Thursday, December 27, 2012


Kasy'af Ma'nawi
http://3.bp.blogspot.com/-a964uFrC1_M/T2OUULmjs_I/AAAAAAAAAU4/IBnGvKifR_s/s1600/page+space.jpg

SEBAGAI PENGANTAR: SYEKH ABDUL QADIR JAILANI ADALAH SEORANG WALI ALLAH YANG MEMILIKI KEISTIMEWAAN YAITU KEDEKATANNYA DENGAN SANG PENCIPTA. SAKING DEKAT-NYA DIA DENGAN ALLAH SWT, MAKA DIA DIJULUKI PEMIMPIN PARA WALI ALLAH YANG ADA DI MUKA BUMI INI. HIDUPNYA BERTABUR KEAJAIBAN SEJAK BAYI HINGGA WAFAT. SEJARAH HIDUPNYA PENUH MIKJIZAT DAN KERAMAT. TIDAK MENGHERANKAN IA DIAKUI SEBAGAI PEMIMPIN WALI KERAMAT DALAM SEJARAH KEWALIAN. BAHKAN IBNU TAIMIYAH SENDIRI PERNAH MENYAKSIKAN BERBAGAI FENOMENA MUKJIZAT DALAM DIRI SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI.
KENAPA DIA DIBERI KAROMAH YANG BEGITU DAHSYAT? UNTUK MENGETAHUI KUNCINYA, DISINI AKAN DIPAPARKAN KARYA SYEKH ABDUL QODIR JAILANI RISALAH AL GHAUTSIYYAH. KARYA INI ADALAH SEBENTUK DIALOG BATINIAH ANTARA ALLAH SWT (DIA) DAN SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI (AKU), YANG DITERIMA MELALUI ILHAM QALBI DAN PENYINGKAPAN RUHANI (KASYAF MA’NAWI).
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Sang Penghapus Duka. Shalawat atas manusia terbaik, Muhammad SAW. Berkatalah sang wali agung (Syekh Abdul Qadir Al Jailani), kepada ALLAH SWT.

Allah SWT Berkata : “Wahai wali agung!”

Aku menjawab : “Aku mendengar panggilan-Mu, Wahai Tuhannya si wali.”

Dia Berkata : “Setiap tahapan antara alam Naasut (ALAM MANUSIA) dan alam Malakut adalah syariat; setiap tahapan antara alam Malakut dan Jabarut adalah tarekat; dan setiap tahapan antara alam Jabarut dan alam Lahut adalah hakikat.”

Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai wali agung ! Aku tidak pernah mewujudkan Diri-Ku dalam sesuatu sebagaimana perwujudanKu dalam diri manusia.”

Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau memiliki tempat ?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Akulah Pencipta tempat, dan Aku tidak memiliki tempat.”

Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau makan dan minum ?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, makanan dan minuman kaum fakir adalah makanan dan minuman-Ku.”

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, dari apa Engkau ciptakan malaikat ?”. Dia Berkata kepadaku : “Aku Ciptakan malaikat dari cahaya manusia, dan Aku Ciptakan manusia dari cahaya-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Jadikan manusia sebagai kendaraan-Ku, dan Aku jadikan seluruh isi alam sebagai kendaraan baginya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, betapa indahnya Aku sebagai Pencari ! Betapa indahnya manusia sebagai yang dicari ! Betapa indahnya manusia sebagai pengendara, dan betapa indahnya alam sebagai kendaraan baginya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya. Jika manusia menyadari kedudukannya di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada setiap hembusan nafasnya, ‘milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?’.

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tidaklah manusia makan sesuatu, atau minum sesuatu, dan tidaklah ia berdiri atau duduk, berbicara atau diam, tidak pula ia melakukan suatu perbuatan, menuju sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali Aku Ada [Berperan] di situ, Bersemayam dalam dirinya dan Menggerakkannya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tubuh manusia, jiwanya, hatinya, ruhnya, pendengarannya, penglihatannya, tangannya, kakinya, dan lidahnya, semua itu Aku Persembahkan kepadanya oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain dia.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, jika engkau melihat seseorang terbakai oleh api kefakiran dan hancur karena banyaknya kebutuhan, maka dekatilah ia, karena tidak ada penghalang antara Diri-Ku dan dirinya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, janganlah engkau makan sesuatu atau minum sesuatu dan janganlah engkau tidur, kecuali dengan kehadiran hati yang sadar dan mata yang awas.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa terhalang dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka ia akan diuji dengan perjalanan lahir, dan ia tidak akan semakin dekat dari-Ku melainkan justru semakin menjauh dalam perjalanan batin.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, kemanunggalan ruhani merupakan keadaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Siapa yang percaya dengannya sebelum mengalaminya sendiri, maka ia telah kafir. Dan barang siapa menginginkan ibadah setelah mencapai keadaan wushul, maka ia telah menyekutukan Allah SWT.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa memperoleh kebahagiaan azali, maka selamat atasnya, dia tidak akan terhina selamanya. Dan barang siapa memperoleh kesengsaraan azali, maka celaka baginya, dia tidak akan diterima sama sekali setelah itu.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Jadikan kefakiran dan kebutuhan sebagai kendaraan manusia. Barangsiapa menaikinya, maka ia telah sampai di tempatnya sebelum menyeberangi gurun dan lembah.”

Lalu Dia Berkatak kepadaku : “Wahai wali agung, bila manusia mengetahui apa yang terjadi setelah kematian, tentu ia tidak menginginkan hidup di dunia ini. Dan ia akan berkata di setiap saat dan kesempatan, ‘Tuhan, matikan aku !’.

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, semua makhluk pada hari kiamat akan dihadapkan kepadaKu dalam keadaan tuli, bisu dan buta, lalu merasa rugi dan menangis. Demikian pula di dalam kubur.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, cinta merupakan tirai yang membatasi antara sang pencinta dan yang dicintai. Bila sang pencinta telah padam dari cintanya, berarti ia telah sampai kepada Sang Kekasih.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Melihat Ruh-ruh menunggu di dalam jasad-jasad mereka setelah ucapanNya, ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu ?’ sampai hari kiamat.”

Lalu sang wali berkata : “Aku melihat Tuhan Yang Maha Agung dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa bertanya kepadaKu tentang melihat setelah mengetahui, berrti ia terhalang dari pengetahuan tentang melihat. Barangsiapa mengira bahwa melihat tidak sama dengan mengetahui, maka berarti ia telah terperdaya oleh melihat Allah SWT.’

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, orang fakir dalam pandangan-Ku bukanlah orang yang tidak memiliki apa-apa, melainkan orang fakir adalah ia yang memegang kendali atas segala sesuatu. Bila ia berkata kepada sesuatu, ‘jadilah !’ maka terjadilah ia.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Tak ada persahabatan dan kenikmatan di dalam surga setelah kemunculan-Ku di sana, dan tak ada kesendirian dan kebakaran di dalam neraka setelah sapaan-Ku kepada para penghuninya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Yang Paling Mulia di antara semua yang mulia, dan Aku Yang Paling Penyayang di antara semua penyayang.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tidurlah di sisi-Ku tidak seperti tidurnya orang-orang awam, maka engkau akan melihatKu.” Terhadap hal ini aku bertanya : “Wahai Tuhanku, bagaimana aku tidur disisi-Mu ?”. Dia Berkata : “Dengan menjauhkan jasmani dari kesenangan, menjauhkan nafsu dari syahwat, menjauhkan hati dari pikiran dan perasaan buruk, dan menjauhkan ruh dari pandangan yang melalaikan, lalu meleburkan dzatmu di dalam Dzat.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, katakan kepada sahabatmu dan pencintamu, siapa di antara kalian yang menginginkan kedekatan dengan-Ku, maka hendaklah ia memilih kefakiran, lalu kefakiran dari kefakiran. Bila kefakiran itu telah sempurna, maka tak ada lagi apapun selain Aku.”

