Friday, February 10, 2012

GURU YANG BENAR DI SISI ALLAH TAALA DGN ILMU HAQ

BISMILLAH AR RAHMAN AR RAHIM

Huraian dan penjelasan ini sedikit sebanyak memberi anda penerangan tentang “kesesatan” dan “kebenaran” di antara dakwaan Mas Reno dari Yayasan Nur Syifa Jakarta yang mendakwa saya menciplak ilmu dari blognya dan melakukan penipuan . Manakala dakwaan saya ke atas Mas Reno adalah beliau merupakan seorang guru yang sesat lagi menyesatkan kerana mendakwa Ilmu Allah (Nur Syifa) miliknya dan hanya dia sahaja yang benar di sisi Allah.

Bagi mereka yang telah mengenal Allah SWT dengan sebenar-benarnya ada tanda dan pengesahan dari Allah, Tuhan sekalian alam dan dari baginda Rasulullah sendiri yang merupakan Guru sekalian guru. Tanda mengenal Allah adalah pertemuan dengan malam Lailatul Qadar dan tanda ilmu yang benar di sisi Allah adalah pengesahan dari Baginda Rasul melalui pertemuan dengan baginda sendiri melalui mimpi. Inilah golongan yang selamat dan benar ilmunya.

Mereka yang telah mengenal Allah, kosong hatinya dari segala sesuatu selain Allah. Dia telah memulangkan kembali 7 Sifat Allah (Ma’ani) kepada Yang Empunya iaitu Sifat Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Basar dan Kalam. Lalu dia merasa tidak berkuasa dan berkehendak melainkan dengan Qudrat dan Iradat Allah.. Dia telah merasai mati (mati sebelum mati) dan kosong dari segala sesuatu (ilmu), maka dengan Ilmu Allah lah dia mengetahui dan dengan hayat Allah lah dia hidup. Dia telah menjadi pekak, buta dan bisu lalu dengan Sama’ Allah lah dia mendengar, dengan Basar Allah lah dia melihat dan dengan Kalam Allah lah dia bercakap.

Tetapi manusia sesat lagi menyesatkan, saya boleh mencontohkan Mas Reno dari Yayasan Nur Syifa. Beliau mendakwa, Nur Syifa dia punya dan orang lain hanya menipu dan hanya tahu menciplak ilmu miliknya. Dia telah mempertuhankan dirinya sendiri , mengaku berilmu dengan Ilmu Allah. Mereka seperti inilah yang selalu di datangi syaitan jin dan iblis yang menyamar dan mengaku sebagai wali-wali serta memberikan Ilmu yang memperagakan kehebatan. Ilmu yang bersandar kepada Jin dan Iblis.

Manakala saya hanya pernah bertemu Baginda Rasul di malam Lailatul Qadar dan baginda mengijazahkan saya amalan para Ariffin ( bukankah ini pengiktirafan baginda kepada saya yang telah sampai kepada maqam orang Arif ?) Maqam orang Arif adalah di atas maqam ulama dan di bawah maqam Waliullah. Ulama menghafal pelbagai kitab (sumber yang mati) manakala orang Arif menerima Ilmu terus dari Allah (Ilmu Laduni) kerana jiwanya telah kosong dari segala sesuatu lalu bersandar kepada Sumber Yang Maha Hidup.

Di bawah ini adalah sumber-sumber yang saya petik dari pelbagai laman sebagai hujah dan keterangan yang jelas mengenai Mimpi Bertemu Rasulullah, Malam Lailatul Qadar, Anugerah Ismullah AL A’dzham dan Amalan Anak Kunci Pembuka Khazanah Langit Dan Bumi yg merupakan ANUGERAH ALLAH UNTUK HAMBA YANG HINA.

----------------------------------------------------------------------------------

Telah diriwayatkan dalam beberapa hadis berkaitan mimpi bertemu Rasulullah salah satunya ialah, berkata Abu Salamah, “Telah berkata Abu Qatadah, Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud, sesiapa yang telah melihat daku dalam mimpinya, maka sesungguhnya dia telah melihat yang benar (al-Haqq). Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim.

Tafsir Mimpi Menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah

Ustadz Abu Sa’ad al-Wa’izh berkata, “Pada prinsipnya mimpi yang baik itu bersumber dari aneka amal yang benar dan mengingatkan akan aneka akibat dari berbagai urusan. Dari mimpi yang baik itu muncullah aneka perintah, larangan, berita gembira, dan peringatan.

Dikatakan demikian karena mimpi yang baik merupakan sisa dan bagian dari kenabian, bahkan ia merupakan satu dari dua bagian kenabian, sebab ada nabi yang wahyunya berupa mimpi. Orang yang menerima wahyu melalui mimpi disebut Nabi. Adapun orang yang menerima ucapan malaikat saat dia terjaga disebut Rasul. Inilah yang membedakan antara nabi dan rasul.”

