meninggalkan jalan agama yang benar dan mulai
menyembah berhala, hanya kerana Nabi Musa terlewat
beberapa hari!
Ujian keimanan ini tentunya tidak boleh dilakukan
sekiranya Allah telah pun memberitahu Nabi Musa bahawa
baginda dikehendaki tinggal selama 40 hari atau sekiranya
baginda diberitahu sebelumnya agar tidak menggosok
giginya pada hari ke-30.
BADA': PENAMPILAN
Ketiga-tiga contoh yang dipetik daripada al-Qur'an
dianggap sudah memadai untuk menunjukkan Allah
memaklumkan rencana-Nya kepada para malaikat, nabi
atau imam hanya sampai ke peringkat yang mencukupi
kepada manusia ataupun yang sepatutnya, untuk
menjadikan ujian itu benar-benar bererti. Apabila masa
tiba ketika malaikat, nabi atau para waliy yang berkenaan
berfikir bahawa rencana kerja itu sudah sampai ke
peringkat akhir, suatu perkembangan terbaru
melanjutkan rencana itu ataupun membawanya ke
pangakhiran yang tidak dijangkakan.Kisah ini dikenali
sebagai bada' dalam bahasa Arab. Bada' bermaksud
tampak, nyata.
Penampilan atau pernyataan ini tidaklah berkaitan
dengan Allah yang mengetahui segala sesuatu dari awal
lagi. Ia adalah merujuk kepada pengetahuan para
makhluk-Nya yang hanya dapat mengetahui apa yang
mereka tidak ketahui sebelumnya pada akhir rencana
Allah itu.
Atas alasan inilah juga, pengetahuan para malaikat,
nabi dan waliy dikenali sebagai Lauh Mahw wa Ithbat
(kepingan (lauh) mengandungi penghapusan dan
penggantian), sedangkan pengetahuan Allah pula dikenali
sebagai Lauh Mahfuz (kepingan (lauh) yang terpelihara)
yang tidak mengalami perubahan dan penggantian.
KEPENTINGAN BADA’
Terdapat banyak alasan bagi wahyu yang bersifat
berat sebelah. Sebahagiannya bolehlah dinyatakan di
sini. Dalam ketiga-tiga cerita dalam al-Qur'an yang
disebutkan di atas, anda boleh mendapati dua faedah atau
kepentingan bada:
1) Bada' membantu para hamba Allah membuang
kepercayaan mereka yang salah dan kembali semula ke
jalan yang benar seperti yang telah terjadi dalam peristiwa
kaum Nabi Yunus (a.s).
2) Bada' menolong menguji seseorang atau sesuatu
kaum, seperti yang terjadi kepada Nabi Ibrahim dan Ismail
(a.s) dan kepada kaum Nabi Musa (a.s).
Terdapat beberapa kepentingan bada' yang lain:
3) Oleh kerana para malaikat tidak begitu pasti
bahawa rencana peristiwa yang diberitahukan kepada
mereka itu merupakan kata-kata akhir, mereka secara
terus-menerus meminta petunjuk daripada Allah.
Demikianlah, mereka tidak pernah terfikir diri mereka itu
bebas daripada petunjuk dan perintah Allah.
4)Demikian juga para nabi dan para waliy tidaklah boleh
sama sekali berfikir bahawa mereka mengetahui segala-galanya.
Nabi Muhammad Mustafa (s.a.w) dinasihati
supaya selalu berkata: (Katakanlah: Ya Tuhanku,
tambahilah ilmuku.)
Sewajarnyalah dinyatakan di sini bahawa terdapat
banyak kali Allah memberitahu para malaikat, nabi dan
para waliy tentang kejadian akan datang, juga memberitahu
mereka bahawa hal tersebut adalah kata-kata terakhir.
Sehubungan dengan ini, tidak akan ada sebarang pindaan
kepada rencana dan tiada pembatalan ataupun
penggantian.
5) Manusia tidak dapat mengetahui apa yang
direncanakan untuk mereka pada masa akan datang.
Dengan demikian, mereka hendaklah sentiasa meminta
pertolongan dan rahmat Allah. Ia akan memberikan
kebaikan kepada mereka dalam hidup ini dan juga di hari
akhirat.