Lalu Dia Berkata : “Wahai wali agung, berbahagialah jika engkau mengasihi makhluk-makhluk-Ku, dan beruntunglah jika engkau memaaafkan makhluk-makhluk-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, katakan kepada pencintamu dan sahabatmu, ambillah manfaat dari do’a kaum fakir, karena mereka bersama-Ku dan Aku Bersama mereka.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Bersama segala sesuatu, Tempat Tinggalnya, Pengawasnya, dan kepada-Ku tempat kembalinya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, jangan peduli pada surga dan apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara. Dan jangan peduli pada neraka serta apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara.”16

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, para penghuni surga disibukkan oleh surga, dan para penghuni neraka disibukkan oleh-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sebagian penghuni surga berlindung dari kenikmatan, sebagaimana penghuni neraka berlindung dari jilatan api.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, barangsiapa disibukkan dengan selain Aku, maka temannya adalah sabuk [tanda kekafiran] pada hari kiamat.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, orang-orang yang dekat mencari pertolongan dari kedekatan, sebagaimana orang-orang yang jauh mencari pertolongan dari kejauhan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sesungguhnya Aku Memiliki hamba-hamba yang bukan nabi maupun rasul, yang kedudukan mereka tidak diketahui oleh siapapun dari penghuni dunia maupun penghuni akhirat, dari penghuni surga ataupun neraka, tidak juga malaikat Malik ataupun Ridwan, dan Aku Tidak Menjadikan mereka untuk surga maupun untuk neraka, tidak untuk pahala ataupun siksa, tidak untuk bidadari, istana maupun pelayan-pelayan mudanya. Maka beruntunglah orang yang mempercayai mereka meski belum mengenal mereka.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, engkau adalah salah satu dari mereka. Dan di antara tanda-tanda mereka di dunia adalah tubuh-tubuh mereka terbakar karena sedikitnya makan dan minum; nafsu mereka telah hangus dari syahwat, hati mereka telah hangus dari pikiran dan perasaan buruk, ruh-ruh mereka juga telah hangus dari pandangan yang melalaikan. Mereka adalah pemilik keabadian yang terbakar oleh cahaya perjumpaan [dengan Tuhan].”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila seseorang yang haus datang kepadamu di hari yang amat panas, sedangkan engkau memiliki air dingin dan engkau sedang tidak membutuhkan air, jika engkau menahan air itu baginya, maka engkau adalah orang yang paling kikir. Bagaimana Aku Menolak mereka dari rahmat-Ku padahal Aku Telah Menetapkan atas Diri-Ku, bahwa Aku Paling Pengasih di antara yang mengasihi.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tak seorang pun dari ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak seorangpun dari ahli ketaatan yang dekat dari-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila seseorang dekat kepada-Ku, maka ia adalah dari kalangan maksiat, karena ia merasa memiliki kekurangan dan penyesalan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, merasa memiliki kekurangan merupakan sumber cahaya, dan mengagumi cahaya diri sendiri merupakan sumber kegelapan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, ahli maksiat akan tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli taat akan tertutupi oleh ketaatannya. Dan Aku Memiliki hamba-hamba selain mereka, yang tidak ditimpa kesedihan maksiat dan keresahan ketaatan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sampaikan kabar gembira kepada para pendosa tentang adanya keutamaan dan kemurahan, dan sampaikan berita kepada para pengagum diri sendiri tentang adanya keadilan dan pembalasan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, ahli ketaatan selalu mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat selalu mengingat Yang Maha Pengasih.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Dekat dengan pelaku maksiat setelah ia berhenti dari kemaksiatannya, dan Aku Jauh dari orang yang taat setelah ia berhenti dari ketaatannya.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, Aku Menciptakan orang awam namun mereka tidak mampu memandang cahaya kebesaran-Ku, maka Aku Meletakkan tirai kegelapan di antara Diri-Ku dan mereka. Dan Aku Menciptakan orang-orang khusus namun mereka tidak mampu mendekati-Ku dan mereka sebagai tirai penghalang.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, katakan kepada para sahabatmu, siapa di antara mereka yang ingin sampai kepada-Ku, maka ia harus keluar dari segala sesuatu selain Aku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, keluarlah dari batas dunia, maka engkau akan sampai ke akhirat. Dan keluarlah dari batas akhirat, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, keluarlah engkau dari raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari hati dan ruhmu, lalu keluarlah dari hukum dan perintah, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”

Maka aku bertanya : “Wahai Tuhanku, shalat sepert apa yang paling dekat dengan-Mu ?.” Dia Berkata : “Shalat yang di dalamnya tiada apapun kecuali Aku, dan orang yang melakukannya lenyap dari shalatnya dan tenggelam karenanya.”1

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, puasa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Puasa yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan orang yang melakukannya lenyap darinya.”

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, amal apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Amal yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, baik itu [harapan] surga ataupun [ketakutan] neraka, dan pelakunya lenyap darinya.”

Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tangisan seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Tangisan orang-orang yang tertawa.” Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Tertawanya orang-orang yang menangis karena bertobat.” Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tobat seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab : “Tobatnya orang-orang yang suci.” Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, kesucian seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab : “Kesucian orang-orang yang bertobat.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, pencari ilmu di mata-Ku tidak mempunyai jalan kecuali setelah ia mengakui kebodohannya, karena jika ia tidak melepaskan ilmu yang ada padanya, ia akan menjadi setan.”

Berkatalah sang wali agung : “Aku bertemu Tuhanku SWT dan aku bertanya kepada-Nya, ‘Wahai Tuhan, apa makna kerinduan [‘isyq] ?’, Dia Menjawab : ‘Wahai wali agung, [artinya] engkau mesti merindukan-Ku dan mengosongkan hatimu dari selain Aku.’” Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, jika engkau mengerti bentuk kerinduan maka engkau harus lenyap dari kerinduan, karena ia merupakan penghalang antara si perindu dan yang dirindukan.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila engkau berniat melakukan tobat, maka pertama kali engkau harus bertobat dari nafsu, lalu mengeluarkan pikiran dan perasaan buruk dari hati dengan mengusir kegelisahan dosa, maka engkau akan sampai kepada-Ku. Dan hendaknya engkau bersabar, karena bila tidak bersabar berarti engkau hanya bermain-main belaka.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila engkau ingin memasuki wilayah-Ku, maka hendaknya engkau tidak berpaling kepada alam mulk, alam malakut, maupun alam jabarut. Karena alam mulk adalah setannya orang berilmu, dan malakut adalah setannya ahli makrifat, dan jabarut adalah setannya orang yang sadar. Siapa yang puas dengan salah satu dari ketiganya, maka ia akan terusir dari sisi-Ku.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, perjuangan spiritual [mujahadah] adalah salah satu lautan di samudera penyaksian [musyahadah] dan tela dipilih oleh orang-orang yang sadar. Barangsiapa hendak masuk ke samudera musyahadah, maka ia harus memilih mujahadah, karena mujahadah merupakan benih dari musyahadah dan musyahadah tanpa mujahadah adalah mustahil. Barangsiapa telah memilih mujahadah, maka ia akan mengalami musyahadah, dikehendaki atau tidak dikehendaki.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, para pencari jalan spiritual tidak dapat berjalan tanpa mujahadah, sebagaimana mereka tak dapat melakukannya tanpa Aku.”
Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, sesungguhnya hamba yang paling Ku Cintai adalah hamba yang mempunyai ayah dan anak tetapi hatinya kosong dari keduanya. Jika ayahnya meninggal, ia tidak sedih karenanya, dan jika anaknya pun meninggal, ia pun tidak gundah karenanya. Jika seorang hamba telah mencapai tingkat seperti ini, maka di sisi-Ku tanpa ayah dan tanpa anak, dan tak ada bandingan baginya.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, siapa yang tidak merasakan lenyapnya seorang ayah karena kecintaan kepada-Ku dan lenyapnya seorang anak karena kecintaan kepada-Ku, maka ia tak akan merasakan lezatnya Kesendirian dan Ketunggalan.”

Dia juga Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, bila engkau ingin memandang-Ku di setiap tempat, maka engkau harus memilih hati resah yang kosong dari selain Aku.” Lalu aku bertanya : “Tuhanku, apa ilmunya ilmu itu ?.” Dia Menjawab : “Ilmunya ilmu adalah ketidaktahuan akan ilmu.”

Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, berbahagialah seorang hamba yang hatinya condong kepada mujahadah, dan celakalah bagi hamba yang hatinya condong kepada syahwat.”

Lalu aku bertanya kepada Tuhanku SWT tentang mi’raj. Dia Berkata : “Mi’raj adalah naik meninggalkan segala sesuatu kecuali Aku, dan kesempurnaan mi’raj adalah pandangan tidak berpaling dan tidak pula melampauinya [ QS 53 : 17].” Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, tidak ada shalat bagi orang yang tidak melakukan mi’raj kepada-Ku.”

Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai wali agung, orang yang kehilangan shalatnya adalah orang yang tidak mi’raj kepada-Ku.”