Abu Ali Hamid bin Muhammad bin Abdullah ar-Rafa` memberitahukan kepada kami, dari
Muhammad ibnul-Mughirah, dari Makki bin Ibrahim, dari Hisyam bin Hasan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,

Jika masa semakin dekat, mimpi seorang muslim nyaris tidak pernah dusta. Muslim yang paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. Mimpi seorang mukmin merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian. Mimpi ada tiga macam: mimpi yang baik sebagai berita gembira dari Allah ‘azza wa jalla, mimpi seorang muslim yang dialami oleh dirinya sendiri, dan mimpi sedih yang berasal dari setan. Jika salah seorang di antara kamu mengalami mimpi yang tidak disukai, janganlah menceritakannya kepada orang lain, bangunlah, kemudian shalatlah.”
(Muttafaq ‘alaih)

Beliau bersabda,
“Aku menyukai mimpi ihwal rantai, tetapi tidak menyukai mimpi ihwal belenggu.” (Shahih al-Jami’)

Rantai ditakwilkan dengan keteguhan pada agama.

Abu Abdullah al-Mahlabi dan Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf menceritakan kepada kami
dari al-‘Abbas ibnul-Walid bin Mazid, dari ‘Uqbah bin ‘Alqamah al-Mu’arifi, dari al-Auza’i, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abi Salamah bin Abdurrahman, dari ‘Ubadah ibnush-Shamit bahwa ia bertanya kepada Rasulullah tentang ayat 63-63 surah Yunus,

“Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan di akhirat.”

Maka, Rasulullah menjawab,

Sungguh kamu telah menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan oleh
seorang pun selainmu. Al-busyra ialah mimpi yang baik yang dialami oleh seseorang atau dianugerahkan Allah kepadanya
.” (As-Silsilah ash-Shahihah)


Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Hadits-hadits yang kami riwayatkan tersebut menunjukkan bahwa mimpi itu memang sesuatu yang benar secara substansial dan bahwa mimpi itu memiliki ketentuan dan dampak.”

Di antara dalil yang menunjukkan kebenaran mimpi ialah bahwa saat Ibrahim tidur, Allah memperlihatkan kepadanya seolah-olah dia menyembelih putranya. Setelah bangun, dia pun melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya saat tidur. Allah Ta’ala mengisahkan kejadian tersebut,

“Maka tatkala anak itu mencapai kesanggupan berusaha bersama-sama Ibrahim,Ibrahim
berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu!’ Dia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
’” (ash-Shaaffat: 102)

Setelah Ibrahim a.s. memahami mimpinya dan berupaya melaksanakannya, lalu Allah
memberinya jalan keluar karena kasih-sayang-Nya, dia mengetahui bahwa mimpi itu merupakan hukum. Demikian pula halnya dengan mimpi yang dialami Yusuf a.s., yang dikisahkan Allah dalam Al-Qur`an sebagai kisah yang populer dan terkenal.

Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim meriwayatkan kepada kami dari Ali bin
Muhammad al-Waraq, dari Ahmad bin Muhammad bin Nashr, dari Yusuf bin Bilal, dariMuhammad bin Marwan al-Kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas bahwa Aisyah berkata, “Rasulullah terkena sihir. Maka, beliau jatuh sakit, sehingga kami mengkhawatirkannya. Ketika beliau berada antara tidur dan terjaga, tiba-tiba turun dua malaikat: yang satu berada di dekat kepala Rasulullah dan yang lain
berada di dekat kaki beliau. Malaikat yang berada dekat kepala berkata kepada malaikat yang berada dekat kaki, ‘Mengapa dia sakit?’ Malaikat bertanya demikian supaya Nabi saw. memahami persoalannya.

Temannya menjawab, ‘Terkena sihir.’

‘Siapa yang melakukannya?’

‘Lubaid bin A’sham, orang Yahudi.’

‘Di mana dia melakukannya?’

‘Di sumur Dzarwan.’

‘Bagaimana mengobatinya?’

‘Kirimlah orang ke sumur itu dan keringkan airnya. Jika tampak sebuah batu besar,
singkirkanlah karena di bawahnya terdapat tali busur yang berpintal sebelas dan diletakkan di dalam kantong. Setelah itu bakarlah ia. Insya Allah dia sembuh. Jika dia menyuruh orang, hendaknya dia mengeluarkan kantong itu.’”

Ibnu Abbas melanjutkan, “Nabi pun bangun dan beliau telah memahami apa yang dikatakan kepadanya oleh malaikat. Beliau menyuruh ‘Ammar bin Yasir dan sekelompok sahabatnya ke sumur tersebut yang airnya telah berubah seperti inai. Kemudian sumur itu dikeringkan. Setelah tampak batu besar, ia pun digulingkan, dan tampaklah di bawahnya kantong yang berisikan tali busur bersimpul sebelas. Kemudian mereka membawanya kepada Rasulullah. Maka, turunlah surah al-Falaq dan surah an-Naas.