Ghaib bererti “ perkara yang tersembunyi.” ‘Ilm al-
Ghayb bererti ilmu tentang perkara yang tersembunyi,
seperti peristiwa-peristiwa masa akan datang. Ilmu seperti
itu adalah semata-mata menjadi kepunyaan Allah. Tiada
seorang jua pun boleh mengetahui perkara ghaib kecuali
Allah.
Memang ramai di antara kita yang dapat meramalkan
beratus-ratus perkara yang bakal berlaku pada masa
hadapan. Kita dapat mengetahui masa dan jarak sesuatu
gelombang lebih awal. Kita dapat mengetahui hari, masa
dan jarak gerhana matahari dan bulan dengan tepat.
Peramal kajicuaca dapat meramalkan hujan, ribut, taufan
dan banyak lagi keadaan musim dan cuaca. Sesetengah
daripada kita, dengan hanya melihat kepada ciri-ciri pada
diri seseorang dapat menceritakan apakah watak dan
keadaan seseorang dengan begitu menyakinkan sekali.
Doktor-doktor dan ahli-ahli perubatan dapat mengagak
apakah peluang-peluang hidup seseorang pesakit tertentu
dengan mudah. Anda boleh mendapati banyak contoh
seperti ini dalam kehidupan sehari-hari. Adakah itu
dikatakan ilmu ghaib? Adakah peramal kajicuaca
mengetahui perkara ghaib?
Jawapannya, tidak. Ini kerana semua ramalan dan
agakan tersebut adalah dibuat berdasarkan kepada
pemerhatian terhadap hukum-hukum alam. Menerusi
pemerhatian yang teliti, kita boleh berada dalam posisi
dapat mengetahui banyak perkara terlebih awal.
Pengetahuan yang cepat seperti ini adalah berasaskan
kepada pemerhatian kepada hukum-hukum fizikal.
Ilmu ghaib yang disebutkan dalam al-Qur’an
sebagai hak kepunyaan Allah semata-mata merupakan
pengetahuan tentang perkara-perkara rahsia atau
kejadian-kejadian masa akan datang yang tidak
berdasarkan kepada pemerhatian tentang hukum-hukum
fizikal. Inilah jenis pengetahuan atau keilmuan yang
dimaksudkan dalam ayat berikut:
“ (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka
Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang
yang ghaib, kecuali kepada rasul yang diredai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
(malaikat) di muka dan di belakangnya.”
Surah al-Jin (72): 26-27.
Ayat ini dan banyak lagi ayat-ayat lain yang
seumpamanya menyatakan secara khususnya bahawa
pengetahuan mengenai perkara yang tidak dapat dilihat
dan rahsia masa akan datang bukanlah berdasarkan
kepada hukum-hukum fizikal atau pemerhatian, ia
adalah semata-mata milik Allah sahaja. Dia (Allah)
dengan hikmah-Nya yang tersendiri, memilih sebahagian
rasul, nabi atau para waliy untuk menceritakan pengetahuan-
pengetahuan tersebut kepada mereka mengikut kehendak
dan masa yang Dia (Allah) telah tetapkan.
Secara ringkas, tiada seorang jua pun dapat
mengetahui perkara-perkara masa akan datang yang
tersembunyi (tanpa sesuatu tanda atau pemerhatian
semasa) kecuali Allah. Allah dengan rahmah-Nya
memberitahu sesiapa sahaja yang Dia pilih bagi menerima
pengetahuan-pengetahuan tersebut, sama ada mereka
malaikat, nabi ataupun para waliy.
Para waliy telah mengatakan bahawa Allah telah
mewahyukan satu dari 73 cabang ilmu-Nya kepada Asif
bin Barkhia (menteri Nabi Sulaiman) dan, kerana satu
cabang daripada pengetahuan (ilmu) tersebut telah
membolehkannya (Asif) memindahkan takhta Ratu Balqis,
Permaisuri Sheba, dari kotanya ke Palestin dengan sekelip
mata sahaja.