Wednesday, December 26, 2012


Menjejaki Nyemah Mulya pahlawan wanita Melaka yang disepikan

Pengaruh Kelantan Majapahit 11 jelas dan terbukti pada cara pemakaian Nyemah Mulya

Ramai yang tertanya benarkah wujud watak Nyemah Mulya pahlawan wanita Melayu di era Melaka diserang Portugis pada tahun 1511M. Watak Nyemah Mulya adalah watak berdasarkan separa kajian sejarah  dan separa sains fiksyen dalam novel Faizal Tehrani 1515.

Watak Nyemah Mulya pahlawan wanita yang bertudung merah mengetuai sejumlah 5000 askar Melayu Melaka mempertahankan Melaka dikatakan mitos kerana beberapa perkara, yang sengaja disembunyikan Portugis dan Penjajah Barat.

Asal usul Nyemah Mulya menurut sumber pertama seperti dalam Novel separa Sains Fiksyen-separa sejarah benar Faizal Tehrani ialah anak kepada seorang guru ugama dan ibunya ialah dayang kepada Puteri Onang Kening dari Kelantan yang diperisterikan Sultan Mansur Shah. Menurut sumber lainnya Nyemah Mulya ialah seorang dayang kepada Puteri Onang Kening yang ditugaskan untuk menjaga keselamatan puteri tersebut setelah baginda bernikah dengan Sultan Melaka.


Nyemah Mulya mempunyai ilmu ugama, persilatan  dan kebatinan yang tinggi. Benarkah wujud ilmu sehebat itu di zaman 1511?

Bagaimanapula kehebatan ilmu persilatan dapat diwarisi oleh Nyemah Mulya? Jawapannya Nusantara ini didakwah oleh ahlul bayt dan sahabat Nabi Muhammad SAW. Bersama sama dengan kedatangan ulama ahlul bayt, mereka membawa ilmu ugama dan juga seni mempertahankan diri. Dengan kehendak Allah , ulama Ahlul bayt ini mendapat ilham , dan sebanyak 44 orang ulama ahlul bayt bersama keluarga maseng maseng datang mendarat di Acheh, Champa, Pattani, Kelantan, Pulau Besar Melaka dan Surabaya dalam tempoh masa yang dekat antara satu sama lain. Tentu ada rahsia antara rahsia yang ada di Nusantara ini


Peta kedatangan pendakwah Ahlul Bayt di Nusantara

Jika benar Nyemah Mulya dari Kelantan maka dia tentu juga mahir dalam persilatan seperti Hang Tuah dan rakan rakan yang diajar oleh Syeikh Thanaudin (Adi Putra ) iaitu adinda kepada Syeikh Jamaluddin Al Kubra yang dari keturuannya nya lahir banyak raja raja Melayu di Nusantara dari Champa , Pattani, Semenanjung, Sulu, Brunei , Kalimantan dan Sunan Sunan di Tanah Jawa

Di Melaka, Pesantren pertama di buka oleh Maulana Sayyid Abdul Aziz bin Sayyid Muhyidin Abdul Qodir Jailani di satu tempat bernama UPIH, sekarang dikenali sebagai  TENGKIRA. Masjid Tengkira adalah salah satu masjid tertua di Melaka. Pesantren ini memberi pengajian ugama secara bersanad. Pada tahun 1440M Sayyid Thanauddin (Adi Putra) sampai ke Melaka dari Kelantan. Beliau terus memilih Pulau Besar untuk dijadikan tempat belajar ILMU KEROHANIAN SUFI. Suasana pulau ini yang terasing dari hiruk pikuk pelabuhan Melaka memang sesuai untuk tempat pengajian ugama, beruzlah dan bersuluk. Maseh ada tempat bersuluk di gua gua tersembunyi di kawasan pantai di Pulau Besar. Malah ada juga sumber air tawar dari sebuah telaga air tawar berhampiran tinggalan resort yang terbiar. Di zaman dulu telaga air tawar ini menjadi sumber air pelaut membekalkan air tawar sebelum belayar dari Melaka.

Di Pulau ini juga Daeng Mempawah bin Raja Bajung belajar dan berguru dengan Datuk Sayyid Thanauddin/Adi Putra. Daeng Mempawah adalah nama lain bagi Laksamana Hang Tuah.  Orang yang mula-mula  menjadikan Pulau Besar ini  pusat pembelajaran ILMU KEROHANIAN SUFI ialah Syeikh   Thanaudin/ Adiputra/Panglima Hitam. Tinggalan keturunan Syeikh Thanaudin maseh ada di Pulau Besar iaitu  kubur Panglima Hitam (Syeikh Thanaudin) . Maseh ada tempat bernama Tempayan Pecah di Pulau Besar. Nenek Kebayan yang dikaitkan dengan Tempayan Pecah pula sebenarnya ialah  seorang syarifah atau Dang Wangi  iaitu anak Syeikh Thanaudin yang bernikah dengan anak mureed bapanya iaitu Hang Jebat.



Makam Nenek Kebayan/Dang Wangi/anak kepada Syeikh Thanaudin dan isteri kepada Hang Jebat


Dang Wangi / Baru / Inangsih  juga mengkebumikan  Hang Jebat di hujung Pulau. Dang Wangi memang berkeluarga dengan Maulana Ishaq dan semua penduduk di Pulau itu. Dang Wangi pangkat nenek saudara bagi Maulana Ishaq bin Syeikh Ibrahim Asmoro bin Syeikh  Husin Jamaludin Al Kubra. Dang Wangi binti Syeikh  Thanaudin bin Amir Syeikh  Syah Jalaludin. Syeikh Thanaudin dan Syeikh Husin adalah adik beradik. Di Pulau Besar berkumpul nya keturunan Maulana Sayyid Husin Jamadil Kubra dan adindanya Syeikh Thanaudin. Isteri Maulana Ishaq iaitu Syarifah Siti Fatimah binti Syeikh  Ali Nurul Alam,juga cucu kepada Sayyid Thanaudin

(Satu lagi makam Syarifah Siti Fatimah pula ada sebelah makam suaminya Maulana Malik Ibrahim bin Syeikh Jamaludin Al Kubro di Gresik , Surabaya, Jawa Timur).

Catatan penulis-
Malangnya makam  wali Allah dipindahkan dan kesan sejarah dilenyapkan bila sebuah padang golf cuba di bina dalam usaha nak menjadikan pulau ini sebagai resort. Atas sebab ini  beberapa kejadian bot karam secara misteri yang membunuh satu persatu pekerja resort sehingga akhirnya resort tersebut ditutup.

Pada tahun 1495M, satu rombongan Ulama dari Arab dan Pasai telah tiba di Pulau Besar. Rombongan ini di ketuai oleh Maulana Ishaq dan Syeikh Sultan Ariffin Syeikh Ismail beserta dengan 16 orang ulama dan keluarga mereka. Mereka bergabung dengan Datuk Adiputra yang menjadi tenaga pengajar di Pulau Besar.

Di masa ini lah Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Syeikh Subatris dan Syeikh Abdul Jalil/Siti Jenar datang menuntut ilmu di Pulau ini. Datang pada waktu yang lain ialah Puteri Mas Nyawa dan suami nya Pati Unus/Raden Abdul Qodir Al-Idrus. Di samping itu turut belajar ialah Sultan Mahmud Syah sendiri

Nota Penulis-
(Kehebatan ilmu ugama dan persilatan yang diajar di Pulau Besar boleh di benchmark kepada kehebatan Sunan Kalijaga dan Sunan Giri. Sunan Kalijaga mendakwah orang dengan musik dan dia juga seorang pendekar yang amat gagah. Sunan Giri  juga orang yang sebenarnya yang membuat ramalan Jayabaya ramalan-jayabaya. )



Makam Sultanul Arifin di Pulau Besar. Di belakang makam ialah makam gurunya

       

Kehebatan Panglima Hitam/Syeikh Thanaudin/Adi Putra membelah batu menggunakan lidahnya yang berwarna hitam. Kerana itu dia dinamakan Panglima Hitam

Pulau Besar juga adalah tempat pengajian ilmu ugama secara bersanad (sistem pondok atau pasentran) dan juga tempat berkumpulnya hulubalang Melayu dari seluruh Nusantara mempelajari ilmu persilatan dan kebatinan. Perlu diingatkan juga bahawa Pulau Besar menjadi pusat tumpuan hulubalang yang mempunyai ilmu putih dan ilmu hitam. Di zaman empayar Melaka ilmu persilatan dan kebatinan putih memenangi persaingan kerana disekalikan dengan ilmu ugama yang mengikut syariat Islam.