Kedua surah ini berjumlah 11 ayat dan sama dengan banyaknya buhul yang berjumlah 11
pula. Setiap kali beliau membaca satu ayat, lepaslah satu buhul. Setelah seluruh buhulnya terbuka, Rasulullah dapat bangkit dan seolah-olah terlepas dari ikatan. Buhul itu pun dibakar. Nabi menyuruh kita berlindung kepada Allah melalui kedua surah tersebut. Lubaid mengunjungi Rasulullah. Meskipun beliau menceritakan kejadian di atas, pada wajah Lubaid tidak tampak perubahan apa pun.”

Hadits di atas menunjukkan kebenaran masalah mimpi dan keberadaannya di dalam banyak
hadits, sehingga terlampau panjang untuk menceritakannya.

Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Aku melihat bahwa ilmu itu terdiri atas beberapa jenis, di antaranya ada yang bermanfaat bagi dunia, tetapi tidak bermanfaat bagi agama; ada yang bermanfaat bagi dunia dan agama. Ilmu tentang mimpi termasuk ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan agama.

Kemudian aku shalat istikharah sebelum mengumpulkan apa yang berasal dari Allah dan menempuh metode peringkasan seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menyempurnakan apa yang diridhai dan dicintai-Nya. Juga berlindung kepada-Nya dari ujian dan fitnah-Nya. Allahlah Pemilik taufik. Cukuplah Dia bagi kami. Dia adalah sebaik-baik Pelindung.”

Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Orang perlu menegakkan tata kesopanan agar mimpinya mendekati kebenaran. Di antara adab kesopanan itu ialah membiasakan diri berkata jujur. Nabi bersabda dalam hadits muttafaq alaih, ‘Orang yang paling benar mimpinya ialah yang paling benar perkataannya.’”

Adab lainnya ialah tidur dengan punya wudhu. Abu Dzar berkata, “Kekasihku (Muhammad
saw.) memberikan tiga pesan kepadaku yang tidak pernah aku tinggalkan hingga mati. Yaitu, puasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat shalat fajar, dan tidak tidur kecuali punya wudhu.” Demikian yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.

Adab lainnya ialah tidur dengan berbaring ke sisi kanan tubuh karena Nabi saw. menyukai bagian kanan dalam segala hal. Diriwayatkan bahwa beliau tidur pada sisi kanan tubuhnya seraya meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanan, lalu berdoa,
“Ya Allah, lindungilah aku dari azab-Mu pada saat Engkau mengumpulkan hamba-hamba-
Mu.” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud)
___________________________________________________________________________
Atabah / Tafsir Mimpi / m.s 3 dari108
--------------------------------------

Mimpi terbagi dua: mimpi yang benar dan yang batil. Mimpi yang benar ialah yang dialami manusia tatkala kondisi psikologisnya seimbang dan keadaan cuaca sedang seperti ditandai oleh bergoyangnya pepohonan hingga berjatuhannya dedaunan. Mimpi yang benar tidak didahului dengan adanya pikiran dan keinginan akan sesuatu yang kemudian muncul dalam mimpi.

Kebenaran mimpi juga tidak ternodai oleh peristiwa junub dan haid.

Adapun mimpi yang batil ialah yang ditimbulkan oleh bisikan nafsu, keinginan, dan hasrat. Mimpi demikian tidak dapat ditakwilkan. Demikian pula mimpi “basah” dan mimpi lain yang mewajibkan mandi dikategorikan sebagai mimpi yang batil karena tidak mengandung makna. Sama halnya dengan mimpi yang menakutkan dan menyedihkan karena berasal dari setan. Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicarana itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.
(al-Mujaadilah: 10)

Jika seseorang mengalami mimpi yang tidak disukai, disunnahkan melakukan lima
perbuatan. Yaitu, mengubah posisi tidur, meludah ke kiri sebanyak tiga kali, memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, bangun dan shalat, dan tidak menceritakan mimpinya kepada siapa pun.

Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Pelaku mimpi hendaknya memelihara etika yang perlu dipegang teguh dan memiliki batasan-batasan yang selayaknya tidak dilampaui. Demikian pula halnya dengan pentakwil.”

Etika pelaku mimpi ialah, pertama, dia tidak menceritakan mimpinya kepada orang yang hasud sebagaimana dikatakan Ya’kub kepada Yusuf,

“Ayahnya berkata, ‘Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka akan membuat makar untuk membinasakanmu.’” (Yusuf: 5)

Kedua, jangan menceritakan mimpinya kepada orang yang bodoh. Nabi saw. bersabda,
“Janganlah kamu menceritakan mimpimu kecuali kepada orang yang dicintai atau kepada orang yang pandai.”

Ketiga, janganlah menceritakan mimpi kecuali secara rahasia karena dia pun melihatnya secara rahasia pula. Jangan menceritakannya kepada anak-anak dan wanita. Sebaiknya mimpi itu diceritakan menjelang awal tahun dan pada pagi hari, bukan sesudah keduanya lewat.