Sebahagian besar ilmu Allah diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Mustafa (s.‘a.w) dan menerusi baginda
disampaikan pula kepada para wasi (pengganti) baginda
iaitu para-para waliy. Mereka dikurniai 72 dari 73 cabang
ilmu.
LAUH MAHFUZ DAN LAUH MAHW-ITHBAT
Lauh - kepingan kayu atau batu yang dituliskan di
atasnya. Dari segi tasybihnya, ia digunakan kepada ilmu
atau pengetahuan kerana ilmu adalah datangnya daripada
benda-benda yang bertulis. Mahfuz - terpelihara, dalam
penjagaan yang selamat, sesuatu yang tidak mampu
difahami oleh orang-orang yang tidak berkenaan, terkawal
rapi.
Mahw - penghapusan, pembatalan.
Ithbat - pengukuhan, bertulis.
Oleh yang demikian:
Lauh Mahfuz - kepingan yang mengandungi ilmu
pengetahuan yang tidak boleh difahami oleh orang lain.
Pengetahuan yang terpelihara dengan rapi.
Lauh Mahw wa Ithbat - kepingan yang mengandungi
ilmu pengetahuan yang boleh dipadam dan diganti.
Pengetahuan yang boleh mengalami perubahan dari masa
ke masa.
Sekarang, anda telah mengetahui Lauh Mahfuz dan
Lauh Mahw wa Ithbat dari konteks bahasa. Biarlah saya
jelaskan apa yang dimaksudkan dengan kedua-dua istilah
ini dalam Islam.
Kita tahu bahawa ilmu atau pengetahuan Allah
tidak boleh salah sama sekali. Dengan kata-kata lain, tidak
akan ada sebarang perubahan dalam ilmu atau
pengetahuan Allah.
Disebabkan alasan inilah, Allah menyebutkan ilmu
atau pengetahuan-Nya itu sebagai Lauh Mahfuz.
Rangkaikata ini menggambarkan ilmu Allah, kerana ilmu-
Nya tidak boleh berubah sama sekali, dan ia sentiasa
benar serta tidak memerlukan pembatalan ataupun
penggantian.
Umm al-Kitab - adalah nama lain yang digunakan
untuk ilmu atau pengetahuan Allah. Ia membawa maksud
kitab dasar dan ibu segala kitab. Ilmu Allah dikenali
sebagai kitab dasar (iaitu ilmu dasar), atau ibu (iaitu
sumber) segala ilmu, kerana hanya ilmu-Nya sahaja yang
boleh disebut sebagai ilmu yang hakiki (sebenar).
Lauh Mahw wa Ithbat adalah nama yang diberikan
oleh Allah kepada ilmu atau pengetahuan para malaikat,
nabi dan para waliy. Ilmu mereka, biarpun merupakan ilmu
atau pengetahuan yang paling lengkap dan sempurna dari
sekalian manusia, namun ia masih tetap tidak lengkap
apabila dibandingkan dengan ilmu Allah.
Nama-nama tersebut adalah diambil daripada ayat-ayat
al-Qur’an :
“ Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki, dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya
terdapat Umm al-Kitab. (Lauh Mahfuz).”
Surah al-Ra‘d (13): 39.
Ibu segala kitab ini pula dikenali sebagai Lauh Mahfuz
dalam ayat berikut:
“ Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur'an yang
mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuz.”
Surah al-Buruj (85): 21-22.
Oleh kerana ilmu atau pengetahuan para malaikat,
nabi dan para waliy sentiasa ditambah, disempurna dan
dilengkapkan, ia dinamakan kepingan yang mengandungi
penghapusan dan penulisan.
Anda akan mempelajarinya dengan lebih lanjut
selepas ini.
SUATU KISAH YANG MENARIK: KAUM NABI
YUNUS (‘A.S)
Kelihatan daripada banyak cerita al-Qur’an bahawa
kadang-kadang Allah menerusi rahmah dan hikmah-Nya
mewahyukan sebahagian sahaja daripada rencana akan
datang-Nya kepada para malaikat dan nabi yang terlibat.