Saki baki kehebatan ilmu persilatan dan kebatinan ini dapat dipertontonkan dalam catatan British berkenaan lanun -lanun Melayu di Regiment of Malay Navy yang bermaharajalela di Selat Melaka. Bagaimanapun  atas sebab keberanian mereka dan kebolehan luar biasa yg mereka miliki (ilmu kebal,ilmu batin, boleh beberapa jam  mereka diberi ampun dari dihukum gantung dan diambil berkerja dengan British Royal Navy - dibawah 19th Regiment yang diketuai oleh Captain John Davie  yang dimitoskan sebagai Davie Jones dalam Pirates of Caribean. Tetapi cerita Pirates of Carribean itu kita biarkan dulu-mari lihat catatan Captain John Davie:




Senjata apakah yang digunakan Nyemah Mulya bersama sama 5000 orang hulubalang semasa melawan Portugis?.

Persepsi yang sering kita alami bila membayangkan peperangan tersebut ialah orang Melayu berperang dengan gajah dan keris.




Tapi sejarah kita sengaja dilenyapkan dengan fakta bahawa tarakul induk kepada pistol telah digunakan di dunia Melayu oleh Lanun Lanun Melayu. Banyak lagi senjata lama yang menjadi induk kepada senjata api moden berasal dari dunia Melayu.


Pemuras sejenis senapang maseh kekal sebagai salah satu alat kebesaran Kesultanan Brunei

Musketeer dan gunner Melayu




Ini bermakna tentera Melaka menentang serangan Portugis dengan tarakul, meriam lela rentaka dan pelbagai lagi senjata yang setaraf dengan persejataan tentera  moden. Di samping itu mereka juga hebat dalam ilmu persilatan dan kebatinan. Gajah hanya digunakan sebagai mode pengangkutan senjata, makanan dan orang-orang besar semasa peperangan.

Nyemah Mulya dilantik mengetuai serangan kerana dekatnya dia dengan Istana Melaka dan kehebatan ilmu ugama, ilmu persilatan dan ilmu kebatinannya. Perkara ini tidak mustahil kerana dalam sejarah Melayu, Puteri Hijau mengetuai Istana dan pasukan perang di Reman (sekarang terletak di Lenggong, Hulu Perak)  dan Pahlawan keturunan bangsawan Aceh juga seorang wanita bernama (Puteri) Cut Nyak Dien mengetuai pemberontakan ke atas Belanda.

Menyedari ancaman Pulau Besar kepada Portugis maka mereka telah memusnahkan Pulau Besar dan pondok pengajian  pada tahun 1525M. Nyemah Mulya pula telah lama  mati dibunuh kerana sifat dengki Melayu terhadap bangsanya yang menunjukkan kelebihan dan kehebatan berperang.


Penduduk Pulau Besar yang berasal dari golongan ulama dan hulubalang Melayu  pula terpaksa menyamar sebagai penduduk kampung dan tinggal di kawasan berhampiran pantai di tanah besar. Ilmu ugama dan ilmu persilatan diajar secara rahsia yang tidak diketahui orang awam. Kehebatan pahlawan silam seperti Nyemah Mulya tenggelam dalam lipatan sejarah kerana orang tidak meyakini bahawa orang Melayu  yang hebat dari segi ugama juga boleh menguasai masa,tempat, ilmu persilatan, kebatinan iaitu  perbendaharaan ilmu Allah yang luas dengan izin Allah.

Nota Penulis-
Penulis menyambut baik usaha KM Melaka Datuk Ali Rustam untuk menubuhkan pusat tahfiz di Pulau Besar. Sewajarnya Pulau Besar dimajukan semula sebagai Pusat Pengembangan Ugama Islam Se Nusantara. Prasarana yang sudah ada dalam bentuk resort terbiar seeloknya dimanfaatkan.

Tuesday, December 25, 2012


Wasiat Hang Jebat
(Ini adalah sebahagian daripada teks ucapan Hang Jebat yang pada awalnya dianggap hilang terbakar di dalam kapal Belanda “Le Fluer” ketika dalam perjalanan dari Melaka ke Bengkulen. Teks ini telah saya temui secara tidak sengaja ketika saya membuat kajian ilmiah di University of Leiden pada tahun 1992 – teks asal masih tersimpan di dalam arkib University of Leiden)-Aminuddin Yahaya

“Wahai orang-orang Melaka, apabila kamu merasa tidak puas hati atau tidak berkenan akan sesuatu maka hendaklah kamu memberitahu kepada anak isteri kamu, kaum keluarga kamu, sahabat taulan kamu, jiran tetanga kamu, orang-orang kampung kamu. Janganlah hendaknya tidak ada orang yang tidak kamu beritahu akan rasa geram hati kamu dan amarah kamu itu.

Maka hendaklah kamu kumpulkan anak bini kamu, sanak-saudara kamu, sahabat taulan kamu, jiran tetangga kamu, orang kampung kamu, kumpulkan semua orang-orang Melaka dan bawalah berita itu hendaknya ke Lubuk China hingga ke Tanjung Tuan hingga ke Linggi hingga hendaknya sampai ke Rembau Labu dan Lukut dan hendaknya sampailah berita ini hingga ke Seri Menanti.

Bawalah berita ini kepada Jakun dan Biduanda, Semelai dan Sakai agar hendaknya mereka sama mendengar kematian Tun Hukum dibunuh Raja Melaka difitnah Sang Kitul Kerala difitnah Sang Linggam anak cucu Nina Manikam. Hendak-hendaknya mereka akan bersama kita menyumpit yang jahat membuluh yang zalim.

Wahai orang-orang Melaka pada malam ini di atas Bukit China maka berjanjilah kita semua dan ingat mengingatilah kita semua bahawasanya kematian Tun Hukum itu akan membawa bencana ke atas negeri Melaka.

Wahai-orang Melaka apabila kamu merasa tidak puas hati maka kamu beraraklah dan berjamonglah beramai-ramai menuju ke istana. Maka hendaklah kamu mengepung istana dan jika sekiranya di jalan kamu bertemu sesiapa sahaja maka ajaklah mereka datang bersama-sama untuk pergi mengepung istana. Jika sekiranya kamu bertemu Juak dan Sida istana maka hendaklah kamu duduk bicara menerangkan angkara yang amarah kamu yang amat sangat terhadap raja.

Hendaklah kamu membawa gendang dan palu agar raja yang sentiasa beradu akan bangun dan bertanya apakah angkara orang Melaka dimalam hari hingar dan bising. Apakah angkara hingar dan bising mengganggu beta yang sedang nyenyak beradu.

Wahai orang-orang Melaka berkumpul dan beraraklah kita pada malam ini ke istana. Amarah kamu itu adalah amarah aku juga. Amarah aku itu adalah amarah seluruh roh di Bukit China. Amarah kamu itu adalah amarah cucu-cicit Penghulu Tanjung Keling. Amarah kamu ini adalah amarah cucu-cicit Wan Empok Wan Melini anak cucu-cicit dari Bukit Seguntang Mahameru.

Wahai orang-orang Melaka pada malam ini panglima kita telah segak siaga anak cucu-cicit Penghulu Sidata Tanjung Keling, anak cucu-cicit Hang Li Po dan Panglima Besar Tun Bersih. Bersama-sama sebahulah kamu wahai orang-orang Melaka.

Inilah janji aku kepada kamu wahai orang-orang Melaka, bukan janji aku untuk menjadi raja bukan janji aku untuk menjadi tuan. Di atas Bukit China ini seperti Musa di atas Bukit Sinai seperti Isa di atas Bukit Zaiton inilah aku Jebat anak cucu-cicit Wan Empok Wan Melini dari Bukit Seguntang Mahameru asal usul keturunan aku Raja Suran yang turun ke laut anak cucu kepada Iskandar Zulkarnian maka marilah kita bersama-sama mengepung istana raja Melaka.

Akulah Jebat yang akan diingat hendak-hendaknya oleh seru sekelian alam dengan kata-kata Raja Adil Raja Di Sembah Raja Zalim Raja di Sanggah. Marilah kita bersama-sama berarak pada malam ini dan ketika ini dengan obor jamong dan pelita mengepung Istana Raja.”