Adapun etika pentakwil ialah sebagai berikut.

Pertama, jika saudaranya menceritakan mimpi kepadanya, maka katakanlah, “Aku kira
mimpi itu baik.”

Kedua, hendaknya menakwilkan mimpi dengan cara yang paling baik. Diriwayatkan bahwa
Nabi saw. bersabda, “Mimpi akan terjadi sebagaimana ia ditakwilkan.” Juga diriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Mimpi itu bagaikan kaki yang menggantung selama belum diungkapkan. Jika telah diungkapkan, maka terjadilah.” Demikian yang disebut dalam as-Silsilah ash-Shahihah.

Ketiga, menyimak mimpi dengan baik, kemudian menjawab si penanya dengan jawaban
yang mudah dipahami.

Keempat, jangan tergesa-gesa menakwilkan mimpi. Lakukanlah dengan hati-hati.

Kelima, menyembunyikan mimpi dan tidak menyebarkannya sebab ia merupakan amanat.
Jangan menakwilkan mimpi ketika matahari terbit, ketika tergelincir, dan ketika terbenam.

Keenam, memperlakukan pelaku mimpi secara berbeda. Janganlah menakwilkan mimpi raja
seperti menakwilkan mimpi rakyat, sebab mimpi itu berbeda karena perbedaan kondisi pelakunya.

Ketujuh, merenungkan mimpi yang dikemukakan kepadanya. Jika mimpi itu baik, maka
takwilkanlah dan sampaikanlah kabar gembira kepada pelakunya sebelum mimpi itu ditakwilkan. Jika mimpi itu buruk, maka janganlah menakwillkannya atau takwilkanlah bagian mimpi yang takwilnya paling baik. Jika sebagian mimpi itu merupakan kebaikan dan sebagian lagi keburukan, maka bandingkanlah keduanya, lalu ambillah mimpi yang paling tepat dan paling kuat pokoknya. Jika pentakwil mengalami kesulitan, bertanyalah kepada pelaku mimpi ihwal namanya, lalu takwilkannya
berdasarkan namanya itu.
___________________________________________________________________________
Atabah / Tafsir Mimpi / m.s 4 dari108

Paparan singkat ini cukup kaya bagi orang yang mau merenungkannya dan mencermati
maknanya. Kalaulah kami memaparkannya secara panjang lebar, niscaya menimbulkan kebosanan dan kejemuan. Kami berharap kepada Allah Ta’ala kiranya buku ini bermanfaat bagi kita dan kiranya Dia melindungi kita dari ilmu yang tidak bermanfaat, perut yang tidak pernah kenyang, nafsu yang tidak mau tunduk, doa yang tidak diterima, tabiat yang menyeret kepada ketamakan, dan ketamakan yang tidak pernah berakhir. Sesungguhnya Allah Ta’ala Mahakuasa atas segala yang dikehendaki-
Nya, serta Maha melakukan apa yang dituju-Nya. Cukuplah bagiku Allah. Dialah sebaik-baik Pelindung



------------------------------------------------------------------------------------
Lailatul Qadar Dalam Suluhan Ilmu Makrifat
(Petikan dari kitab Kasyaf al Haq oleh Tuan Guru Hj Mohd Yusoff Che WooK)


Mengikut pengertian bahasa, perkataan laila bermaksud malam manakala perkataan qadar pula bermaksud mubarakatin (keberkatan) atau saat yang diperingati. Jika kedua dua perkataan itu digabungkan, ianya membawa maksud lailatul qadar iaitu malam keberkatan atau malam yang diperingati.


Mengikut tafsiran ilmu makrifat, perkataan laila merujuk kepada jahil, manakala perkataan qadar pula merujuk kepada berilmu (alim). Jika kedua dua perkataan tersebut digabungkan, ianya membawa maksud iaitu dari bersifat seorang yang jahil kembali bertukar kepada seorang yang alim yang berilmu. Iaitu terbuka hijab pintu hatinya daripada seorang yang tidak mengenal Allah, ianya berubah kepada seorang yang mengenal Allah swt. Saat mengenal Allah itulah yang dikatakan saat keberkatan dan saat saat yang tidak akan di lupakan buat selama lamanya.


Ia juga membawa maksud, daripada suasana gelap zulmat, hitam kotor dan jahil fasiq hatinya dari ilmu makrifat, bertukar kepada suasana yang gemilang sirna cahaya keberkatan yang amat terang benderang hatinya setelah mendapat ilmu mengenal Allah. Daripada bersifat jahil bertukar kepada sifat mengenal dirinya dan bertukar kepada mengenal Allah. Dari asalnya bersifat fasik(tidak mengenal Allah), kini bertukar dan berubah kepada seorang yang bersifat alim(mengenal Allah). Inilah pengertian malam lailalatul qadar yang sebenar.