Mereka diberitahu tentang rencana-Nya sehingga ke suatu
peringkat sahaja, manakala ilmu atau pengetahuan-Nya
tentang peringkat-peringkat seterusnya tidak diwahyukan
kepada mereka. Sebelum menjelaskan teori ini dengan lebih
lanjut, eloklah saya kemukakan beberapa contoh daripada
al-Qur’an.
Pertama sekali, kisah mengenai kaum Nabi Yunus
(a.s). Allah menceritakan kisah tersebut dalam ayat
berikut:-
“ Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang
beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain
kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman,
Kami hilangkan daripada mereka azab yang menghinakan
dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan
kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.”
Surah Yunus (10): 98.
Fakta menunjukkan kaum Nabi Yunus (‘a.s) telah
menyisihkannya, dan hanya dua orang sahaja yang
beriman terhadapnya, salah seorang daripada mereka
ialah seorang yang salih tetapi tidak berilmu, manakala
seorang lagi yang tulus ikhlas serta berilmu. Apabila Nabi
Yunus (‘a.s) bermohon kepada Allah supaya menurunkan
hukuman dan azab kepada kaumnya kerana kekufuran
mereka, Allah berjanji kepadanya bahawa pada hari
tersebut, azab akan menimpa mereka. Nabi Yunus (‘a.s)
bersama-sama dengan sahabatnya yang salih tadi
meninggalkan kaumnya dan pergi dari situ. Bagaimanapun,
sahabat yang berilmu itu tetap berada bersama-sama
kaum itu dan cuba menyeru mereka beriman kepada Allah.
Dia memberitahu mereka bahawa masih ada masa untuk
bertaubat daripada kufur, beriman kepada Allah dan Nabi-
Nya, Nabi Yunus (‘a.s) dan kemudian bermohon kepada
Allah supaya dijauhi daripada azab tersebut.
Pada hari yang dijanjikan, anak-anak dipisahkan
daripada ibu-ibu mereka, anak-anak lembu pula daripada
ibunya, setiap orang berpuasa, mereka semua keluar dari
kampung itu, di sana mereka menangis, berdoa, bersujud
dan bermohon kepada Allah akan pengampunan-Nya serta
meminta agar dihindarkan daripada azab.
Langit diselaputi awan hitam, siang laksana malam,
petir dan kilat sabung menyabung di angkasa raya.
Kelihatan bahawa tidak lama lagi azab dari Allah akan
memusnahkan seluruh kaum Nabi Yunus. Nasib baik,
mereka bertaubat sebelum sempat menyaksikan azab, dan
justeru itu Allah dengan rahmah-Nya mengampuni mereka.
Pada ketika itu, doa dan rintihan mereka tetap berterusan.
Secara beransur-ansur, langit kembali cerah, awan
berarak pergi dan semuanya terselamat. Kemudian
mereka menantikan kepulangan Nabi Yunus agar mereka
dapat mengikutinya.
Keesokannya, Nabi Yunus (‘a.s) kembali semula
dengan menjangkakan kehancuran kota itu. Sebaliknya,
baginda melihat pengembala membawa binatang
gembalaannya. Baginda berfikir bahawa Allah tidak
memenuhi janji-Nya, lalu tidak memasuki kota tersebut.
Di sini saya tidaklah ingin memberatkan keseluruhan
cerita tersebut. Apa yang saya mahu tunjukkan ialah Allah
sememangnya mengetahui kaum Nabi Yunus akan
bertaubat dan menerima agama yang benar serta beriman
kepada Nabi Yunus dan Tuhannya yang menyebabkan
mereka akhirnya terselamat. Namun begitu, Dia (Allah)
tidak mewahyukan seluruh rencana tersebut kepada Nabi
Yunus. Baginda hanya diberitahu bahawa azab tersebut
akan datang kepada kaumnya. Pada kebiasaannya, baginda
berfikir bahawa azab itu tentunya akan memusnahkan
seluruh kaumnya.
Baginda tidak tahu (kerana tidak diberitahu) bahawa
sebelum azab dan hukuman itu datang, kaumnya akan
bertaubat dan mereka semua akan terselamat. Jelaslah,
Allah memberitahu Nabi Yunus tentang kejadian itu
hanya sampai ke suatu peringkat tertentu sahaja tanpa
menceritakan seluruh rencana tersebut kepadanya.