”INGATLAH WAHAI ORANG ORANG MELAKA DUNIA INI HANYA UNTUK MEREKA YANG BERANI !!!”

Monday, December 24, 2012

WASIAT KANJENG SUNAN KALIJAGA

Wasiat sunan kalijaga dalam kitabnya :

“Yen wis tibo titiwancine kali-kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange, wong wadon ilang wirange mangka enggal – enggala tapa lelana njlajah desa milang kori patang sasi aja ngasik balik yen during olih pituduh (hidayah) saka gisti Allah”

Artinya kurang lebih :

“jika sudah tiba zamannya dimana sungai2 hilang kedalamannya (banyak org yg berilmu yg tdk amalkan ilmunya), pasar hilang gaungnya, jika masjid2 tak ada adzan, wanita2 hilang malunya (tdk tutup aurat dsb) maka cepat2lah kalian keluar 4 bulan dari desa ke desa (dari kampung ke kampung) dari pintu ke pintu (dari rumah ke rumah utk dakwah) janganlah pulang sebelum mendapat hidayah dari Allah SWT.”

Azas dakwah walisongo ada 10 :

1. sugih tanpa banda (kaya tanpa harta)
artinya : Kekayaan yang sejati adanya di dalam hati, bisa “terbang” kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia.jgn yakin pada harta….kebahagiaan dlm agama, dakwah jgn bergantung dgn harta.

2. ngluruk tanpa bala (menyerbu tanpa banyak orang/tentara)
artinya : Jgn yakin dgn banyaknya jumlah kita,…..yakin dgn pertolongan Allah
“ Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar “ (QS. Al-Baqarah:249)

3. menang tanpa ngasorake (menang/unggul tanpa merendahkan orang)
artinya : Dakwah jgn menganggap hina musuh2 kita / yang di dakwahi….kita pasti unggul tapi jgn merendahkan org lain (jgn sombong)

4. mulya tanpa punggawa (mulia tanpa anak buah)
artinya : Kemuliaan hanya dalam iman dan amalan agama bkn dgn bnyknya pengikut
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat : 13 )

5. mletik tanpa sutang (melompat jauh tanpa tanpa galah/tongkat panjang)
artinya : Niat utk dakwah keseluruh alam, Allah yg berangkatkan kita bukan asbab2 dunia spt harta dsb…

6. mabur tanpa lar (terbang tanpa sayap)
artinya : kita bergerak jumpa umat, ke segala penjuru…dari orang2 ke orang…. jumpa ke rumah2 mereka ..

7. digdaya tanpa aji-aji (“sakti” tanpa ilmu2 kedigdayaan)
Artinya : Kita dakwah, berkeyakinan bahwa segala sesuatunya atas izin Allah semata, hanya bergantung kepada pertolongon Allah semata, LAA HAU LA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH
( TIADA DAYA UPAYA KECUALI ATAS IJIN ALLAH).
“ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” ( QS. Muhammad : 7 )

8. Menang tanpa tanding (menang tanpa berperang)
Artinya : dakwah dgn hikmah, kata2 yg sopan, ahlaq yg mulia dan doa menangis2 pada Allah agar umat yg kita jumpai dan umat seluruh alam dapat hidayah….bukan dgn kekerasan….
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( An-Nahl : 125 )
Nabi saw bersabda yg maknanya kurang lebih : ‘Haram memerangi suatu kaum sebelum kalian berdakwah (berdakwah dgn hikmah) kepada mereka”

9. kuncara tanpa wara-wara (menyebar/terkenal tanpa gembar-gembor dsb)
Artinya : bergerak terus jumpa umat, tdk perlu disiar2kan atau di umum2kan

10 kalimasada senjatane ( senjatanya kalimat iman (syahadat))
Artinya : selalu membawa kalimat Tauhid, membawa islam, mendakwahkan kalimat iman, mengajak manusia pada Islam, iman dan amal salih….

Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya:

1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang
2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT
3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan
4. Semangat berkorban harta dan jiwa
5. Selalu memperbaiki diri
6. Mencari ridho Allah SWT
7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan
8. Sabar menjalani kesulitan
9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT
10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha
11. Istiqomah seperti unta
12. Tawadhu seperti bumi
13. Tegar seperti gunung
14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit.
15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT.

Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Ali Imron : 110).

Asyhadu anla ilaaha ill-Allah wa Asyhadu-anna Muhammadar-RasuluAllah

Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘Alaa Ali Muhammad

Ya Allah terimalah amal ibadah mereka, dan berilah tempat yang tinggi disisi-Mu sebagaimana yang kau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh, Hamba-hamba-Mu yangberjuang di jalan-Mu, amien….

Saturday, September 15, 2012

MARTABAT TUJUH

1. Merupakan hakekat Dzat mutlak yang kadim. Artinya; hakekat Dzat yang lebih dulu, yaitu Dzatullah, yang menjadi wahana alam Ahadiyat yang ada adalah pohon kehidupan yang berada dalam jagad yang sunyi senyap segalanya, dan belum ada sesuatu apapun

2. Hakekatnya cahaya, yang diakui sebagai tajalinya Dzat di dalam nukat gaib, sebagai sifatnya Atma, menyebabkan adanya alam Wahdat

3. Diakui sebagai rahsa Dzat, sebagai namaNya, menyebabkan adanya alam Wahadiyat

4. Berasal dari nur muhammad, itulah hakekat Sukma yang diakui sebagai keadaan Dzat sebagai tabirnya Atma, menyebabkan adanya alam Arwah

5. Keadaan nur muhammad dan tempat berkumpulnya darah seluruhnya adalah hakekat angan-angan yang diakui sebagai bayangan Dzat, sebagai ikatannyaNya, menyebabkan adanya alam Mitsal

6. Hakekat Budi, diakui sebagai hiasannya Dzat, sebagai pintunya Atma, menyebabkan adanya alam Ajsam

7. Hakekat Jasad yang meliputi 5 warna yang bergerak , yang diakui sebagai Wahana Dzat, sebagai tempat Atma, menyebabkan adanya alam Insan Kamil

Selanjutnya tentang Kenyataan dalam alam Hukmi ;

1. Alam Ruhiyah – alam nyawa

2. Alam Sirriyah – alam perwujudan budi ( jasad) dan disinilah adanya 4 nafsu inti ; – Lawwammah cahayanya hitam disebut alam Nasut
- Amarah cahayanya merah disebut alam Jabarut ( antara lain khodam ada disini )
- Sufiah cahayanya kuning disebut alam Latut
- Muthmainah cahayanya putih disebut alam Malakut

3. Alam Nurriyah-alam cahaya

4. Alam Uluhiyah-alam Ke-Tuhanan


Dalam proses perjalanannya adalah dengan 2 cara yaitu ;

Taraqih ( Mendaki ) :
1 Semua orang mengandalkan kemampuannya sendiri2 baik mulai dari mengandalkan muka, suara, ilmu pengetahuan atau fisiknya untuk mendapatkan uang atau materi, jelas sudah bahwa kita selama ini disibukkan dengan urusan2 fisik sehingga makin tebal saja untuk dapat melihat Tuhan, maka dapat dikatakan kebanyakan manusia terhijab pandangannya untuk melihat Tuhan oleh dinding yang paling Luar atau alam Ajsam ini

2. Manusia adalah makhluk yg berjiwa dan diberikan akal dan hatinya sehingga lebih maju daripada manusia yang sekedar mengandalkan fisik saja, namun Tuhan memberikan akal dan hati inipun rupanya bertingkat2. Kerja akal yang paling bawah adalah ‘aql atau akal dalam al qur’an afalaa ta’qiluun. Kerja akal adalah memikirkan sesuatu yang bersifat kealaman, dan dgn akal ini akan ditemukan kebenaran dan kesalahan serta kebaikan dan keburukan dalam perspektif duniawi. Demikan juga kerja hati, ia memiliki beberapa tingkatan , yg terendah adalah qalb atau hati yang selalu berbolak-balik, kadang baik kadang buruk…dan orang yang biasa menggunakan ‘aql dan qalb ini cenderung akan serakah pada dunia. Inilah hijab yang lebih tipis dibanding dengan fisik. Lebih tinggi lagi bila manusia bisa mengaktifkan akal kedua yaitu fikr ( Ta’ala afalaa tatafakkaruun )yang akhirnya dapat menjangkau hal2 yang tak tampak di dunia ini. Islam diturunkan dengan membawa kabar gembira juga membawa peringatan kepada manusia tentang adanya siksa yang pedih di akhirat kelak. Kebanyakan manusia sulit untuk dapat mengenalTuhan secara sempurna, maka Rasulullaah Muhammad SAW al mustafa diutus memberikan jalan tengah agar mereka menyembah Tuhan sesuai kemampuannya, adanya sorga neraka adalah merupakan motivasi agar mereka menyembah Tuhan. Sayyidina Ali menyebut manusia seperti itu sebagai pedagang yaitu hanya menyembah Tuhan jika diancam dgn neraka dan dijanjikan sorga sebagai hadiah, dan dgn fikr-nya yg sudah terbuka lebih baik dari pada mereka yang masih terkungkung nafsu dan sudah memasuki pengenalan alam Mitsal