Kebanyakkan dari kita bila sebut sahaja malam lailatul qadar, yang mereka ingat hanya keajaiban pada bulan Ramadan. Seumpama air perigi kering akan menjadi penuh(melimpah). Pokok kayu kayan akan jadi tunduk(rebah) menyembah bumi dan macam-macam lagi perkara pelik-pelik dan sebagainya. Sedangkan intisari daripada maksud lailatul qadar itu, sebenarnya adalah bermaksud; “dari sifat seorang yang buta matahatinya bertukar kepada cerah mata hatinya kerana memandang dan mengenal Allah swt.” Menurut Imam Asy Syarani,menterjemahkan erti dan makna lailatul qadar itu sebagai “suasana hati”. Berkata beliau lagi:

“Apabila engkau ingin hati mu hidup, iaitu hidup yang tidak ada matinya sesudahnya lagi, maka keluarkanlah engkau dari menyandarkan harapan kepada makhluk. Matikan hawamu dan iradatmu. Di waktu itulah engkau mulai akan diberi oleh Allah hidup yang sejati, hidup yang tak ada mati sesudahnya lagi. Kaya yang tak ada miskin sesudahnya lagi. Pemberian yang tak ada henti-hentinya lagi. Lalu diangkat nilai engkau dalam hati hamba-hambaNya. Sehingga engkau tidak akan sesat untuk selama lamanya”

Apakah erti hidup yang tiada mati sesudahnya? Artinya adalah merujuk kepada ilmu mengenal Allah. Sesudah kita berjaya sampai kepada tahap ilmu mengenal Allah, ilmu itu akan hidup di dalam hati hati kita selama lamanya, yang tidak akan ada kesudahannya dan tidak akan pernah padam dan terhapus selama lamanya. Wajah Allah inilah yang akan kita bawa, sampai hari kiamat dan hari menghadap Allah swt. Apabila kita telah berjumpa dengan ilmu mengenal Allah, ingatan hati kita kepada Allah tidak akan pernah terlupus walaupun sesaat, walaupun ketika jasad sedang tidur.

Sesudah kita mengenal Allah (mendapat lailatul qadar) iktikad atau pegangan hati kita, akan berubah sepenuhnya, daripada bersifat gelap kepada terang, daripada bersifat mati bertukar kepada hati yang sentiasa hidup. Yang tetap hidup dan tiada mati itu, adalah ingatan kita kepada Allah, ianya akan tetap hidup dihati kita, yang tidak akan ada matinya, bukan bermakna tidak mati jasad, tetapi tidak mati ingatan kita kepada Allah. Bagi yang mendapat lailatul qadar, ia juga tidak akan sesat selamanya.


Apabila ingatan kita kepada Allah tidak pernah mati dan tidak pernah padam, disitulah segala kebesaran Allah akan dapat kita miliki dan menjiwainya dengan penuh pengertian. Pengertian itu nantinya akan terzahir keluar, sehingga melimpah ruah. Rasanya seumpama kita ini kaya, yang kekayaan itu, tidak akan menemui jalan kemiskinan. Kelazatan zhauq yang tidak pernah menemui jalan luntur, iaitu kaya dengan sifat sabar, taat, patuh, tawakkal, taqwa dan sebagainya. Pemberian kekayaan seumpama itu akan berterusan dan berpanjangan hidupnya di dalam hati hati kita, selagi akal bersifat waras terhadap Allah.


Inilah intisari maksud lailatul qadar yang sebenarnya. Perjalanan dari bersifat gelap menuju kepada yang bersifat terang. Dari bersifat mati ingatan bertukar kepada bersifat ingatan kepada Allah sentiasa hidup. Ingatan kepada makhluk dengan sendirinya akan mati dan terpadam. Mati hawa nafsu. Mati kehendak dan mati keinginan selain Allah. Mati harapan kepada makhluk, bertukar harapan kepada Allah. Dari bersifat sayangkan makhluk, menuju bersifat sayangkan Allah. Menurut Ar Rumi pula, menterjemahkan lailatul qadar itu sebagai; “Diri yang telah terjual” Berkata lagi beliau; “Allah telah membeli jiwa kita,untuk Dia. Bayarannya adalah syurga. Sebab itu tidak seorang pun yang dapat membelinya dan menawarnya sampai akhir zaman. Suatu barang yang tidak boleh di jual dua kali”


Bagi yang mendapat lailatul qadar, diumpamakan dirinya telah terjual dan telah tergadai kepada Allah. Setelah kita serahkan dan mengembalikan diri kita kepada Allah, ianya tidak lagi boleh diambil balik. Setelah pertama kali dijual, ia tidak boleh dijual buat kali kedua. Inilah kedudukan iktikad atau pegangan hati orang makrifat, yang tidak ada duanya berbanding Allah. Sekali kita berserah diri kepada Allah, jangan hendaknya berpatah balik. Pupuklah hati supaya buah tawakkal dan buah berserah boleh bertambah dengan subur.