Kenapakah hal yang sedemikian dilakukan? Ini
kerana seandainya Nabi Yunus (‘a.s) telah mengetahui azab
akan datang kepada kaumnya dan kemudian berlalu pergi,
tentulah desakan-desakannya itu tidak dapat menimbulkan
keimanan dan kelembutan hati yang sebenarnya dalam
diri kaumnya. Seandainya sahabat Nabi Yunus yang alim
itu telah mengetahui azab akan datang dan kemudian
lenyap, tentulah dia tidak dapat menimbulkan ketulusan
hati mereka dan kata-katanya itu hanya akan sampai ke
telinga-telinga yang pekak sahaja. Disebabkan Allah
dengan rahmah-Nya menerusi rencana yang baik
menghendaki mereka supaya mendengar suara-suara
hikmah, Dia (Allah) tidak mewahyukan seluruh peristiwa
yang bakal berlaku kepada Nabi Yunus (‘a.s).
Ini bukanlah bermaksud Allah telah mendustainya
atau tidak ingin memenuhi janji-Nya. Dia (Allah) tidak
memberitahu Nabi Yunus yang kaumnya akan
dimusnahkan oleh azab tersebut. Janji itu menyatakan
azab akan datang kepada mereka dan memang benar ia
berlaku. Janji itu telah ditepati. Tetapi tidak pula
dijanjikan kaumnya itu akan dimusnahkan. Ia tidak
dijanjikan oleh Allah walaupun semua yang terlibat berfikir
bahawa kaum itu tentu akan dihapuskan.
Kisah ini dengan jelas menunjukkan bahawa Allah
menerusi rahmah dan hikmah-Nya menahan
pemberitahuan tentang peringkat-peringkat kejadian itu
seterusnya daripada pengetahuan Nabi Yunus (‘a.s). Nabi
Yunus hanya mengetahui seluruh rencana tersebut
beberapa lama kemudian selepas rencana itu
dilaksanakan dan berhasil.
PENYEMBELIHAN NABI ISMAIL (A.S)
Sekarang, marilah kita lihat contoh yang lain pula.
Nabi Ibrahim diperlihatkan dalam mimpinya, baginda
sedang menyembelih anaknya dengan nama Allah. Oleh
kerana ia adalah mimpi, baginda semestinya melihat
bagaimana baginda mengorbankan Ismail. Baginda juga
dapat melihat dirinya sedang mengikat tangan dan kaki
anak itu, menutupkan matanya dan kemudian meletakkan
pisau di tengkok lalu menyembelih anak itu. Biasanya,
dengan melihat menerusi mimpi, baginda berfikir Allah
menghendakinya mengorbankan satu-satunya anaknya,
Ismail dengan cara tersebut.
Baginda menguatkan hatinya untuk mengorbankan
anaknya itu. Anak tadi terdengar akan hal itu lalu bersedia
untuk dikorbankan sebagai mentaati perintah Allah.
Kedua-dua, ayah dan anak dengan penuh kerelaan
mengorbankan segala-galanya demi kerana Allah. Nabi
Ibrahim melakukannya seperti yang dilakukannya dalam
mimpi, baginda mengikat tangan dan kaki anaknya itu dan
mendudukkannya dalam keadaan bersujud, sambil
menutupkan matanya diletakkan pisau lalu memotong
tengkok anak itu.
Sebaik sahaja membuka kain penutup matanya,
baginda melihat Ismail tersenyum dan seekor kambing
(Qibasy) telah disembelih di situ. Baginda fikir bahawa dia
telah gagal dalam ujian itu, tetapi baginda melakukan
apa yang telah dilakukannya dalam mimpi. Memang
benar, Allah tidak memberitahunya tentang kejadian itu
sampailah ke peringkat akhir, kerana andainya Ibrahim
mengetahui Ismail akan diselamatkan atau andainya
Ismail mengetahui dia akan selamat, tentulah tidak ada
ertinya ujian tersebut dan tentulah tidak ada sebarang
peluang untuk menyaksikan kesanggupan mereka
mengorbankan segala-galanya demi kerana Allah. Justeru
itu, Allah memperlihatkan kejadian itu sampai ke peringkat
tertentu kepada Nabi Ibrahim dalam mimpinya, tetapi
membiarkannya tidak mengetahui peringkat terakhir, tidak
menjelaskan kepadanya bagaimana seluruh kisah
tersebut berakhir. Oleh kerana mereka tidak mengetahui
keputusan itulah, membolehkan Ibrahim dan Ismail
menunjukkan bagaimana kesanggupan mereka mentaati
perintah Allah sehingga ke peringkat mengorbankan nyawa
mereka dan nyawa orang yang mereka sayangi kerana
Allah.