3. Selanjutnya manusia diharapkan mengenal rohnya (nyawa), inilah nyawa yg membuat jasmani dan jiwa menjadi hidup, jasmani tidak akan dapat bergerak bila tida dapat perintah dari jiwa, dan jiwa tdk dpt memberi perintah pada gerakan jasmani jika tidak terdapat roh di dalamnya. Ketika sdg tidur, manusia tidak bergerak dan tidak merasakan sesuatu karena jiwanya keluar dari jasad, namun ia tetap dikatakan hidup karena rohnya masih ada dalam jasad. Dalam al qur’an, Tuhan meniupkan roh manusia ini yang berasal dari roh-Nya. Roh berasal dari Tuhan secara langsung adapun jasmani hanyalah gambaran maya saja dan bisa enjadi penghalang bagi manusia yang tidak mampu menangkap rahasia diciptakannya jasmani tersebut. Mengenal Tuhanpun dapat dilakukan melalui jasmani dengan menganggapnya sebagai gambaran dari Wajah Tuhan, adapun Dzat sesungguhnya adalah dalam Rahsa, sedangkan jiwa adalah gambaran dari perbuatan, nama dan sifat Tuhan, sama seperti alam semesta ini juga sebagai tajaliNya

4. Roh manusia satu dan roh manusia lainnya juga satu, karena dari sumber yang satu yang bersumber dari Nur Muhammad dalam alam Wahidiyat dan roh manusia ini hanyalah titipan kecil dari Roh Agung kepada roh kecil di dunia

5. Roh Agung pada Martabat Wahdah ini bukan lagi sebagai makhluk, namun lebh dekat dengan sifat keTuhanan, Dia adalah satu namun bukan Tuhan namun bukan lagi makhluk dan tidak berkaitan dengan mahkluk

6. Bila kita dapat menggulung semuanya menjadi satu termasuk sifat Hayyun atau Maha hidup dalam Martabat Wahdah maka akan timbul Dzatullah

7. Tiada bernama, berawal-berakhir, tiada bertepi dan keberadaanNya tak dapat dijangkau dengan nama


Tanazul ( Menurun ) :

1. Dzat Tuhan yang tidak bernama, karena tidak satupun yang mampu mewakili KeberadaanNya, tiada berawal dan berakhir serta Maha Esa, tidak ada yang dapat mengenalNya karena tidak ada yang lain selain diriNya, Dia berkeinginan menciptakan makhluk agar makhluk itu mengenalNya…Penampakan Tuhan ini berjalan menurun, dan penurunan petama yang Dia lakukan adalah sebagai Nur Muhammad atau sering disebut Allah dan ini hanya sebuah nama untuk menyebut diri Tuhan, padahal sejatinya Dia tak dapat dijangkau dengan nama

2. Penurunan ini bukan berarti bahwa Tuhan ada 2, Dia hanya menampakkan Diri dalam kualitas menurun agar lebih mudah di kenal karena Dzat Tuhan terlalu suci untuk dikenal, jadi nama adalah jembatan agar Dia mudah untuk dikenal inilah Martabat Wahdah

3. Tetap dengan penurunan Diri dengan nama Allah ini pun masih sulit dikenal secara mudah, maka Tuhan menurunkan Diri lagi menjadi bersifat kemakhlukan, yakni Nur Muhammad yang tidak lagi bernama Allah dan dalam tahap ini bersifat mendua atau berpasang-pasangan sebagai cikal bakal penciptaan alam semesta dan tahapan ini biasa disebut dengan Martabat Wahidiyat

4. Dari Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan ini terurai menjadi bagian2 halus yang belum tampak. Itulah roh2 atau alam arwah, roh merupakan sumber kehidupan bagi tiap2 benda. Kehidupan merupakan syarat mutlak bagi makhluk untuk dapat mengenal Tuhan

5. Sumber kehidupan berupa roh tersebut tidak akan mampu mewakili keinginan Tuhan jika tidak disertai sarana atau wadah. Dalam alam Mitsal ini manusia sudah ada namun masih berbentuk jiwa. Ia belum memiliki raga, selanjutnya Tuhan menampakkan DzatNya sebagai wadah perbuatan, nama dan sifatNya, sehingga muncullah alam Ajsam

6. Tuhan menampakkan diri secara menyeluruh, Raga adalah perwujudan Rupa DiriNya, perbuatan nama dan sifat alam semesta adalah WajahNya, semuanya terbungkus sifat kemakhlukan yang serba mendua

7. Setelah mengetahui hakikat diri secara menurun, maka tahulah bahwa alam semesta hakikatNya adalah gambaran Rupa Tuhan

Thursday, September 13, 2012




  1. Kitab Usul At-Tahqiq

    Ini Kitab ” Syarah Usul Al-Tahqiq “ Pada bicara Usuluddin diterjemahkan dia dengan bahasa Melayu oleh setengah daripada Al-Ulama’ as-sohlihin dan tiada hamba dapat akan ketentuan namanya dengan nas, tetapi telah dikhbarkan hamba oleh “Ba’dha saqata” bahawa yang menterjemahkan Kitab ini daripada ahli negeri Patthani.

    “Bismillah hirrahmanirrahim”

    Dengan tolong Allah Ta’ala ku...
    mulai Kitab ini. Ia lah Tuhan Yang Maha Pemurah didalam negeri dunia ini pada mengurniakan rezeki hambaNya zahir dan batin, Jin dan Manusia, Binatang dan Malaikat, Islam dan kafir dan lagi amat sangat mengasihi akan segala hambaNya yang beriman Jin dan Manusia didalam negeri akhirat kemudian.

    ” Segala puji-pujian itu milik bagi Allah Ta’ala, Tuhan seru oleh sekelian alam “
    ” Dan kebajikan akhirat itu tertentu bagi segala orang yang takut mereka itu akan Allah Ta’ala “
    ” Dan Rahmat Allah Ta’ala dan Salam Allah Ta’ala lagi tetap Ia atas Nabi Muhammad iaitu penghulu segala Rasul “
    ” Dan atas segala keluarganya dan segala sahabatnya yang baik lagi suci mereka itu daripada salah “

    Dan adapun kemudian daripada itu, maka inilah suatu Risalah Usul Tahqiq; ertinya Persuruhan yang melengkapi ia atas pohon Agama.

    Sabda Nabi s.a.w: “Awalluddin Ma’rifatullah” Ertinya: ‘Pertama-tama ugama itu “Mengenal Allah”..

    Maka adalah makna ‘Ma’rifat’ ertinya “Mengenal” itu ;
    Ertinya: “Simpulan yang putus; yakni pegangan yang teguh, yang berbetulan ia dengan yang sebenar daripada dalil.”

