Manusia terbahagi tiga
Jasad manusia diciptakan dari bahan yang sama. Kedalam jasad itu telah diamanahkan harta karun yang sangat berharga. Namun jalan yang ditempuh untuk menemuinya oleh manusia tetap saja tidak sama. Amanah yang sangat berharga, terlihat pada surah AL Ahzab 33 : 72 :
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung ganang. Mereka enggan untuk menerimanya. Dan takut dengan tanggungjawabnya. Akhirnya manusia mahu menerimanya. Tetapi manusia banyak yang bodoh”
Amanah Allah yang paling utama ada tiga :
• Nur Insan
• Nur Muhammad
• Nur Allah
Ketiganya itu disebut Wujud, Qidam dan baqa. Semua sudah ada pada setiap manusia. Terkait dengan apa yang telah diamanahkan Allah, maka manusia ada yang membuktikannya, tetapi ada yang cuek, bahkan banyak yang menolaknya.
Yang pertama, telah membuktikan kehadiran yang telahmemberikan amanah itu. Yang kedua, tidak berusaha untuk membuktikannya. Sedang yang ketiga, ialah yang menolak terhadap kehadiran Allah atas dirinya.
Pertama : Ihsan ialah yang membuktikan Firman Tuhan sehingga “Watamat Walimatu rabbi” atas dirinya. Surat Al Anam 6 : 115. Mereka sekaum dengan Nabi. Dan mereka inilah yang selalu diperintah oleh Allah dengan kalimat :
“Hai orang-orang beriman, ingatlah Allah sebanyak-banyaknya” Al Ahzab 33 : 41
Kedua : Insan, mampumembaca membaca yang tersuratnya sahaja, tetapi tidak mau mendengar panggilan, serta membuktikan irman Nya, lihat Surah Thaha 20 : 12 :
“Sesungguhnya Akulah Tuhanmu, dan engkau sudah berada di lembah suci thuwa, maka tinggalkanlah teropahmu”.
Ketiga : Insan Hewan. Insan hewan inilah yang selalu menjadi biang keladi, berbuat keji. Kerana pekak, buta sebagai mana disampaikan didalam Surah Al Anfal 8 : 22 :
“Sesungguhnya binatang yang paling buruk disisi Allah, ialah orang-orang yang pekak dan buta”
Petuah Raja Ibadah
Petuah raja Ibadah agar Insan mengenal Tuhan :
“Menyelam Insan menangkap patin.
Patin tertangkap oleh pemukat.
Di dalam zahir ada yang batin.
Batin berada dalam ma`rifat”
“Kalau digumpal selebar kuku,
bila dibentang selebar alam.
Walaupun selebar daun kuku,
Bumi dan langit ada didalam.”
“Berbaris turun anak sipasin.
Burung balam mandi disawah.
Habis tahun berganti musim,
tidak juga mengenal Tuhan”
Artinya :
Didalam jasad, ada yang batin.
Mata batin itulah yang mampu mengenal Allah.
Bila ingin mengenal Allah jangan mencari keluar, jangan kelangit (arshy), atau ke Mekah, carilah kedalam diri. Ketahuilah bahawa Allah ada bersama mu, dimana sahaja kamu berada, “Digulung selebar kuku”. Untuk mencari Allahjangan terlalu berlama-lama. Jangan pula habis tahun berganti musim, carilah segera.
Pertama : Zahir, bila mengkaji yang lahir, memerlukan waktunya sangat panjang, mungkin umur manusia tidak cukup untuk menyelesaikannya.
Kedua : Batin, untuk mengkhatamkan yang batin, cukup berhitung 1 s/d 3 , kemudian digulung menjadi satu, sehingga selebar kuku, bahkan akhirnya menjadi sebuah titik yang menyatu.
Perjalanan untuk sampai kepada Allah dapat dicapai, bila menggunakan Qudrat, Iradat, Hayat dan Ilmu. Dan dibantu oleh akal (aqly). Maka ”dimana ada kemauan , disitu ada jalan”. Selanjutnya muncul bonus kepada Ihsan yang mengenal Tuhan. Dari sinilah munculnya Kun fayakun. Itulah hikmah yang dilimpahkan Allah kepada Ihsan, dan inilah yang fatwakan oleh Raja Ibadah :
“Panjatlah batang kepuncaknya.