Seandainya mereka telah pun mengetahui keputusan
itu dari awal lagi, tentulah ujian tersebut tidak bererti apa-apa.
TAURAT DIKURNIAKAN KEPADA NABI MUSA (A.S)
Contoh yang ketiga adalah mengenai Nabi Musa
(a.s) dan penurunan kitab Taurat. Nabi Musa
diperintahkan supaya pergi ke gunung Sinai, berpuasa di
sana selama 30 hari sebagai persediaan untuk menerima
Taurat. Pada hari yang ke-30, baginda menggosokkan
giginya dan pergi ke gunung Sinai. Di sana, baginda ditanya
oleh Allah, kenapa menggosok giginya. Baginda
menjelaskan bahawa disebabkan baginda menuju ke
tempat yang suci, jadi adalah patut baginya membersihkan
diri supaya lebih kelihatan kemas. Allah memberitahunya
bahawa bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih
harum di sisi Allah daripada bau kasturi dan ambar.
Kemudian baginda diberitahu supaya kembali semula ke
tempat tinggalnya dan berpuasa selama 10 hari lagi dan
kemudian datang ke gunung Sinai tanpa menggosokkan
giginya. Oleh itu, pada hari ke-40, barulah baginda
dikurniakan loh (kepingan) Taurat.
Allah telah mengetahui sebelumnya bahawa Musa
pasti datang selepas menggosokkan giginya dan akan
diminta berpuasa selama 10 hari lagi, tetapi Nabi Musa
ataupun Bani Israil tidak pernah diberitahu tentang
perkara tersebut, begitu juga Nabi Musa tidak pula
diberitahu terdahulu dari itu yang baginda tidak perlu
menggosokkan giginya pada hari ke-30.
Sewaktu Allah merujuk kepada ilmu-Nya, Dia (Allah)
menggambarkan seluruh masa 40 hari itu sekaligus:
" Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa
(memberikan Taurat, sesudah empat puluh (40) malam."
Surah al-Baqarah (2):51.
Pada ketika Dia (Allah) merujuk kepada ilmu Nabi
Musa, Dia (Allah) menyebutkan 30 hari dan 10 hari lagi
secara berasingan:
" Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan
Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh (30) malam, dan
Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh
(10) (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah
ditentukan oleh Tuhannya empat puluh (40) malam."
(Al-Qur'an, al-A`raf (7): 142).
Alasan untuk tidak memberikan maklumat awal
adalah jelas dari tindakan Bani Israil, yang disebabkan oleh
kelewatan 10 hari itu, telah meninggalkan penyembahan
kepada Allah yang Maha Esa kepada menyembah anak
sapi. Cerita itu dikemukakan dengan begitu indah dalam
ayat-ayat al-Qur'an berikut:
“ Allah berfirman: “ Maka sesungguhnya Kami telah menguji
kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah
disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada
kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa:
" Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan
kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa
lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu
menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu,
dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?" Mereka
berkata: " Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu
dengan kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh
membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka
kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri
melemparkannya," Kemudian Samiri mengeluarkan untuk
mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan
bersuara, maka mereka berkata: " Inilah Tuhanmu dan
Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.”
Al-Qur'an, Taha (20): 85-97.
Cuba bayangkan seluruh kaum yang terdiri daripada
beberapa ribu orang sahabat Nabi Ulu al-`Azm itu, sewaktu
adanya pengganti dan wasinya Nabi Harun, telah
meninggalkan jalan agama yang benar dan mulai
menyembah berhala, hanya kerana Nabi Musa terlewat
beberapa hari!