    Maka adalah dalil itu 2 perkara:-

    Pertama-dalil Naqli namanya iaitu firman Allah Ta’ala dan Hadis Rasulullah.
    Kedua -dalil ‘Aqli namanya iaitu menyatakan ia akan keadaan Allah Ta’ala itu.
    ‘Itiqad atau Pegangan Yang Salah :

    Jikalau ada seseorang ‘itiqadnya putus tetapi tiada berbetulan ia yang benar, maka BUKAN ia bernama ‘Ma’rifat’ ,maka adalah namanya itu seperti itiqad Falsafah; – yang mengatakan alam ini Qadim (Sedia atau jadi dengan sendirinya).
    ‘Itiqad Qadariah – Qudrat hamba yang baharu ini boleh memberi bekas.
    ‘Itiqad Nasrani – Mengatakan Nabi Allah Isa a.s itu anak Allah Ta’ala. Dan berbagai-bagai lagi ‘itiqad yang tiada berbetulan bagi yang benar.
    Jikalau ada seseorang itu ‘itiqadnya putus lagi berbetulan bagi yang benar tetapi TIADA padanya dalil Naqli dan dalil Aqli (akal) maka BUKAN ia dikatakan ‘Ma’rifat’ , sebaliknya itu ‘Taklid’ namanya, ertinya mengikut-ikut perkataan orang sahaja.‘Itiqad Yang Benar :
    Yang dikatakan ‘Ma’rifat’ ialah seseorang itu ‘itiqadnya putus berbetulan yang benar dan ADA padanya 2 dalil iaitu Firman Allah Ta’ala (Al-Quran) dan Hadis Rasulullah saw.
    Asal makna ‘MAKRIFAT’ itu – ialah “Membezakan antara yang Qadim dengan Muhadas”
    Yang Qadim itu :- Zat Allah Ta’ala, Sifat-sifatNya, Efeil-Nya (Perbuatan) dan Asma’ (Sempurna Nama atau Kata-kata Allah Ta’ala), yang terkandung pada Kalimah Syahadah Tauhid yakni Kalimah pengakuan mengEsakan Allah Ta’ala iaitu :
    ” AS HADU AL LAA ILAHA ILLALLAH “

    Ertinya: ” Aku ketahuilah bahawasanya Tiada Tuhan Melainkan Allah; itulah Tuhan “

    Rukun Syahadah itu terbahagi kepada 4 perkara :

    1. Mengisbatkan ada Zat Allah Ta’ala.
    2. Mengisbatkan ada Sifat (Kelakuan) Allah Ta’ala.
    3. Mengisbatkan ada Efeil (Perbuatan) Allah Ta’ala iaitu mengadakan segala
    “Mumkin” (alam dunia) atau tidak mengadakan segala “Mumkinat” itu.
    4. Mengisbatkan ada Asma’ Allah – (Sempurna Nama atau Kata-kata bagi Zat)
    iaitu segala 25 para Rasul itu dari Nabi Allah Adam hingga Nabi Muhammad
    saw. adalah Kata-kata bagi Zat Allah Ta’ala.
    - membenarkan segala Perkataan, Perbuatan, Kelakuan dan segala diamnya
    tiada menyalahi akan Rasul Allah.

    Fardhu Syahadah terbahagi kepada 2 perkara :

    Melafazkan Dua Kalimah Syahadah itu dengan lidah pada sekali seumur hidupnya.
    Menyungguhkan maknanya didalam hati sentiasa selama hidupnya; harus jangan berkata putusan selagi ia berakal.

    Itulah pertama-tama Fardhu daripada segala fardhu ‘Ain; dahulunya daripada segala ibadat seperti sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, Zakat dan Mengerjakan Haji ke Baitullah dan merupakan SYARAT pada MENGESAHKAN segala ibadah dan jikalau tiada mengetahuinya makna Dua Kalimah Syahadah itu, maka belum lagi dikatakan SAH amal ibadat yang lain itu.

    Hendaklah kita bersungguh-sungguh memahamkan makna Dua Kalimah Syahadah itu dan untuk memahaminya perlulah terlebih dahulu mengetahui segala Sifat yang WAJIB bagi Allah Ta’ala dan para Rasul-Nya serta segala Sifat yang MUSTAHIL pada keduanya dan segala yang HARUS pada keduanya itu.

    Oleh yang sedemikian wajiblah segala orang yang akhil baligh, laki-laki dan perempuan, merdeka atau hamba sahaya dan sebagainya mengenal segala Sifat yang wajib, yang mustahil dan yang harus pada Allah Ta’ala serta segala Rasul Allah itu sebagaimana sabda Nabi saw.: ‘ Awaluddin Ma’rifatullah ‘;
    Ertinya : ” Pertama-tama Agama itu mengenal Allah .”

    Yakni mengenal segala yang wajib, yang mustahil dan yang harus bagi Zat dan Sifat Allah Ta’ala. Bukannya mengenal kepada diri Zat Allah dan ketentuan daerahNya dan tempatNya dan rupaNya, mustahil demikian itu dan adalah ditegah oleh Allah Ta’ala seperti firmanNya dalam Al-Quran Surah ‘Ali Imran ayat ke 30 ;

    Ertinya: “..telah dipertakuti Allah akan kamu pada mendapatkan kepada ZatNya itu..”

    Dan firmanNya dalam Surah Al-An’aam, ayat ke 103 ;

    Ertinya: “..Tiada mendapat akan Dia segala penglihatannya dan DiaNya yang boleh mendapat akan segala penglihatanNya. “

    Dan sabda Nabi saw:

    Ertinya: “..Maha Suci Tuhanku, tiadalah ku kenal Tuhanku akan sebenar-benar pengenal kami akan Tuhan ku..”

    Dan kata Saidina Abu Bakar;

    Ertinya: “..Lemah pendapat daripada yang mendapat akan yang didapat, itulah pendapat.”

    Kata setengah Ulama’;

    Ertinya: ” Tiap-tiap barang yang tersangka-sangka ia dengan segala sangka kamu itu dan kamu dapat akan dia dengan segala akal kamu itu,
    maka ia itu baharu jua seperti kamu.”

    Maka nyatalah segala pengetahuan orang yang sesat itu yang menyangka-nyangka ia pada ‘itiqadnya Allah Ta’ala itu bertempat atau berupa atau boleh menyamakan Dia dengan sesuatu disangkakannya benar-benar DIRINYA itulah ALLAH TA’ALA. Maka ‘itiqad ilmu orang itu salah; yang lemah, besar menjadi kafir.(Na’uzubillah..)

    Maka hendaklah engkau fahamkan ia akan makna Kalimah Syahadah ini baik-baik dengan dalil Naqli iaitu dalil Al-Quran dan Hadis serta dalil Aqli’ iaitu akal yang nurani pada mengambil nazar yang sahih pada menilik kejadian 7 petala langit dan 7 petala bumi.

    Siapa yang menjadikan dianya itu ? Bolehkah ia jadi dengan sendiri atau adakah ada orang lain yang boleh menjadikan dia atau tidak boleh menjadikan dia ? Demikian juga tilik pula oleh mu pada kejadian diri kita ini seperti firman Allah Ta’ala :

    Ertinya :”Katakanlah ya, Muhammad (kepada mereka) : ‘ Tilik oleh kamu semuanya apa-apa yang ada didalam tujuh petala langit dan bumi “.

    Maka adalah yang nyata kepada segala orang yang berakal itu tanda bekas Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala jua yang nyata; yakni bekas tanda Kuasa Allah dan KehendakNya juga yang nyata. Bukan langit dan bumi sahaja yang Allah Ta’ala suruh tilik, bahkan pada diri kita ini pun disuruh tilik sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran :

    Ertinya: ” Pada diri kamu itu, mengapakah tiada kamu tilik..? “

    Yakni pada kejadian diri kamu ini mengapakah maka tiada kamu membicarakan. Dan lagi firman Allah Ta’ala :

    Ertinya: ” Lagi akan Kami perlihatkan akan segala tanda Kami taraf alam ini dan pada diri mereka itu hingga nyatalah bagi mereka itu bahawasanya
    Allah itu ADA (Ujud) sebenarnya “.

    Dan lagi firman-Nya :

    Ertinya: ” Maka hendaklah dibicarakan oleh manusia itu daripada apa ia dijadikan itu; iaitu ia dijadikan daripada air yang terpancar keluar daripada antara sulbi bapanya dan antara tara’ib ibunya”.
    Bukannya keluar itu daripada sulbi dan tara’ib yang (tanyir) ia keduanya itu iaitu Qudrat Allah Ta’ala dan Iradat juga kerana keduanya didalam perintah Qudart dan Iradat Allah Ta’ala.

    Maka adalah Qudrat Allah itu suatu SifatNya yang ‘Maudud’ dengan dia mengadakan mumkin; daripada tidak ada kepada adanya dan daripada adanya kepada tidak ada.

    Dan Iradat Allah itu suatu SifatNya yang maudud dengan dia menentukan mumkin dengan setengah barang yang harus atau mumkin itu. Bukan semuanya yang harus itu ditentukan oleh Iradat itu seperti gerak dan diam; ada dengan tiada; panjang dengan pendek; besar dengan kecil; tebal dengan nipis; atas dengan bawah; kiri dengan kanan; hadapan dengan belakang dan lainnya.

    Maka semuanya itu harus balik bagi ‘semumkin’ ini tetapi mustahil boleh berhimpun dua yang berlawanan kepada ‘semumkin’ ini kerana yang ditentukan oleh Iradat Allah itu suatu daripada keduanya bukan keduanya.