Agar mendapat pucuk dan umbutnya.
Galilah akar sedalam dalamnya.
Agar dapat isi, akar tunjangnya”.
“Wahai tuan mangkutak alam.
Jangan hanya berenang ditepian.
Menyelamlah kelaut yang dalam.
Agar menemukan ilmu khalam.”
Pesan diatas merupakan kalimat al ibarah yang tujuannya memotivasi agar Insan berusaha untuk mengenal Tuhan YME, menuju hablul minnallahi :
Keterangan :
1. Puncak merupakan perjalanan mi`raj ke Arshy untuk menemui Allah, itulah ilmu al`Ali
2. Akar tunjangnya menunjukkan keimanan (Iman, Ihsan dan Islam), kepada Allah (surah Ibrahim 14 : 24 & 25 ).
3. Ilmu Khalam, ialah ilmu mengenal Tuhan, yang datang atas izin Allah (surah Al Khafi 18 ; 65 ). Sesudah mendapatkan ilmu khalam, maka wawasan yang dicapai dan diusahakan , menjadi nikmat. Memetik hasil kenikmatan, itu bukanlah nikmat dunia. Semua hasil usaha akan menjadikan perubahan total kedalam batin. Maka secara lahiriyah akan menampilkan budi pekerti , akhlak yang disenangi orang banyak. Selanjutnya akan memunculkan kenikmatan dengan pengakuan batin tanpa ada pengaruh, campurtangan dari luar (zahir). Ketenangan batin sebagaimana digambarkan :
“Jernih air tempatnya patin,
Patin dimakan anak raja.
Didalam zahir ada yang batin.
Di batin hadir Raja di Raja*”.
*Malikul Mulk
Secara lahiriah melambangkan jasad, sedangkan batin, mengarah kepada RuhKu. Syahadah merupakan pengakuan dari RuhKu. Syahadah muncul sesudah terjadi pembuktian, kemudian ditampilkan sebagai kekukuhan adad (ad’din), yang sering disampaikan melalui pesan spiritual dalam bentuk pepatah-petitih, gurindam dan pantun nasihat.
Penampilannya sukar dibantah sebab dihadirkan melalui pembuktian. Dan bersumber dari firman Tuhan, meskipun ayatnya tidak disebutkan. Membuktikan bahawa Istana Allah (Baitullah) berada di qalbu orang mukmin (hadis). Hadis Nabi bukan hanya untuk di hafal, tetapi di telusuri sampai kepembuktian agar kekukuhan iman tertanam :
“Pohon gadang ditengah padang,
Berakar tunjang kepusat bumi*.
Bercabang ber daun rendang.
Tempat berteduh bagi musafir.
Buahnya manis pelepas dahaga”.
*Surah Ibrahim 14 ; 224 & 25.
Peranan Angka Tiga
Pesan spiriual maupun material dari Raja Ibadah sesungguhnya tidak berpanjang lebar, dan selalu disampaikan dalam bentuk kalimat singkat, berbentuk kias (mutasabihat). Dan diibarahkan dengan tiga :
“Tiga tungku sejarangan.
Tiga tali sapilingan”.
(Tiga buah batu sebagai tempat landasan memasak. Bila kurang satu, maka maksud dan tujuan tidak akan tercapai. Jadi ke tiga tunku itu mempunyai visi yang satu, dan tidak dapat dikurangi.
Tali atau tambang, bila angin kuat, maka hendaklah di pintal dan tiga tali yang dijadikan satu ). Itu merupakan contoh yang kaitannya dengan “Iman, Islam dan Ihsan”.
Demikian pula didalam Al Quran, kita akan menemukan tiga hal pokok yang perlu direnungkan, kemudian akan menjadikan tujuan pencarian , iaitu :
• RuhKu (Nur Insan)
• Nur Muhammad
• Nur Allah
Dan ketiga unsur itu ada satu zat yang ber“Syahadah”. Contoh : Cuba renungkan kalimah syahadah :
“Dan aku bersaksi, tiada Tuhan melainkan Allah, aku bersaksi Muhammad Rasul Allah”.