Ujian keimanan ini tentunya tidak boleh dilakukan
sekiranya Allah telah pun memberitahu Nabi Musa bahawa
baginda dikehendaki tinggal selama 40 hari atau sekiranya
baginda diberitahu sebelumnya agar tidak menggosok
giginya pada hari ke-30.
BADA': PENAMPILAN
Ketiga-tiga contoh yang dipetik daripada al-Qur'an
dianggap sudah memadai untuk menunjukkan Allah
memaklumkan rencana-Nya kepada para malaikat, nabi
atau imam hanya sampai ke peringkat yang mencukupi
kepada manusia ataupun yang sepatutnya, untuk
menjadikan ujian itu benar-benar bererti. Apabila masa
tiba ketika malaikat, nabi atau para waliy yang berkenaan
berfikir bahawa rencana kerja itu sudah sampai ke
peringkat akhir, suatu perkembangan terbaru
melanjutkan rencana itu ataupun membawanya ke
pangakhiran yang tidak dijangkakan.Kisah ini dikenali
sebagai bada' dalam bahasa Arab. Bada' bermaksud
tampak, nyata.
Penampilan atau pernyataan ini tidaklah berkaitan
dengan Allah yang mengetahui segala sesuatu dari awal
lagi. Ia adalah merujuk kepada pengetahuan para
makhluk-Nya yang hanya dapat mengetahui apa yang
mereka tidak ketahui sebelumnya pada akhir rencana
Allah itu.
Atas alasan inilah juga, pengetahuan para malaikat,
nabi dan waliy dikenali sebagai Lauh Mahw wa Ithbat
(kepingan (lauh) mengandungi penghapusan dan
penggantian), sedangkan pengetahuan Allah pula dikenali
sebagai Lauh Mahfuz (kepingan (lauh) yang terpelihara)
yang tidak mengalami perubahan dan penggantian.
KEPENTINGAN BADA’
Terdapat banyak alasan bagi wahyu yang bersifat
berat sebelah. Sebahagiannya bolehlah dinyatakan di
sini. Dalam ketiga-tiga cerita dalam al-Qur'an yang
disebutkan di atas, anda boleh mendapati dua faedah atau
kepentingan bada:
1) Bada' membantu para hamba Allah membuang
kepercayaan mereka yang salah dan kembali semula ke
jalan yang benar seperti yang telah terjadi dalam peristiwa
kaum Nabi Yunus (a.s).
2) Bada' menolong menguji seseorang atau sesuatu
kaum, seperti yang terjadi kepada Nabi Ibrahim dan Ismail
(a.s) dan kepada kaum Nabi Musa (a.s).
Terdapat beberapa kepentingan bada' yang lain:
3) Oleh kerana para malaikat tidak begitu pasti
bahawa rencana peristiwa yang diberitahukan kepada
mereka itu merupakan kata-kata akhir, mereka secara
terus-menerus meminta petunjuk daripada Allah.
Demikianlah, mereka tidak pernah terfikir diri mereka itu
bebas daripada petunjuk dan perintah Allah.
4)Demikian juga para nabi dan para waliy tidaklah boleh
sama sekali berfikir bahawa mereka mengetahui segala-galanya.
Nabi Muhammad Mustafa (s.a.w) dinasihati
supaya selalu berkata: (Katakanlah: Ya Tuhanku,
tambahilah ilmuku.)
Sewajarnyalah dinyatakan di sini bahawa terdapat
banyak kali Allah memberitahu para malaikat, nabi dan
para waliy tentang kejadian akan datang, juga memberitahu
mereka bahawa hal tersebut adalah kata-kata terakhir.
Sehubungan dengan ini, tidak akan ada sebarang pindaan
kepada rencana dan tiada pembatalan ataupun
penggantian.
5) Manusia tidak dapat mengetahui apa yang
direncanakan untuk mereka pada masa akan datang.
Dengan demikian, mereka hendaklah sentiasa meminta
pertolongan dan rahmat Allah. Ia akan memberikan
kebaikan kepada mereka dalam hidup ini dan juga di hari
akhirat.
Subscribe to:
Posts (Atom)