    Demikian juga Firman Allah :

    Ertinya: “Maka tidakkah dilihat oleh kamu yakni tidakkah kamu lihat dan kamu bicarakan akan air mani yang kamu tempuhkan ke dalam rahim perempuan itu, kamukah menjadikan akan dia itu atau Kamikah yang menjadikan anak itu ?”
    Dan Firman-Nya :
    Ertinya: “Maka tiadakah kamu lihat akan benih yang kamu tanam itu, adakah kamu menumbuhkan akan dia atau Kamikah menumbuhkan akan dia ?”
    Dan lagi Firman-Nya :
    Ertinya: ” Mengapa tiada menilik, membicarakan akan mereka itu kepada unta itu betapa dijadikan Allah akan dia dan tiada ditilik mereka itu kepada segala langit yang tujuh
    betapa ditinggikan akan dia dan tiadakah ditilik mereka itu kepada gunung,
    betapakah didirikan akan dia dan tiadakah ditilik mereka itu
    kepada bumi, betapakah dihamparkan akan dia.

    Maka ingatkan olehmu (ya, Muhammad) hanya sesungguhnya engkau itu mengingatkan saja tiada boleh kuasa engkau itu dengan mengerasi atas mereka itu. “

    Kata Syeikh Ibrahim Al-Qani didalam Kitabnya yang bernama :
    Ertinya: ” Tilik olehmu kepada dirimu yakni bicarakan olehmu dahulu kepada kejadian dirimu kerana dirimu itu yang terlebih hampir tempat menilik.”

    Perintah Allah Ta’ala darpada yan lainnya kemudian daripada sudah menilik kepada kejadian dirimu itu, maka berpindahlah engkau bagi menilik alam yang tinggi iaitu segala langit. Kemudian maka berpindahlah engkau bagi menilik alam yang indah itu.
    Ertinya: “Engkau dapatlah dengan menilik sekelian itu akan perbuatan tukang yang indah-indah perbuatannya tetapi dengan dialah berdiri tanda tidaknya dahulu dan baharu adanya ini.”
    Ertinya: ” Dan tiap-tiap barang yang harus itu baharu adanya daripada dahulu, niscaya mustahil atasnya itu sedia sekali-kali.”

    Kerana itulah Hadis Nabi saw:
    Ertinya: ” Fikirkan oleh kamu pada segala yang dijadikan Allah Ta’ala dan jangan kamu fikirkan pada diri Zat Allah Ta’ala “.

    Inilah kata Imam Sanusi….
    Ertinya: ” Bermula perbuatan itu baharu dan ia itulah bekas menunjukkan ia atas 4 nama :-

    i) Zat yang Hidup. ii) Zat yang Tahu iii) Zat yang Kuasa. iv) Zat yang Berkehendak.
    Ertinya: ” Dan nama itu menunjukkan ia atas segala sifat; dan iaitu Hidup – dan jikalau tiada ZatNya itu Hidup, tiadalah bersifat Yang Hidup. Jikalau tiada ZatNya itu bersifat dengan Tahu, tiadalah bernama Zat Yang Tahu dan; Kuasa, jikalau tiada ZatNya itu bersifat dengan Kuasa, tiadalah bernama Zat Yang Kuasa dan; Mengkehendaki, jikalau tiada ZatNya bersifat dengan Mengkehendaki niscaya tiadalah bernama Zat Yang Mengkehendaki.”

    Ertinya: ” Dan segala sifat itu menunjukkan ia atas ZatNya kerana tiada berdiri segala sifat itu dengan sendirinya “.

    Maka nyatalah dengan firman Allah Ta’ala dan Hadis Rasulullah s.a.w. kata segala ulama’ yang besar-besar itu bahawasanya Allah Ta’ala itulah menjadikan alam ini.

    Maka wajiblah kita ketahui akan wajib lagi nyata Ujud Zat Allah Ta’ala itu dan wajib Zat itu ersifat Qidam, ertinya Sedia adanya; Baqa’ ertinya Kekal adanya Zat Allah Ta’ala; dan Mukhalafah tuhulilhawadis ertinya Menyalahi ada Zat Allah Ta’ala itu bagi segala yang baharu ini; Wahdaniah ertinya Esa Zat Allah Ta’ala itu ertinya ‘Tiada menduai bagi ZatNya dan Tiada yang menduai SifatNya dan Tiada yang menduai bagi PerbuatanNya.

    (Ketahui olehmu) hai segala orang yang belajar maka dengan kata kita serta ‘itiqadkan Nabi Muhammad itu Persuruh Allah wajib padanya siddiq, ertinya benar.

    Terkandunglah Iman kita aka segala malaikat dan Iman kita akan segala Nabi dan Iman kita akan segala Rasul dan akan segala Kitab yang diturunkan Allah kepada setengah Rasul itu iaitu 104 Kitab dan Iman kita kepada Hari yang kemudian iaitu Hari Qiamat.

    Maka terkandunglah sekelian yang tersebut itu semuanya pada kata kita: “MUHAMMAD RASULLAH”, ertinya Muhammad itu Persuruh Allah Ta’ala, kerana Nabi Muhammad itu membenarkan ia akan sekelian itu.

    Maka nyatalah yang terkandung pada kata kita: ‘Muhammad itu Persuruh Allah Ta’ala ‘.
    Dan 18 Simpulan Iman kita dan ;
    4 daripada yang wajib dan;
    4 daripada yang mustahil lawan yang wajib itu menjadi ;
    —-
    8 dan;
    2 harus menjadi;
    ====
    10 dan;
    4 – Iman kita akan segala Malaikat dan segala Rasul dan akan segala Kitab
    ____ dan akan segala Hari Qiamat, menjadi;
    14 dan;
    4 segala lawannya menjadi;
    —-
    18 (Lapan Belas).
    ====

    Maka 18 ini dengan 50 dahulu pada kata; ” LA ILLAHA ILLALLAH “, itu menjadi
    68 Simpulan Iman kita.

    Maka terkandunglah pula sekelian itu pada kata ;
    ” LA ILLAHA ILLALLAH , MUHAMMAD RASULULLAH “
    Ertinya: “Tiada Tuhan Melainkan Allah”,” Nabi Muhammad itu Persuruh Allah “

    Maka tatkala sudah kita ketahui dan faham kita akan sekelian itu maka sempurnalah, sahlah kita kata ;
    “Asy-hadu al-La illa haillallah Wa-asy haduan-na Muhammaddar-Rasulullah”
    Ertinya: “Aku ketahuilah akan bahawasanya Tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benar sembah, Melainkan Allah dan Aku ketahui akan bahawasanya Nabi Muhammad Rasulullah itu Persuruh Allah.”

    Dan jikalau belum kita ketahui maknanya sekeliannya itu adalah perkataan kita itu berdusta juga adanya belum lagi ada pada kita Ma’rifat, ertinya ‘ Mengenal ‘. Maksiat lagi taklid juga, ertinya mengikut-ikut kata orang jua. Seperti Sabda Nabi s.a.w :

    Ertinya: ” Apabila kamu ketahuilah terang seperti matahari nyatanya, maka naik saksilah kamu.”
    Yakni tiada lagi syak dan tiada zan dan tiada waham, semata-mata yakinlah kamu. Maka daripada Nabi diambil qias oleh segala Ahli Sufi r.a pada bicara Zikirullah itu hendaklah dilihat nyata cahayanya terang didalam hati seperti cahaya matahari atau cahya bulan atau seperti emas atau seperti perak yang baru tiada karatan lagi; yakni tiada syak dan tiada zan dan tiada waham ertinya tiada {kuras}dan sangka lagi didalam hati.

    Nyata tersurat didalam hati itu yakni tetap teguhlah yakinnya dan pengenalannya akan imannya pada ” La illaha illallah, Muhammad Rasulullah “ itu yakni tasdiqnya akan dia didalam hatinya teguhlah dan tetaplah tiada berubah-ubah lagi kehendaknya itu. Telah diketahuilah serta fahamlah ia akan sekelian itu didalam hatinya.

    Bukannya ada tersurat, yang tersuratnya didalam hatinya daging sekepal yang bernama jantung itu ada Kalimat Allah atau Muhammad didalam jantung ia seperti ambilan orang salah.

    ** WALLAHHU ALAM **
    RUJUKAN : DARIPADA KITAB USUL TAHQIQ