Friday, July 22, 2011

RAJA IBADAH MERAWAT IMAN DAN MENSELEKSI ALAM

Memelihara Iman.

Menurut pewaris ilmu dari Sunan Kudus, maka ada 3 cara untuk merawat iman :

1. Mi`raj, sering dipraktikkan
2. Berdiskusi dengan saudara seiman
3. Banyak membaca, terutama ayat-ayat mutasabihat dan buku-buku ketuhanan.

Cara memelihara Iman :

Pertama : Praktis mi`raj sering dilakukan. Praktis dapat dilakukan dengan bersolat menghadap Allah. Sedangkan solat ada 4 tingkatan .

Kedua : Berdiskusi dengan saudara seiman, yang sudah mengenal Tuhan. Yaitu ilmu mukasafah, dan memahami al ibarah (wawasan, ilmu laduni).

Ketiga : Membaca, kembali firman Ilahi, atau buku-buku yang berbicara tentang ke Tuhanan.

Tentang Solat Awam.

Majoriti pelaku solat ditujukan untuk :

1. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
2. Agar mendapatkan pahala dan syurga.
3. Memenuhi kewajipan, tanpa menuntut hak.
4. Supaya mendapatkan pengakuan beriman.

Praktik solat ada 4 tingkatan :

1. Solat mencegah perbuatan keji dan mungkar, belum ada hubungannya kepada Allah ( surah Al Ankabut 29 : 45 )

2. Solat mencari Allah (Rabbuka) : “Bersolat tahajudlah engkau, agar engkau diangkat ke rabbuka maqam mahmuda”. Solat ini juga belum sampai kepada Allah ( Al Isra`17 : 79 )

Solat yang ada hubungan kepada Allah :

1. Ber solat menyembah Allah atau menghadap Allah : “ Solat mi`raj ( al Ma`rij 70 : 4 ) dan : “ Bersolat dan berqurban” (surah Al Kausar 108 : 2 ).

2. Bersolat mengingati Allah, (Alazi nahun `ala solatihim da`imun), Al Ma`rij 70 : 23 dan (zikrullah). Al Ahzab 33 : 41.

Syahadah atau Sabdo

Ucapan atau syahadah yang disampaikan oleh Raja Ibadah dengan kemampuan futuh al Mukasafah, Al Ibarah dan Al Halawah, maka kemampuan Kun ayakun akan berlaku. Demikianlah yang sudah dibuktikan oleh Nabi Nuh, dengan doa beliau didalam surah Nuh 71 : 26 dan 27

“Wahai Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan orang-orang jahat itu tinggal dimuka bumi. Jika Engkau biarkan mereka tinggal dibumi, nescaya mereka akan membuat kerosakan dan mereka akan melahirkan anak-anak yang jahat”.

Beberapa hari kemudian terjadi banjir besar. Semua mereka yang jahat ditindas oleh alam dan tenggelam. Doa ini kini memasuki abad ke 7, mulai berlaku. Setiap kejahatan akan berisiko tinggi bagi si pelakunya. Inilah seleksi alam melalui tangan Ihsan sebagai wakil Tuhan. Disini rekayasa, hukum dunia yang dianut manusia jahat akan hancur.

Ilmu yang dimiliki mereka yang sudah sampai pada tingkat solat menghadap Allah, yang disebut “Solat ma`rifat”. Itulah mereka yang menguasai ilmu laduni yang datang dari Allah, atau menguasai Futuh (kemenangan) dalam 3 futuh :

Pertama : Al Mukasafah, menyaksikan kehadiran Wujud, dan diakui batin, sejalan dengan Kitab Suci yang di firmankan Ilahi. Lalu di ucapkan sejalan dengan kekaguman atas tajali Ilahi, inilah yang dimaksud berqalam bermutakalimun didalam sifat 20.

Kemudian terpesona menyaksikan lailatul qadar (Al Qudr 97 : 4 ), lalu berucap :

“Maha suci Engkau Allah, mulai saat ini aku beriman kepada Engkau”. Al Araf 7 : 143.

Kedua : Al Ibarah, mampu mendengar wahyu, sejalan dengan surah Thaha 20 : 13 :
“Dan Aku telah memilih engkau untuk diriku, maka dengarkanlah wahyu dari Ku”.

Kemudian mampu menjelaskan wahyu itu dengan merujuk kepada Al Quran, Kalimat wahyu banyak disampaikan dalam bentuk mutasabihat (al ibarah) . Setiap ayat mutasabihat, pasti mengandungi yang batin. Bila hanya mengenal yang lahirnya sahaja, maka firman Allah menjadi kadaluwarsa. Contoh : surat An Nisa 4 : 34 :

“Lelaki itu pemimpin bagi wanita, sebab Allah telah melebihkan lelaki. Lelaki menafkahkan sebahagian dari hartanya. Sebab itu wanita yang baik ialah yang patuh bila dirinya dibelakang suaminya. Dan wanita yang kamu khuatirkan, berilah dia pengajaran yang baik. Dan hukumlah dengan memisah tempat tidur, dan pukullah”.

Ayat diatas tidak dapat dilihat secara lahirnya sahaja, lalu dipraktikkan secara lahir. Sebab sekarang wanita banyak mmenjadi kepala rumahtangga, bahkan Negara.

Ayat mutasabihat yang turun di Madinah, tidak sesuai bila diterjemahkan secara lahiriyah, contoh surah Al Anfal 8 : 17 :

“Sebenarnya bukan engkau yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuhnya, Bukan engkau yang melempar, ketika engkau melempar melainkan Allah yang melempar”.

Ayat ini sangat berkait dengan tugas Waliyam mursyidan, dalam mema`rifatkan si Fakir (kaum yang mencari Allah). Ayat ini telah dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim untuk mema`rifatkan Ismail, yang diterjemahkan dengan ber qurban. Didalam surah An Nisa 4 : 66, dijelaskan :

“Bunuhlah dirimu dan keluarlah dari Negerimu”

Jadi ayat ini bukan ditujukan untuk membunuh orang lain, apa lagi membunuh mereka yang tidak bersalah. Bila dipraktikkan untuk membunuh dan menyerang orang lain, ini pun termasuk perbuatan keji dan mungkar. Membunuh pada surah Al Anfal 8 : 17, itu adalah praktik mi`raj dengan meninggalkan jasad , dengan jalan melaksanakan mati diwaktu hidup (mati syahid). Dan ketahuilah, bahawa orang-orang yang sedang menghadap Allah, harus mematikan hawa nafsu, merantai hawa nafsunya.

Ketiga : Al Halawah, mengarah kepada dunia, hablulminnasi (Mukmin indannas). Yaitu kemampuan Ihsan berinteraksi dengan makhluk dan alam. Ihsan mengerti terhadap kehidupan makhluk dan alam ciptaan Tuhan. Semua isi alam sangat menghormati Ihsan. Tidaklah Ihsan akan dilanda tsunami atau bencana alam ciptaan Tuhan. Ihsan mampu berkomunikasi dengan makhluk dan alam lingkungan, dengan menampilkan Rahman dan Rahim. Hal sedemikian sudah dicontohkan oleh Nabi Sulaiman. Ihsan mampu dan mengerti memanfaatkan Kun fayakun dalam kapasiti terbatas.

“Bila engkau berbuat kebaikan, maka kebaikan itu akan kembali kedirimu. Bila kamu berbuat kejahatan, maka kejahatan itu akan kembali kedirimu.” Al Isra` 17 : 7.