Bagi yang mengenal Allah (yang mendapat anugerah lailatul qadar)mereka tidak akan berpaling lagi dari Allah. Walaupun didatangi musibah, penyakit, kemiskinan, dan kepayahan hidup, mereka tidak akan berpaling dari berserah diri dan bertawakkal kepada Allah. Tidak ada lagi erti kecewa dan erti penyesalan dihati mereka yang mengenal Allah. Hatinya kepada Allah tetap utuh dan tidak mudah terpesong dengan kekayaan dan kemewahan. Mereka sedar yang diri mereka telah dibeli oleh Allah dan kita telah menjualkannya kepada Allah. Akad jualbeli, antara kita dengan Allah telah dikira selesai. Segala sifat, kelakuan, asma dan zat yang mendatang di atas diri kita ini, dianggap telah terjual dan bukan lagi menjadi milik kita. Semua sifat yang mendatang, telah dianggap seumpama anugerah dari Allah kepada kita, kita ini tidak ubah seperti pelakon yang cuma sekadar melakonkan saja dari apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita.


Oleh itu terimalah segalanya dengan ucapan terima kasih atau syukur. Inilah pengertian lailatul qadar menurut kacamata ilmu makrifat. Kita sebenarnya telah mati dan telah menjual sifat perangai, sifat jasad, sifat nama dan sifat zat kita kepada Allah. Jual sifat ego, sifat marah, tinggi diri, dengki, tamak harta dunia, putus asa dan sebagainya. Kita serahkan segala galanya ke atas kebijaksanaan Allah, Allahlah yang menentu dan mengatur kehidupan kita.


Firman Allah;

“Turun malaikat dan roh padanya, dengan izin Tuhan mereka membawa dari tiap-tiap perintah.”(Al qadar :4)


Roh kita telah ditugaskan bagi membawa perintah Allah. Di antara perintah itu, adalah supaya roh membawa segala sifat anggota pancaindera, perangai yang dilakukan oleh anggota. Nama yang di panggil anggota dan zat roh itu sendiri supaya dapat dikembalikan semula hak Allah kepadaNya. Bermula lailatul qadar itu, adalah disaat diri kita di jual dan diserahkan kembali kepada Allah. Dengan ini jugalah bermulanya sejarah diri(roh)kita telah dibeli dan terjual kepada Allah. Iaitu disaat kita mengenal roh dan mengenal Allah.



Malam lailatul qadar juga, lebih dikenali sebagai malam seribu bulan(1000 bulan). Seribu bulan itu bermaksud terang benderang, seumpama malam yang gelap gelita telah diterangi, disuluh dan telah ditemani oleh seribu biji bulan, cuba bayangkan betapa terangnya bumi ini, apabila ianya diterangi dan disuluh oleh seribu biji bulan. Begitulah terangnya hati mereka yang mendapat cahaya lailatul qadar Allah dengan hanya membaca sepotong ayat dari ayat-ayat Allah, barakahnya seumpama hati kita telah diterangi dan disuluh oleh seribu bulan. Cuba bayangkan nilaian kematangan akal semasa berumur satu tahun, dibandingkan akal mereka yang berumur seribu tahun. Inilah kelebihan dan kematangan akal bagi yang mendapat malam lailatul qadar (malam seribu bulan). Secara tiba-tiba boleh mengubah akal yang jahil dalam sekelip mata kepada akal yang berilmu, Mengenal Allah.


Begitulah nilai terangnya hati mereka yang mendapat anugerah lailatul qadar. Dari bersifat lalai bertukar kepada yang bersifat ingat kepada Allah. Dari berilmu syariat ,akan bertukar kepada hati yang berilmu makrifat. Bagi mereka yang buta mati hatinya, walaupun dengan kehadiran seribu bulan dan sejuta bintang sekalipun, akal dan hati mereka akan tetap berada dalam kegelapan. Manakala bagi mereka yang mengenal Allah(mendapat anugerah lailatul qadar), walau alam tidak diterangi bulan dan tidak diterangi sekalipun, hati mereka sudah cukup terang oleh cahaya Allah (cahaya makrifat kepada Allah). Inilah pengertian lailatul qadar mengikut suluhan makrifat.