Di dalam kalimah syahadah itu terdapat :
1. Aku telah bersaksi (RuhKu)
2. Nur Allah yang disaksikan.
3. Muhammad Rasul Allah telah pula disaksikan.
Rasul Allah sebagaimana disampaikan didalam Surah Al Ahzab 33 ; 40. Jadi : Aku, Allah dan Rasul Allah inilah yang harus dibuktikan agar ucapan dengan perbuatan menjadi sejalan.
Tentang Adat, Syara` dan Kitabullah.
“Adat bersendi syara`, Syara` bersendi Kitabullah”
1. Ber adat dan berbudaya
2. Ber agama (patuh kepada hukum)
3. Ber Tuhan ( berma`rifatullah) : “Watamat kalimatu Rabbi”.
Surah Al Anam 6 ; 115. Jadi Kitabullah bukan AL Quran yang tertulis, tetapi kitab yang telah diamanahkan Allah kedalam Jasad.
Dengan kata lain :
1. Ber syariat
2. Ber hakikat
3. Ber ma`rifat
Untuk urusan dunia (syariat) hendaklah selalu dalam kejujuran dan keadilan. Namun langkah itu sangat sukar, sebab dunia tempat senda gurau dan permainan belaka, lihat Surah Muhammad 47 ; 36 :
“Kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurau belaka”.
Bagi Ihsan, orang ber iman, maka hubungan dengan dunia, akan mudah untuk dikendalikan, dan tidak untuk tempat permainan. Sendagurau dan permainan itu hendaklah dapat diarahkan. Bahkan syaitan pun dapat di atur dan dikendalikan. Orang beriman akan memakan “makanan yang baik-baik” (Surah Al Baqarah 2 ; 57 ). Makanan disini bukan untuk keperluan perut, tetapi ilmu yang berguna dan bermanafaat untuk orang ramai serta alam lingkungan. Bukan untuk hipnosis, sihir atau menipu yang berkait dengan kecurangan. Dan tidak menyimpang dari keadilan (Al`Adil). Maka Raja Ibadah ber fatwa tentang keadilan dengan 3 syarat :
1. Bila mengukur hendaklah sama panjang
2. Bila menimbang hendaklah sama berat
3. Bila membahagi hendaklah sama banyak.
Dan langkah selanjutnya, bahawa Syariat dan hakikat itu harus di tempuhi, dengan melangkah ke Syari`atullah (berusaha untuk mendapatkan keperluan dunia, dan paling penting bermunajat untuk mengenal Allah).
Pengetahuan Tentang RuhKu
Bahawa sebelum Al Quran dipelajari , pengetahuan tentang asal usul RuhKu, sudah dikenal mereka. Pertanyaan dimulai dari Gunung Berapi :
+ “Dari mana asal nenek moyang kita?
- “ Dari gunung berapi”
+ “Gunung Berapi yang mana?
- “Yang sebesar telor ayam”.
Pertanyaan demikian telah dijawab dan dibuktikan dengan praktik oleh Nabi Musa. Nabi Musa sudah menyaksikan dan mengajarkan cara untuk menemui serta memanfaatkan api. Kita lihat diantaranya 3 ayat yang terkait dengan suluh api :
1. “Ketika melihat api, maka dia berkata kepadakaumnya: Tetaplah disini, sesungguhnya aku telah melihat api. Mudah mudahan aku akan membawakan api yang menyala kepadamu”.
Surah Thaha 20 ; 10
2. “Pelita itu didalam beranda kaca. Kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan . Pelita itu dinyalakan oleh minyak zaitun. Zaitun yang tidak tumbuh di timur dan di barat”.
An Nur 24 ; 35
3. “Musa berkata kepada kaumnya :
Sesungguhnya aku telah melihat api. Nanti dari sana aku akan membawakan berita gembira itu untukmu”.
An Naml 27 ; 7.
Pembicaraan tentang api adalah bentuk mutasabihat atau al ibarah. Jadi bukan api yang ada di puncak gunung atau api olimpik. Ini adalah api yang selalu hidup dan menyala, yang hadir pada setiap umat manusia dimana pun dia berada. Disinilah pentingnya pembuktian api yang disampaikan didalam AL Quran.