Kisah bagaimana Saidina Umar Al Khatab memeluk Islam. Pada zaman Rasulullah, ada seorang hamba Allah, yang terkenal dengan ganas dan bengisnya, telah pergi untuk membunuh Baginda Rasulullah. Di dapati adik perempuan kandungnya dan suaminya sendiri telah memeluk islam secara diam-diam, bertambah marah dan lebih membakar hatinya untuk membunuh Baginda Rasulullah. Beliau telah mendatangi rumah adiknya dengan tujuan mencari Baginda Rasulullah, bila tiba ke rumah adik perempuannya, didapati adik dan suaminya sedang membaca sesuatu. Beliau cuba merampasnya dengan tujuan ingin membuang potongan bacaan itu, tetapi dihalang oleh adiknya, sehingga beliau terpaksa bersikap kasar dengan menampar pipi adiknya sehingga terjatuh. Dengan terjatuh adiknya tadi, sehingga terlepas cebisan potongan ayat dari gengamannya. Lalu dirampas dan dicubanya untuk membacanya. Setelah membaca, beliau pun menangis, bergenang air mata, bercucuran jatuh membasahi pipinya. Secara tiba tiba didatangi suasana yang luar biasa, dari bengis bertukar baik, dari panas bertukar sejuk dan dari jahil bertukar alim. Dalam masa sesaat, suasananya telah berubah dan mengubah hatinya yang gelap itu, seumpama diterangi oleh seribu bulan. Dengan hanya sepotong ayat sahaja, telah membuka pintu hatinya secara mendadak, dari hatinya bersifat panas, kini kembali bertukar menjadi sejuk.


Ayat itu telah meresap ke dalam lubuk dada yang membuatkan hatinya berubah secara tiba-tiba. Lalu beliau bertanya “di mana Muhammad sekarang? Bawa aku kepadanya!Aku akan masuk Islam”. Itulah kisah Umar bin Al khattab (Panglima Islam yang tersohor) Saidina Umar merasa hatinya telah di pukul oleh ayat berkenaan. Inilah hakikat lailatul qadar yang membawa perubahan yang mendadak, kenikmatan dan keberkatan secara tiba tiba bagi menggambarkan dan menunjukkan maksud lailatu qadar yang sebenar.


Dengan hanya sekelip mata, beliau sudah dapat merasai dan menikmati keberkatan lailatul qadar, sudah dapat mengubah sifat kerohaniannya. Inilah yang dikatakan hari lailatul qadar, iaitu hari yang di peringati. Hari yang indah dan saat-saat yang paling bersejarah dan yang paling diingati dalam kehidupan seseorang insan menuju Allah swt.

----------------------------------------------------------------------------------


Ismullah Al-A’dzham

Asmaul Husna dan Ismullah al-a’zam

Asmaul Husna

Al-Hashr [24] Dialah Allah, Yang Menciptakan sekalian makhluk; Yang Mengadakan (dari tiada kepada ada); Yang Membentuk rupa (makhluk-makhlukNya menurut yang dikehendakiNya); bagiNyalah nama-nama yang sebaik-baiknya dan semulia-mulianya

Taha [8] Allah! Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, bagiNyalah segala nama yang baik.

Tuhan kita ini mempunyai 1,000 nama. 300 nama terdapat dalam Taurat, 300 dalam Zabur, 300 dalam Injil, 99 dalam Al-Quran dan 1 nama yang tersembunyi. Dari Abu Hurairah r.a bahawa nabi s.a.w bersabda:

”Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama iaitu seratus kurang satu. Siapa menghafalnya masuk syurga.” (Muslim)

Al-A’raf [180] Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu…

Al-Isra [110] Katakanlah (wahai Muhammad): Serulah nama “Allah” atau nama “Ar-Rahman”, yang mana sahaja kamu serukan (dari kedua-dua nama itu adalah baik belaka); kerana Allah mempunyai banyak nama-nama yang baik serta mulia…

Ismullah Al-A’zam

Diantara nama-nama itu terdapat 1 nama yang teragung dikenali sebagai ismullah al-a’zam”, yang bila diucapkan dalam doa, Allah akan mengabulkannya (disebut di dalam hadith).

Daripada Abdullah ibn Buraidah dari¬pada bapanya, bahawa Rasulullah s.a.w. telah mendengar seorang lelaki berkata di dalam doanya yang bermaksud: “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan bersaksi bahawa sesungguhnya Engkau adalah Allah. Tiada Tuhan selain Engkau Yang Maha Esa, yang menjadi tempat bergantungnya segala sesuatu, yang tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan dan tidak ada yang menandingi-Nya.”

Maka Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya: “Demi zat yang aku ada dalam kekuasaannya, Sesungguhnya anda telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang paling Agung yang bilamana Dia dimintai dengan nama (asma)-Nya itu, Dia pasti akan memberi dan jika dimintai dengannya pasti akan dikabulkan“.

Cuma cara untuk berdoa dengan nama itu tidak diketahui. Ulama nahu (grammar) mengatakan nama itu ialah Allah kerana ia adalah satu perkataan tunggal, perkataan yang merdeka iaitu tidak berasal dari perkataan lain. Ada juga ahli tarikat dan sufi seperti Muinuddin Chisti yang mengatakan nama itu ialah “Ya Hayyu Ya Qayyum“. Oleh itu disyorkan agar berdoa dan berzikir dengan menggabungkan keduanya iaitu “Allahu Lailaha illa Huwal Hayyul Qayyum“.

Dari Asma Binti Yazid, bahawasanya Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Nama Allah yang paling agung adalah yang ada pada dua ayat berikut. Baqarah [163]Dan tuhan kamu ialah tuhan Yang maha Esa; tiada tuhan (Yang berhak disembah) selain dari Allah Yang maha Pemurah, lagi maha Mengasihani. Ali-Imran [1-2] Alif, Laam, Miim. Allah tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Tetap Hidup, Yang Kekal selama-lamanya mentadbirkan sekalian makhlukNya

Sentiasalah sebut nama Allah, sepertimana orang yang menyayangi sesuatu atau seseorang selalu menyebut namanya.

“Tidaklah duduk suatu kaum berzikir (menyebut) nama Allah ‘Azza wa Jalla melainkan dinaungilah mereka oleh para malaikat, dipenuhi mereka oleh rahmat Allah dan diberikan ketenangan kepada mereka, juga Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya.” (Hadith Riwayat Imam Muslim, Imam Tirmizi dan Imam Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri r.a.)

-----------------------------------------------------------------------------------

ANAK KUNCI GEDUNG KHAZANAH LANGIT DAN BUMI

" Jika kamu hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya "

(Al-Quran : Ibrahim ; 14:34)

Meskipun ada beribu-ribu doa, bacaan dan amalan oleh orang-orang Sufi, namun ada beberapa formula yang tertentu yang lebih darjat dan manfaatnya, seperti yang dikemukakan disini, yang digelar "Maqalad as-Samawi wal-Ard" yang bererti "Kunci Pembuka Khazanah Langit dan Bumi". Meskipun khas untuk menyembuhkan penyakit - mengelakkan penyakit pada sehari bacaan itu diamalkan - faedah dari sebutan itu bukan terhad kepada penyakit badan sahaja tetapi juga penyakit yang lain, seperti tersebut dalam hadith.

Adalah dikhabarkan bahawa Uthman ibn Afan r.a. telah meminta penjelasan lanjut tentang firman Allah berkaitan dengan Kunci Pembuka Khazanah langit dan bumi ( yang tersebut beberapa kali dalam al-Quran), Nabi Muhammad s.a.w berkata kepadanya : ” Kamu bertanya kepada saya , yang orang lain belum bertanya, kunci pembuka khazanah Langit dan Bumi itu adalah sebagai berikut:-

Lailaha illa llahu wa-llahu akbar
Wa subhan Allahi wal-hamdulillahi
Wastaghfirullah alladhi la illaha illa hu
Wal awwalu, wal-akhiru, waz-zahiru wal batinu
Yuhyi wa yumit Wa Hua Hayyun la yumutu
Bi-yadihil-khayr wa huwa ala kulli shay’in Qadir

Ertinya :

Tiada yang disembah melainkan Allah, Allah Maha Besar,Maha Suci engkau segala puji bagi Allah. Aku mohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan yang patut disembah melainkan dia. Dia yang awal, dia yang akhir, dia yang zahir,dia yang bathin, yang menghidupkan, yang mematikan. Dia yang hidup tanpa mati, padanya segala kebaikan dan ia berkuasa atas segala sesuatu.

Nabi Muhammad s.a.w bersabda. ” Wahai Uthman ! – Barang siapa membacanya 100 kali sehari akan dikurnia 10 faedah:-

PERTAMA : Segala dosanya yang lalu akan diampun.

KEDUA : Terlepas dari siksaan neraka.

KETIGA : Dua orang Malaikat dilantik untuk memeliharanya siang dan malam daripada penyakit dan kesiksaan.

KEEMPAT : Dia dikurniakan perbendaharaan rahmat dan berkat.

KELIMA: Dia mendapat pahala seperti orang yang membebaskan 100 orang hamba abdi daripada keturunan Nabi Ismail r.a.

KEENAM : Dia diberi pahala seperti membaca seluruh al-Quran, Zabur, Taurat dan Injil.

KETUJUH : Sebuah rumah akan didirikan untuknya disyurga.

KELAPAN : Dia akan berkahwin dengan seorang bidadari syurga.

KESEMBILAN : Dia akan dipermuliakan dengan mahkota kemuliaan.

KESEPULUH : Permohonan keampunannya bagi 70 orang saudaranya akan dimakbulkan.

Wahai Uthman !, kalau kamu mampu, janganlah lupa membacanya setiap hari, kamu akan termasuk dalam golongan orang-orang yang berjaya dan melampaui orang-orang yang sebelum kamu dan selepas kamu.


===================================================================================

Seruan saya kepada mereka-mereka yang pernah menuntut ilmu dari Mas Reno, bertaubatlah dan buangkalah segala ilmu yang telah anda pelajari dari Guru sesat ini. Segala ilmu yang tidak membawa kepada mengenal Allah SWT adalah ilmu yang tidak bermanafaat, melalaikan malah menjauhkan anda dari Allah SWT. Malah ilmu ini menjadi hijab kepada anda untuk mengenal Allah kerana tiada keberkatan di dalamnya.

BAGAIMANA PULA DENGAN GURU-GURU LAIN , DI MALAYSIA TERUTAMANYA?